Abby dan Tilly Tamasya ke New Plymouth - Bagian 3

Halo semua! Ya ampun, udah bulan Juni aja sekarang. Kirain bulan Juni ini akan jadi bulan yang santai setelah sibuknya luar biasa di bulan Mei kemarin. Tau-tau belum apa-apa di akhir bulan Mei sampai awal Juni, sudah dikasih "hadiah" sama Tuhan yaitu anak dua-duanya terserang tummy bug. Orang sini sebutnya tummy bug, kalau di Indonesia mungkin sebutnya flu perut kali ya. Biasanya kalau anak sudah sekolah, satu kena, yang lain bisa kena. Ini juga begitu, yang kena mulai dari Tilly, pasti ketularan di kindy, dan saat Tilly mendingan, nular ke Abby, kayak estafet. Luar biasa deh nemenin anak panas, lesu, muntah-muntah gak jelas. Berdoa banget sama Tuhan, jangan sampai nular ke ortunya. Soalnya kalau sampai kena ke salah satu dari kami, tambah remponglah dunia. Puji Tuhan, semua sudah berlalu, dan semoga kita semua termasuk yang baca blog ini juga, dilimpahkan kesehatan dan kekuatan. Pancaroba masuk winter di sini memang ngga asik! Oke deh, daripada lanjut ngomongin yang ngga asik, mari kita lanjut cerita yang asik-asik dari liburan kami awal tahun 2021 lalu, yang masuk ke hari terakhir. Hore, akhirnya selesai juga instalasi cerita liburan kali ini. 

Jumat, 8 Januari 2021

Hari terakhir di New Plymouth tiba juga. Hari itu kami lumayan deg-degan, apakah cuaca bakalan cerah atau tidak, karena kemarin seharian hujan, bahkan di malam hari pun hujannya masih awet. Puji Tuhan, pas buka jendela, matahari memancarkan sinarnya walaupun di jendela masih ada sisa-sisa air hujan menempel. Tapi, dibilang cerah juga nggak cerah-cerah amat alias masih berawan dan ada kabut-kabut. Yang penting nggak hujan deh ya, jadi kita bisa jalan-jalan dan foto-foto tanpa pakai payung.

Bangun pagi, siap-siap check out, mukanya gak rela kalau liburan mau berakhir.

Foto di depan hotel untuk kenangan. Hari ini dua anak pakai pinafore alias dungaree yang bentuk rok. Yang besar pakai cordurai pink, yang kecil pakai jeans.

Pagi itu, kami breakfast di Koby's Kitchen. Tempat ini menarik banget, karena jualannya dumpling, bakpao, siomay, tapi yang punya plus yang masak bule-bule semua yang memang obsesi jualan dumpling. Pas banget bukanya pukul 10 pagi saat kita checkout.

Tempatnya kedai sederhana, tapi terkenal loh.

Keluarga saya pesan 2 paket combo, isinya ada pork and chives dumpling, siomay, dan bakpao isi pork belly. Menarik banget kan? Lebih menarik lagi lihat ownernya yang bule badan gede lagi melipat-lipat dumpling hehehe.

Ini isi bakpaonya, benar-benar enak! Pork belly alias samcannya wangi, banyak, mantap banget! Kalau lihat di piring belakang, itu pesanan tante saya, namanya Taiwanese chicken. Itu juga enak banget dimakan pakai nasi panas. Tante saya sampai pesan lagi buat takeaway bawa balik ke Auckland saking enaknya.

Sign of approval dari Abby. Ini anak makan banyak banget semuanya dia cobain, dan semua dia suka.

Tujuan pertama kita hari itu adalah ke Tupare Estate. Dulunya di tahun 1930-an, tempat ini adalah kompleks rumah pribadi yang dimiliki oleh Sir Russell and Lady Matthews. Mereka mulai membangun taman di sekitar rumah mereka yang luasnya 3.6 Ha, dan berlokasi di pinggir sungai. Sekarang ini, tamannya dipelihara oleh pemerintah setempat. Asli, kami kagum banget dengan kompleks rumah ini. Indah dan hijau sekali! 

Selamat datang di Tupare. Ini adalah pintu gerbang masuk rumahnya dari parkiran. 

Begitu sampai, ada pos kecil yang berisi keterangan mengenai Tupare. Semestinya kami bisa mengikuti house tour yang dimulai pukul 11 pagi. Tapi saya baru tau soal ini ketika sampai di sana, dan kita sudah telat 10 menit alias ketinggalan house tournya. Sedihnya, rumahnya itu memang ditutup dan hanya dibuka pada saat house tour. Jadi kita nggak bisa deh masuk ke dalam rumah utamanya. Nah, artinya, suatu saat harus kembali lagi.

Peta Kompleks Tupare yang luas tapi sangat indah.

Begitu masuk, kami langsung bisa melihat rumah utama di bawah dari lookout point yang disediakan.

Kita foto dulu rame-rame dari atas, sebelum melanjutkan perjalanan ke bawah dan eksplorasi.

Bunga Hydrangeanya, ada warna fuschia. Cantik!

Sepanjang perjalanan, mata kita dimanjakan dengan rerumputan hijau dan pepohonan yang dirawat.

Jalan menuju rumah utama, kanan kiri ada bunga-bunga hydrangea.

Anak cantik foto di depan bunga cantik. 

Bagus banget kan? Duh, bahagia banget lewatin jalan ini, semua nampak indah alami.

Pasangan mesra foto di depan rumah utama.

Cantik banget! Sayang nggak bisa masuk ke dalam rumahnya.

Aiden dan Abby foto di lapangan tenis pribadi hehehe. Anggep aja punya sendiri ya.

Berlagak ngetok pintu, nggak ada yang bukain.

Lawn di depan balkon, kebayang anak-anak main di situ, sambil ortunya ngeteh-ngeteh dari atas balkon.

Nona manis nangkring di balkon.

Garden sekitar rumah, tertata apik sekali.

Aliran sungai nampak di kejauhan.

Belakang rumah utama, bagian bawah itu terbuka karena petugasnya lagi keluar masuk bawa alat-alat untuk potong rumput. 

Keliling rumah sambil kagum-kagum.

Di belakang rumah ada kolam ikan cantik.

Kita memang nggak bisa masuk ke rumah utama, tapi kita bisa masuk ke cottage (guest house) yang memang difungsikan sebagai information center. Buat kami, itu sama dengan kesempatan untuk foto-foto hehehehe. Bagus banget dalamnya dan sangat terawat.

Santai dulu ahhhh... Furniturenya jadul banget.

Berlagak nelepon. Ternyata pas kita angkat teleponnya, kita beneran bisa mendengar rekaman suara asli dari pemilik rumah ini loh! Keren banget.

Nggak mau kalah, kepingin dengar juga.

Sambil duduk, mau nyari inspirasi buat nulis blog hehehe.

Televisi kuno, tapi dalamnya diinstall layar baru, jadi ada siarannya kesannya TVnya masih nyala.

Lorong menuju green house.

Bagus ya, rumah orang kaya jaman dulu yang suka taneman ya begini ini, punya green house di belakang rumah.

Sampai sekarang masih digunakan. Cantik!

Lanjut lagi perjalanan kita menuju arah sungai.

Posisi foto yang cantik sekali dengan taman bertingkat di belaangnya. Di ujung atas itu adalah rumah utama.

Sebelum masuk area sungai, kita buka gerbang dulu.

Wah, ada ayunan gantung di pohon. Jadi tergoda pingin naik. 

Di tepi sungai, disediakan tempat duduk-duduk dan area BBQ. Seru juga ya ngumpul piknik di sini.

Sungainya, bagus dan jernih banget airnya! Seger mata lihat pemandangan begini.

Langit biru, pohon hijau, ada aliran sungai, udah kayak gambar di lukisan.

Nah, ngapain sih ini suami sampe turun-turun lewatin batu-batu? Dia yang turun, saya yang ngeri dia nyungsep. Sayang (kameranya hahahaha).

Nih, hasil jepretan dari bebatuan pinggir sungai.

Anak-anak juga ikutan turun, dan bapaknya siap motoin.

Inilah hasil foto anak pinggir kali hehehe. Maklum pas di Jakarta nggak mengalami, jadi ketemu kali seneng banget ya.

Sementara yang kecil ribut silau, jadi kanopinya dia turunin.

Foto keluarga dulu di pinggir kali.

Yak yang verikal ini, si Tilly mukanya lebih keliatan. Sekeluarga resmi sipit semua.

Dikeluarin dari stroller, mulai deh gaya-gaya joged-joged.

Tilly foto manis dulu sama Tantenya.

Akhirnya, nyobain juga ayunan pohon, dan karena pohon dahannya gede, nggak takut roboh.

Ikutan juga ahhh! Sayang ngga bisa lama-lama.

Foto keluarga dulu di spot cantik. Sayang si Tilly malah nunduk. Mau foto selanjutnya, eh ada tukang potong rumput lewat-lewat di belakang. Ya sudahlah, pasrah hahaha.

Kita jalan balik lagi ke atas, tapi mata masih nggak rela melepaskan pandangan.

Huh hah huh hah... jalan balik ke atas nanjak terus. Sampai di depan rumah utama, kami sampai nongkrong dulu melantai ambil napas, baru lanjut jalan lagi ke parkiran. Selesai sudah kunjungan kami ke Tupare.

Perjalanan dilanjutkan ke tempat kami makan siang di kaki gunung yaitu di Volcanoview Tavern. Restoran unik ini dimiliki oleh pasangan dari Belanda, Joep dan istrinya, dan menyediakan menu-menu berbau Indonesia loh! Yang kita kejar di tempat ini adalah lokasinya, dengan pemandangan yang (seharusnya) spektakuler di saat cuaca cerah.

Suasana interior Volcanoview Tavern yang sangat unik dan alami. Banyak furnitur dari kayu slab, dengan kursi-kursi model Belanda jaman dulu. 

Meja kami di pojok, sesungguhnya adalah meja dengan pemandangan terbaik di situ (kalau cuaca cerah). 

Dikasih gelas plastik mini, senengnya minta ampun serasa dapat wine mahal.

Gelas plastiknya dibawa-bawa terus.

Ini namanya EKSPEKTASI (Photo dari Tripadvisor). Kalau cuacanya cerah, pemandangannya langsung Mt. Taranaki yang cantik.

Dan ini adalah REALITA hahahahaha. Kabut tebel banget, tanah basah habis hujan, rada becek, mainannya semua pada basah, jadi anak-anak nggak bisa main pedal cart, apalagi flying fox. Huks! Ngomong-ngomong, pemilik restoran ini juga importir tunggal pedal cart (Dutch Mammoet Kart) langsung dari Belanda yang terkenal kuat dan mahal. Di sini kita bisa main gratis kalau kondisi memungkinkan.

Nggak bsia main pedal cart, cukup duduk-duduk di ayunan.

Saya masih berusaha nyoba naikin, ternyata lumayan berat juga, apalagi kalau tanahnya habis hujan begini.

Di balik pagar adalah area pertanian, plus ada flying fox. Tapi jelas nggak bisa naik karena bagian tanah bawahnya sudah jadi kubangan. Cukup foto-foto dengan sapi saja.

Ini adalah foto terakhir dengan sapi, sebelum tragedi. Tragedi apakah itu? Ketika suami lagi foto-foto anak, tiba-tiba sapinya melihat ke arah suami, lalu mulai mendekati dengan pandangan agresif. Suami kaget, langsung angkut si Tilly dan lari ke arah restoran, dan dikejar kenceng banget sama sapinya! Suami teriak-teriak sambil gendong anak dengan muka super stress, antara kasian sama lucu... Kenapa lucu? Soalnya baru pertama liat suami sendiri panik sambil teriak-teriak lari-lari. Untungnya pas mendekati gerbang menuju restoran, sapinya balik arah. Phewww legaaaa.... Nggak lagi-lagi deh main ke area sapi.

Dan ternyata sapinya ini memang lagi kena PMS atau apaan gitu, temennya sendiri juga dia ajak brantem, adu kepala gitu. Ini kami foto dari jauh.

Sambil nunggu makanan, Tilly sambil eksplorasi. Di sini banyak mainan-mainan lucu dari kayu.

Ada kuda-kudaan tradisional juga.

Rata-rata kami pesan es kopi dan es coklat, karena biarpun habis hujan, cuaca agak lembab dan hangat. Minumannya, enak-enak banget! Mantap lah.

Ini pesanan suami, namanya Krakatau, yaitu Dutch Pancake dengan isian spesial, slow cooked pork (Indonesian Style) with ginger, garlic soy sauce, and sambal. Iyes, itu di kiri ada sambel uleknya dong! Porsi makanan di sini, guede banget!

Ini pesenan om dan tante saya, keduanya sama-sama pesan Sate Ayam. Yang lucu, sate ayamnya bukan dimakan dengan lontong atau nasi, tapi pakai fries hehe. Sayangnya, ayamnya pakai bagian dada, bukan paha, plus, satenya digoreng, bukan dibakar. Maklum, bule yang masak hehe. Bule lebih prefer pakai daging dada. Padahal untuk sate, jauh lebih enak daging paha. Lagi-lagi porsinya gede banget!

Ini punya saya, namanya Pouakai. Dutch pancake juga tapi isinya Jalapeno, bacon, mushroon, onion, capsicum, tomato, and grated cheese. Oh iya, anak-anak di sini seperti biasa pesan chicken and fries, dan pasti pembaca blog sudah pada bosen lihat gambar chicken and fries kan? Hahahaha.

e

Karena porsinya guede-guede banget, kami minta dibungkus untuk takeaway. Liat dong, cara bungkus takeawaynya kayak gini hahahaha. Dibentuk angsa! Iseng bener.

Habis makan, nongkrong-nongkrong santai dulu di luar, sebelum balik ke Auckland dan sibuk lagi dengan kehidupan perkotaan.

Bye, Volcanoview Tavern. Semoga suatu saat balik lagi, kami bisa mendapatkan pemandangan Gunung Taranaki dari balik jendela.

Berhubung si kecil pas lunch time males makan, kami terpaksa mampir di McD buat beli Happy Meal (inilah penyelamat bangsa untuk anak-anak di saat travel). Padahal menunya sama loh dengan di restoran yaitu Nuggets and Fries, tapi yang namanya McD punya tetap lebih bikin semangat. Tapi karena kecapekan main, belum sempat dimakan, anaknya keburu ketiduran. Untung satu jam kemudian dia bangun dan makan sampai habis.

Menuju Auckland, cuaca malah makin cerah. Jepret aja deh gambar bukit di depan. Nggak dapat Mt. Taranaki, minimal dapat gambar bukit random buat kenangan hahahaha. 

Supaya anak-anak nggak terlalu kelaparan karena pernajalan masih cukup panjang, sekitar pukul 6.30 kami mampir di kota Hamilton untuk makan malam. Pilihan kami jatuh ke Daikoku yaitu restoran yang menu utamanya Teppanyaki. Sebenernya sih resto ini juga ada cabangnya di Auckland. Tapi yang namanya lagi travel rame-rame, makan apa aja seru.

Salad dan miso soup untuk pembuka.

Saya dan suami order Takoyaki untuk appetizer.

Dua porsi Salmon Avocado Roll untuk Abby (iya...abis kok dua porsi).

Chef mulai beraksi!

Saya dan suami masing-masing pesan yang steak. Seru kan lihat daging berderet-deret? 

Anak-anak dua mukanya serius banget, sementara si Om dan Tante ketawa happy sekali, entah saya lagi ngejoke apa sampai mereka seru ketawanya.

Woooosshhh! Pertunjukan api, paling ditunggu-tunggu. Yang saya bingung, kenapa si Abby malah tutup telinga? Hahahaha.

Porsi Teppanyaki saya. Kalau udah dicampur gini mah, kayak stir fry aja ya. Stir fry harga premium hahaha.

Lanjut lagi perjalanan ke Auckland. Yang kecil di resto ngga mau makan, di jalan malah kelaparan minta chips. Balada travel bersama bocah, emak-emak harus flexible dan sedia snack.

Mendekati Auckland, langit senja cantik sekali. Sudah mau pukul 9 malam di puncak musim panas, masih agak terang.

Demikianlah perjalanan kami yang seru selama 3 hari 2 malam ke New Plymouth. Perjalanan yang isinya full basah di hari kedua, tapi tetap menyenangkan, apalagi kali ini perginya langsung dua keluarga. Intinya kalau lagi travel itu, cuaca bagaimanapun, harus dibawa seneng, karena kalau kita mutung, liburan tidak akan berkesan. Sampai ketemu lagi di Abby dan Tilly Tamasya selanjutnya. Kemana hayo? Tungguin aja ya.