Akhirnya, tiba juga cicilan terakhir dari postingan liburan ke South Island. Kalau kata orang, save the best for last, ini juga yang kami rasakan pada saat liburan waktu itu. Hari ke 5 itu tadinya kami mau habiskan dengan ke Glenorchy yang jaraknya sekitar 1 jam dari Queenstown untuk foto-foto di sana, sambil menunggu penerbangan sore hari. Tapi saat menyusun itinerary, kepikiran satu hal yang tadinya sama sekali nggak masuk hitungan. Apakah itu? Yuk kita intip saja di bawah.
Postingan sebelum:
Bagian 1,
Bagian 2,
Bagian 3,
Bagian 4,
Bagian 5 Hari 5: Queenstown - Glenorchy - Queenstown - Auckland
Pagi itu ada perasaan bittersweet karena harus menyelesaikan liburan, tapi ada juga perasaan excited karena kami bakalan ada petualangan baru hari ini. Rencana hari ini, merupakan salah satu bucket listnya suami yang tadinya kami pikir bakalan kami lakukan masih beberapa tahun ke depan lagi. Tapi namanya spontan, kira-kira sebulan sebelum berangkat pas lagi melihat itinerary, suami bilang, yuk deh kita lakukan itu sekarang, mumpung ke South Island. Tenang, kami mah nggak bakalan bungee jumping atau sky diving kok! Intinya we did this adventure as a whole family, and we decided to book this special adventure. Tambah penasaran gak?
 |
Hari terakhir, sudah lelah kebanyakan bersenang-senang. Habis ganti baju, masih tetap molor. |
 |
Habis dibangunin, langsung ke teras, main sama bebek. Kesempatan terakhir nih sebelum check out. |
 |
Sarapan pagi hari ini, dapat meja favorit lagi di sunroom tepi danau. |
 |
Sudah pasti piring suami. Kalau saya pasti jamurnya banyakan hahahaha. |
 |
Muka manyun sarapan hari terakhir. |
 |
Lari-larian dulu di tepi danau sehabis sarapan. |
 |
Danau Wakatipu yang indah di belakang kamar kami. We'll be back! |
 |
Foto dulu di dekat dock tempat water taxi. Abby di sini masih gemes banget, sekarang udah beda lagi mukanya. |
 |
Sempet-sempetnya nonton Bluey pas papa dan mama lagi packing. |
 |
Goodbye our lovely room and terrace. Next time nginep sini lagi apa ganti ya? Hahaha. |
 |
Matahari semakin tinggi, cuaca kelihatannya cerah. Tapi namanya Queenstown dan sekitarnya, cuaca bisa berubah dalam sekejap. Mirip dengan Auckland. |
 |
Pas checkout, sempat foto lobby utamanya Hilton Queenstown yang warm banget nuansa warnanya. Suami dan anak-anak nggak pernah lewatin lobby ini lantaran saya cuma ke lobby untuk check in dan check out sementara mereka nunggu di mobil. |
 |
Perjalanan ke Glenorchy melewati jalan sepanjang Danau Wakatipu and my oh my, jalanannya rada nggak santai! Jadilah kami sempat minggir sebentar karena Abby mulai mabok dikit, lalu hajar antimo anak. Untung nggak ada drama sesudahnya. |
Jadiiiii.... Itinerary yang kami tambah itu adalah: Earnslaw Burn landing yang berangkatnya dari Glenorchy dengan menggunakan helikopter. Naik helikopter di New Zealand itu banyak servicenya, dan tujuannya macam-macam, rata-rata untuk sightseeing dan snow landing. Tapi yang mendapatkan hak mendarat di Earnslaw Burn cuma ada 2 perusahaan helikopter yaitu Queenstown Helicopter dan Heli Glenorchy. Berhubung kami memang sudah niatan berangkat ke Glenorchy untuk sightseeing, jadi kami booking melalui Heli Glenorchy. Harga untuk trip selama lebih kurang 45 menit ini adalah $610 per orang dewasa dan $457 per anak. Buat kami berempat lumayan juga ya. Tapi bukan harga yang kami khawatirkan saat itu, melainkan, apakah helikopter jadi berangkat, karena tiba-tiba kondisi langit tidak bersahabat.
 |
Kantor Heli Glenorchy. Begitu sampai Glenorchy, langsung ke sana dulu untuk bertanya mengenai situasi. |
Begitu kami ke resepsionis, kami langsung lemas. Kata mereka, cuaca diperkirakan tidak baik. Selain lebih penerbangan banyak angin, kemungkinan kami juga tidak mendapatkan pengalaman yang maksimal saat tiba di Mt. Earnslaw karena bagian atas gunung yang tertutup awan. Mereka suruh kami menunggu dulu sambil menimbang-nimbang apakah tetap mau berangkat. Walaupun begitu, kami tetap timbang badan dan bawaan, untuk siap-siap seandainya jadi berangkat. Helikopter hari itu cuma nungguin keputusan kami saja serasa kami itu sole ownernya. Kalau kami bilang yes, mereka jalan, jam berapapun kita mau (walaupun sebenarnya jadwal aslinya pukul 11 siang). Misalnya kami memutuskan tidak berangkat sesungguhnya tidak masalah karena uang kembali 100 persen. Tapi kami sudah sampai sana loh. Jadi gimana dong? Ya udah, akhirnya kami muter-muter kota dulu deh sambil berharap cuaca membaik.
 |
Glenorchy War Memorial untuk mengenang para pejuang dari Glenorchy yang meninggal saat Perang Dunia I dan II. |
 |
Duh awannya tebal banget ya. Tapi kesannya jadi indah dan misterius. |
 |
Eh tapi tau-tau cuaca cerah, bikin PHP! Kapan lagi ada foto anak kecil ngulet dengan background pegunungan sambil pakai stroller. |
 |
Kami jalan kaki menuju tepi danau. Oh indahnya! Ini masih Danau Wakatipu yang di belakang hotel pas kami di Queenstown tadi. Tapi suasananya beda banget ya. |
 |
Cuaca sisi sini mulai cerah, memberi harapan! |
 |
Tapi sisi satunya langit masih berawan tebal. Oh iya, di sini menarik banget warna tanah di tepi danau ini. Sudah kayak pelangi berlapis-lapis. |
 |
Dan karena landai, kami bisa jalan-jalan agak ke tengah. |
 |
Tau-tau ada kayak kursi dan meja piknik dong! Coba zoom aja kalau nggak percaya, Abby dan bapaknya udah nangkring di situ. Ini mah kalau bawa makanan judulnya picnic with style! |
 |
Indah banget ya ampun. Matahari mulai keluar nih, tumbuhkan harapan! (Beneran sepanjang kami jalan di tepi danau itu, cuma berharap langit cerah). |
 |
Pepohonan yang menguning di musim gugur. |
 |
Kursi piknik in the middle of nowhere. |
 |
Lalu mendung lagi dong! Deg-degan asli. Tapi tetap penuh harap. Pokoknya enjoy dulu aja pemandangannya. |
 |
Tepi danau dengan awan tebal bergulung, ayolah angin, geser semua awal tebal ini pindah yang jauhhhhh! |
 |
Deretan gunung-gunung hijau yang bikin hati adem. |
 |
Pemandangan yang sebentar lagi harus kami tinggalkan. Memang nggak salah kalau orang bilang, South Island itu luar biasa alamnya kayak surga. |
 |
Wefie dulu walau anginnya kenceng, yang penting happy! |
 |
Sepanjang walkway tepi danau, indahnya kayak di postcard. |
 |
Pohon-pohon yang akarnya ada di dalam air, serasa di Pantai Walakiri, Sumba. |
 |
Gedung merah yang jadi signaturenya Glenorchy Wharf. Wajib banget kalau di Glenorchy foto di depan gedung ini. |
 |
Untung ada turis lain, jadi kami bisa dapat foto keluarga berempat. Itu orang lain di belakang gedung rasanya pingin di photoshop deh. (Apadaya nggak bisa photoshop hahaha). |
 |
Woahhhh... matahari muncul lagi, harapan muncul lagi! |
 |
Pier di Glenorchy Wharf. Suka banget lihat gradasi warna airnya, makin ke tengah makin biru. |
 |
Cuaca PHP terus berlanjut. Tapi nggak tahan untuk share foto -foto danau berkabut ini. Indah dan misterius, pokoknya memanjakan mata walaupun kesannya gloomy. |
 |
Gunung salju tertutup kabut dengan danau berair bening. |
 |
Lihat foto ini brasa dingin bener ya? Hihihi. |
 |
Puas foto-foto di pingir danau, kami balik lagi ke arah kantor Heli Glenorchy. Masih penasaran kira-kira bisa berangkat nggak. Mereka pun masih ragu. Mereka bilang cuaca memang membaik, tapi tetap kalau sampai di Mt. Earnslaw, pengalamannya kemungkinan kurang maksimal. Mereka nggak mau kami kecewa sebagai pelanggan yang bayar (lumayan mahal). |
 |
Entah pohon apa ini yang Abby cium-ciumin buahnya. |
 |
Sambil terus berpikir, tau-tau sudah waktunya makan siang. Deadline kami untuk terbang dan memastikan nggak ketinggalan pesawat pulang adalah pukul 1 siang. Kalau pukul 1 siang kami nggak memutuskan terbang, ya sudahlah selesai petualangan kami di Glenorchy. Akhirnya kami ngafe dulu di Glenorchy Cafe & Bar yang selisih dua gedung saja dari kantor Heli Glenorchy. Pokoknya kudu ngisi perut. |
 |
Kami memutuskan untuk light lunch supaya waktunya cepat. Lihat jam kan sudah pukul 12.20 saat saya order makanan. Dan pada saat makan siang itu kami putuskan, yuk deh kita berangkat!! Kalau ada rejeki lagi, balik lagi buat ke Earnslaw Burn di masa datang! |
 |
Muka senang sebelum makan sandwich karena memutuskan terbang. Hihihi. Anak-anak juga makan pie dan sausage roll, jadi langsung cepat dan lahap. |
 |
Kami naik mobil ke helicopter landing kira-kira 15 menit lah dari pusat kota. Kami diterangkan dulu panduan keselamatan penerbangan. Dan beneran, serasa milik sendiri, yang naik heli ya kami sekeluarga aja. Private heli ceritanya! |
 |
Excited banget, asli! Apalagi hujan masih turun rintik-rintik. Mestinya mah santai ya, ini ada unsur adrenaline pumping juga loh! |
 |
Kelihatan kan, hujan masih turun, tapi pilot kami bilang kalau segini mah aman. Yo wis, hajar bleeeehhh!! |
 |
Gemes gak? Gemes gak? Sama yang pink ya, kalau yang biru sih gemuk, bukan gemes. |
 |
Pemandangan tidak berapa lama setelah take off, terlihat aliran sungai bercabang-cabang. |
 |
Wefie di dalam heli. Yang duduk depan ada pilot, lalu Abby di tengah, dan papanya. VIP banget deh pemandangan di depan. |
 |
Pilot kami namanya Russ, pilot dengan jam terbang paling tinggi di Heli Glenorchy. Pokoknya walaupun angin kencang, he truly knew what he was doing. |
 |
Mulailah perjalanan kami menembus gunung salju. |
 |
Sempet-sempetnya nih suami selfie di dalam heli. Di luar itu putih semua alias glacier di puncak gunung. |
 |
Speechless, asli nggak bisa berkata-kata! Puncak gunung itu terasa dekat banget (padahal masih jauh). |
 |
Lapisan glaciernya bersusun-susun, beneran membuat kami kagum sampai nggak tau mau ngomong apa lagi. |
 |
Kamera beda, warnanya beda ya hehehe. Yang ini pakai HP suami. |
 |
Asli sampai bergidik, kami benar-benar melewati tumpukan glacier di puncak gunung secara "dekat" sekali. |
 |
Melewati rangkaian gunung untuk mencapai ke Earnslaw Burn.
Kenapa Earnslaw Burn ini begitu diidamkan oleh suami? Gara-garanya waktu itu kami menonton acara Travel Guide di televisi, dan Earnslaw Burn ini muncul. Kami sudah tinggal beberapa tahun di Selandia Baru saat itu, dan kami nggak tau ada tempat sebagus ini. Akses mencapai tempat ini tuh cuma dua. Yang pertama adalah hiking selama belasan jam yang sudah pasti kami coret, dan naik helikopter. Sudah pasti kami cuma punya pilihan naik heli. Istimewanya tempat ini adalah ketika salju mencair, di dinding Mt. Earnslaw ini bisa ada ratusan air terjun kecil yang mengalir. Kebayang kan, naik helikopter lalu mendarat di sana bakalan seperti apa. Bahkan nih, waktu Earnslaw Burn difeature di televisi, peserta acara tersebut banyak yang menitikkan air mata saking indahnya. Makanya waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat ini tuh bukan di musim dingin karena kalau musim dingin, boro-boro ada air terjun. Yang ada beku semua! Jadi apakah benar seindah itu? Klik dulu saja video kami di bawah ini, disaat kami baru mendarat di sana.
|
 |
Mimpi jadi nyata, one tickmark di bucket list suami. |
 |
Foto di salah satu air terjunnya. Asli itu tinggi banget loh, jangan ketipu sama foto. |
 |
Wajah puas dan super bahagia. These pictures didn't do justice! Aslinya jauhhhh lebih indah. |
 |
Beruntungnya kami deh. Kenekadan berbuah. Memang cuaca tidak terlalu cerah, dan puncak Mt. Earnslaw agak tertutup awan. But we're there! Sampai juga! |
 |
Air terjun membentuk kolam di bawahnya. Airnya bening, dingin, murni banget! Sempat saya scoop dengan tangan. |
 |
Abby minta difotoin sama mama. Gayanya ngapain sih? |
 |
Dan ini hasil fotonya. Rupanya dia mau tunjuk ke atas alias nunjukin gunung di belakangnya. |
 |
Wefie ciri khas keluarga kami, buat kenangan. |
 |
Puas-puasin memandang indahnya. Kami menghabiskan waktu kira-kira 20 menitan di tempat ini. Berhubung serasa private jet, pilot kami nggak memburu-buru. Malah kaminya yang nggak enakan kalau kelamaan. |
 |
Cekungan yang membuat mulut menganga. |
 |
Main-main di middle earth. |
 |
Foto sendirian dong sekali-sekali. |
 |
Biar kayak orang pacaran hehehehe. |
 |
Kudu foto sama helinya yang warna warni ini. Biar sah! |
 |
Kami take off lagi untuk ke tujuan selanjutnya yaitu snow landing di atas gunung. |
 |
Melewati Rees Valley yang saking indahnya, sampai dijuluki Paradise. Buka aja google map kalau nggak percaya, masukin Rees Valley, pasti keluar kata Paradise alias surga. |
 |
Kemarin kami kira naik pesawat Cessna ke Milford Sound sudah spektakuler. Ehhhhh ini lebih hebat lagi sensasinya! |
 |
Mau nangis nggak sih, sedekat ini! |
 |
Puncak gunung dengan salju yang sebagian besar sudah mencair. |
Akhirnya walaupun kami harus mencari tempat landing alternatif karena angin kencang, kami berhasil juga mendarat. Mesin helikopter sengaja tidak dimatikan supaya nanti take offnya tidak sulit dan tetap stabil. Klik saja video pada saat kami mendarat di atas gunung untuk ikutan merasakan indahnya. Volume agak dikecilkan ya, karena suara mesin heli itu kencang luar biasa. Makanya kami harus terus pakai penutup telinga saat di dalam helikopter.
 |
Snow landing! Itu baling-balik helinya terus jalan sepanjang kami ada di sana. |
 |
Duh bagus banget, mataharinya mulai keluar pula! |
 |
Tilly tetap pakai ear guard, hitung2 jadi earmuff hihihi. |
 |
Angin kencang ditambah angin dari helikopter. Tapi wajib wefie dulu. |
 |
Di sini si kecil masih minta gendong. |
 |
Bagusnya ya ampun! |
 |
Tilly mulai turun, dan mulai deh main-main di salju. |
 |
Ada little Hobbit in the snow nih, gemas banget! |
 |
Literally "meninggalkan jejak". Jejak kaki kami semua, foto diambil dari dalam heli saat kami mau take off. |
 |
Arah balik ke Glenorchy, cuaca makin baik, langit makin biru, dan ada pelangi muncul di balik awan. |
 |
Tuh kan, pelanginya jelas banget! |
 |
Selesai sudah petualangan kami bersama Heli Glenorchy. Asli bahagia banget! Walaupun nggak sempurna dengan cuaca yang bikin ketar ketir, we made it! |
 |
Foto kenangan dengan pilot kami, Russ. |
 |
Last picture of Glenorchy, taken from the heli landing pad before we left for Queenstown. |
 |
Sampai Queenstown Airport, balikin mobil biru gonjes ke parkiran. Thank you ya sudah nemenin kami selama lima hari ini. |
 |
Berhubung tadi siang cuma makan ringan, sore-sore sudah laper lagi, hajar makan sushi di airport hehehe. |
 |
Toko permen yang seru banget segala aya! Kalau suka sweets pasti berbinar-binar. |
 |
Pesawat yang bakalan membawa kami pulang ke Auckland. |
 |
Yang kecil ikut-ikutan sok baca, padahal cuma ngeliatin gambarnya. |
 |
Minum soda sampai puas, mumpung liburan. |
 |
Muka bosen karena nggak sampai-sampai juga. Untung ada si Shaky Rabbit yang ngikut kemana-mana. Di jendela pesawat nampak langit senja. |
 |
Hore, sampai juga di Auckland! |
 |
Anak nongkrong barengan kelinci masing-masing saat papa dan mama nunggu koper keluar. |
Sudah dekat rumah, mampir makan malam dulu ke restoran dumpling kesukaan Abby, Shanghai Street. Setelah 5 hari makan makanan "bule" hari ini balik lagi makan Chinese Food dong.
 |
Pork & Chive Dumplings. |
 |
Sweet and Sour Pork (menu tetap si Abby kalau ke Chinese restaurant). |
 |
Seafood Fried Noodle. |
 |
Makan dengan konsentrasi tinggi. |
Akhirnyaaaa...selesai juga! Setelah melihat foto-fotonya, jadi kangen banget buat liburan. Apa ke Queenstown lagi aja ya? Setuju? Hihihi. Pokoknya kami pasti balik lagi kok, entah kapan itu, soalnya masih banyak yang belum kami eksplorasi di South Island. Semoga yang ngikutin blog ini juga ikutan bahagia ya membaca ceritanya dan melihat foto-fotonya. Inilah kenapa saya masih setia ngeblog. Saya bisa mengenang yang lalu-lalu lewat gambar dan cerita, tanpa harus dipotong-potong oleh pembatasan jumlah foto dan huruf. Semoga pas nanti border Selandia Baru dibuka, yang sudah punya cita-cita ke sini, bisa pakai banyak cerita kami untuk mulai nyusun itinerary. Sampai ketemu lagi di Abby dan Tilly Tamasya selanjutnya.
Ikut dong kalau ke South Island lagiii… coba sebut2 namaku 3x, siapa tau bordernya bisa cepet buka hehe
ReplyDeleteUdah nyebut 10 kali, belum kebuka juga nih bordernya. Semoga Oktober ya.
DeleteLiat foto-fotonya aja udah ikut bahagia :D
ReplyDeleteBtw, dari kemarin2 liat2 foto2 di sini, beneran bikin kangen jalan2 ke Pulau Samosir lagi, karena ada beberapa bagian yg terlihat mirip banget sama suasana dan pemandangan di Danau Toba dan Pulau Samosir :D
Pasti karena banyak danau ya hehehe. Indonesia juga indah banget ya, Lis. Cuma tinggal infrastruktur, fasilitas, dan mental orang2nya aja diperbaiki. Pasti bisa jauh lbh maju.
DeleteIndahnya
ReplyDelete