2 minggu lalu pas saya nulis entry sebelum ini, Auckland sedang mengalami lockdown selama 3 hari. Kali ini, lagi-lagi Auckland mengalami lockdown selama 7 hari, dimulai hari Minggu kemarin tanggal 28 Februari 2021. Sehabis Imlek dapat lockdown, sehabis Cap Go Meh, dapat lockdown lagi. Punya pemerintah yang sigap ya begini ini keadaannya. Ada tambahan kasus yang jumlahnya single digit bahkan 1 saja sudah bikin ketar ketir. Di sisi lain, walaupun banyak yang kesal lockdown berkali-kali, banyak juga yang bersyukur bahwa jumlah kasus di negara ini bisa ditekan. Better safe than sorry kalau kata pepatah. Lockdown itu nggak enaknya buat saya sih, anak-anak jadi di rumah terus, yang berakibat selalu saja ada keributan setiap hari hahahaha. Kebayang deh yang di Indonesia pasti udah terbiasa banget ya anak-anak sekolah dari rumah selama hampir setahun ini. Semoga proses vaksinasi di seluruh dunia bisa berjalan lancar, dan virus jahat ini bisa ditanggulangi. Kalau dulu Covid-19 terasa jauh, sekarang rasanya sungguh dekat, apalagi mulai menyerang orang-orang yang berelasi dengan kita mulai dari teman sampai saudara. Jaga kesehatan ya untuk kita semua, patuhi protokol, dan intinya sih jangan remehkan penyakit ini.
Kita lanjut lagi ya kisah jalan-jalan North Island road trip yang akhirnya sampai pada penghujung. Mungkin yang baca mikir, wah akhirnya selesai juga hahaha. Perginya cuma 5 hari, tapi bikin postingannya sampai 2 bulan lebih baru selesai. Nggak apa-apa deh ya, daripada nanggung. Pokoknya apa yang sudah dimulai, harus bisa sampai selesai. Semoga yang membaca masih nggak bosan. Untuk lihat post sebelumnya silakan klik: bagian 1, bagian 2, bagian 3, bagian 4. Ngapain aja di bagian terakhir ini? Yuk ikuti sama-sama.
Kamis, 1 Oktober 2020
Pagi itu kami bangun dengan udara dingin dan segar dari Lake Taupo yang lokasinya pas di depan motel. Agenda utama kami hari itu adalah berlayar dengan kapal layar elektrik di tengah danau. Penasaran seperti apa? Tungguin ceritanya di bawah.
 |
Pemandangan langsung dari depan balkon kamar. Nampak berawan dan terasa dingin ya. Tapi segar banget loh udaranya. |
 |
Sewa motel dengan 2 kamar, ujung-ujungnya dua anak ini mah tidurnya nempel sama mama dua-duanya. Nasib. |
 |
Kamar kami posisinya di ujung depan, langsung menghadap danau. Kalau mau duduk-duduk santai di sini, asik sekali. |
 |
Ada kolam renang mungil bagi yang ingin berenang. Kalau kami sih pass dulu deh, dingin bener. |
 |
Ini dia gedung motelnya. Cute banget ya serasa berada di Eropa. Nah, unit kita itu yang paling depan dan paling ujung kiri. Lantai atasnya 2 bedrooms, lantai bawahnya living room dan kitchen. |
 |
Sementara saya siapin anak-anak dan mulai packing, suami muter-muter di sekitar danau untuk ambil foto. Skuter elektrik terparkir rapi di tepi danau. Siapapun yang mau pakai, tinggal pakai apps. Di Indonesia udah ada juga kan ya? Grab kalau nggak salah. Masih jalan nggak tuh? |
 |
Iconnya Lake Taupo #lovetaupo, tempat turis biasa foto-foto. |
 |
Cari makan di Taupo ini lumayan gampang, restoran cepat saji juga banyak tersedia. |
 |
McD di sini terkenal sekali karena playgroundnya pakai body pesawat. |
 |
Karena tinggal di motel, tentulah nggak dapat sarapan. Karena kami mengejar waktu checkout dan sailing pukul 10.30, Indomie to the rescue! Makan Indomie Goreng di cuaca dingin dengan pemandangan danau, sesuatu sekali! |
 |
Sebelum ganti baju dan checkout, diajak keliling dulu sama papa untuk foto-foto. Imut amat Tilly di sini, perasaan sekarang udah tambah lonjong mukanya. |
 |
Anggep aja lagi di Bali. |
 |
Asik amat ini anak dua pagi-pagi nonton kartun. |
 |
Gemes banget sama succulent di depan kamar. Cakep aja gitu warna warni. |
 |
Si ompong pakai beanie. Btw, ini beanie yang sama dengan yang dia pakai ke Jepang pas belum umur 3 tahun, ternyata masih muat. |
 |
Adiknya pakai beanie nutupin mata, malah ketawa-tawa sendiri. |
 |
Pas checkout dan balikin kunci, ketemu mobil yang nganter tissue. Gemes banget nggak sih gambarnya? Di Indonesia pasti langsung kena cekal. Pasti itu. |
 |
Perjalanan dilanjutkan ke dermaga kira-kira 10 menit saja dari motel. Sehabis ini, kami akan naik perahu layar elektrik. |
 |
Ketemu deh kapal kita yang ada di sebelah kiri. Namanya Sail Barbary. Yang pakai baju hitam itu adalah skipper kita namanya Chris. |
 |
Ternyata kita adalah peserta perdana yang hadir. Kalau lagi ramai, biasanya mau dapat tempat di boat ini susah loh, karena kapasitasnya cuma 22 orang maksimum. Tapi sejak Covid-19 melanda, NZ hanya mengandalkan turis lokal yang jumlahnya tidak seberapa. Mereka sampai harus kasih diskon khusus (saat itu 20 persen), tapi tetap peserta total di hari itu cuma 8 orang saja. Sedih ya. Buat yang ingin mencoba pengalaman ini, langsung saja booking via website resminya di sini. Harga tiket adalah $49 untuk orang dewasa dan $29 untuk anak-anak. |
 |
Karena kita peserta perdana, jadi bisa foto berempat difotoin sama Chris, jadi serasa kapal milik pribadi. |
 |
Kalau masuk ke kolong kapal, ada beberapa tempat tidur yang sangat nyaman dan kamar mandi kecil. Bagus banget ya kayunya. |
 |
Para tamu bisa membuat kopi, teh, atau Milo sendiri. |
 |
Si Abby udah pewe aja nih, betah dia di bawah, soalnya hangat. |
 |
Si kepo, seneng banget ngelihat tangga, naik turun deh dia. |
 |
Berlagak dulu jadi nahkoda. |
 |
Yang kecil juga nggak mau kalah. |
 |
Ini dia kapalnya kalau dilihat dari depan. Peserta lain sudah ada yang tiba. Karena saya bawa anak kecil, kita direkomendasi duduk di bagian belakang. Kalau dewasa sih serunya duduk di atapnya ya, seperti 2 orang peserta itu. |
 |
Pose wefie pakai cengdem. Si Tilly kacamatanya mlorot. |
 |
Skipper kita Captain Chris. Sehabis ini, layarnya mulai ditarik ke atas. Jadi pelayaran kita mengandalkan tenaga listrik dan tenaga angin. |
 |
Wefie dengan bibir yang pada kering karena dingin. |
 |
Anak-anak nampak terkesima sekali mendengarkan keterangan dari Chris. Sementara muka mulai pada memerah karena kedinginan. Oh iya, makin ke tengah danau, suhu bisa turun 5-7 derajat Celcius dibandingkan dengan suhu di darat. Lumayan kan semriwing. |
 |
Musimnya sih musim semi, tapi semuanya pakai fluffy jackets. Bapaknya pakai beanie kenapa jadi kayak tukang nawarin villa di puncak ya? Hahaha. |
 |
Si ompong manis banget senyumnya. |
 |
Paling seru kalau ketemu bebek. Chris ngajak peserta untuk ikut ngasih makan bebek dengan taruh biskuit di tangan. Eh ternyata bebek-bebek ini pada bisa terbang rendah dan nyamber biskuitnya. Seru! |
 |
Karena udara makin dingin menusuk, Abby pinjam raincoat yang disediakan di kapal. Eh iya, jadi keinget, ada pasangan muda yang kayaknya lagi masa lovey dovey banget, ikutan cruise ini. Yang cowoknya sih pakaiannya normal, celana panjang, jaketan, tapi ceweknya pakai rok super mini, sampai skipper kita bingung kok mau sailing di cuaca dingin pakai rok mini. Awal sailing, si ceweknya masih gengsi nggak mau pakai cover. Akhirnya di tengah-tengah, nggak tahan juga dia! Maksud hati biar keliatan seksi, yang ada kena hiportemia, nyengir dah hahaha. |
 |
Cantik banget warnanya, serasa kartu pos. |
 |
Gugusan tebing di tepi danau, di bagian atas ada rumah-rumah peristirahatan mewah. |
 |
Dingin-dingin gini, tetap ada yang semangat naik kayak sampai ke tengah danau. |
 |
Setelah satu jam lebih berlayar, sampailah kita di tujuan utama pelayaran yaitu melihat Maori Rock Carving. Pahatan batu setinggi 14 meter ini, dianggap sebagai contemporary art Maori yang paling terkenal saat ini, dipahat oleh seniman bernama Matahi Brightwell. Pembuatannya berlangsung selama 4 tahun, mulai tahun 1976 sampai 1980. Mulai tahun 2019, pahatan ini mulai direstorasi lagi ke bentuk aslinya setelah berpuluh tahun terkena erosi, dan restorasi ini dilakukan oleh seniman yang sama. Ingin tau lebih lanjut, silakan klik link ini. |
 |
Papa dan anak pertama dengan latar belakang Maori Rock Carving. |
 |
Mama dengan anak kedua. Tapi Rock Carvingnya kejauhan ya. |
 |
Hore akhirnya ada foto berempat dengan latar belakang yang cantik. Sayang si Tilly mukanya bengong ya hehe. |
 |
Tilly seneng banget ngelihatin bebek. |
 |
Entah kenapa, foto ini keren sekali, serasa lagi di samudra luas, padahal di tengah danau. |
 |
Kedinginan, tapi banyak gayanya. |
 |
Tuh kan, udah segede gini, enak disuruh-suruh gaya mau aja. |
 |
Turun ke bawah dulu deh, nemenin papa bikin kopi panas. |
 |
Kopi hitam hangat di tengah danau yang dingin. Nikmat sekali. |
 |
Dan pada akhirnya, karena suasana dingin, ditambah goyang-goyang santai perahu di tengah danau, pules dehhhh. |
Setelah berlayar hampir 3 jam, perut sudah lapar, langsung mencari cafe untuk tempat makan siang, dan pilihan kami jatuh ke Kefi yang menyediakan menu Meditteranean fusion.
 |
Pilihan menu di cabinetnya saja sudah lumayan seru loh. Tapi kami milih pesan made to order.
|
 |
Oreo Cheesecake, buat mancing si Tilly yang nyawanya separo karena habis tidur saat berlayar. |
 |
Anak-anak langsung sibuk sendiri begitu ada buku mewarnai dan pinsil warna. |
 |
Fish and Chips untuk Abby. Asyik nih chipsnya pakai curly fries. |
 |
Pressed BFT: Turkish Bread stuffed with bacon, feta, and tomato, served with slaw and tzatziki. Ini punya suami. Dia juga nambah greek fries, alias kentang goreng ala Yunani yang ditaruh di bawah sandwichnya. |
 |
Greek Burrito: spinach, feta, greek baked beans, avocado, and tzatziki. Ini menu saya. |
 |
Di sini si Tilly nggak mau makan sama sekali, malah ke toy corner buat main. Hepi banget kan mukanya, tapi ogah makan. Sebel. Untung ingat ada McD yang pesawat tadi. Terpaksa mampir situ sebelum pulang buat beli nuggets dan kentang. |
 |
Lucunya, habis dibeliin nugget, si Tilly tetap aja nggak makan, itu kantong McD cuma dipegangin, dan dua-duanya malah tidur pulas. Untungnya di tengah-tengah perjalanan dia bangun dan merasa lapar, akhirnya ludes juga itu nugget dan fries. Oh iya, ini perjalanan pulang saya yang nyetir, jadi bapaknya bisa wefie barengan anak-anak molor di belakang. Dari 5 hari trip, istri cuma kebagian nyetir hari terakhir hahaha. Maklum, bapaknya hobi nyetir. |
 |
Perjalanan dari Taupo kembali ke Auckland, disuguhi pemandangan bukit hijau ala wallpaper Windows XP. |
 |
Tidurnya asoy banget sampai udah nggak jelas arah kepala kemana. Yang ini bukan wefie, bapaknya foto beneran, makanya posisinya kebalik sama yang wefie. |
 |
Perjalanan dari Hamilton ke Auckland, mulai deh jalanan lurus dan rata. |
 |
Akhirnya, sampai juga kita di depan rumah! Wajib diabadikan! Prestasi juga nih, setelah sekian lama nggak nyetir jarak jauh, lumayan lah tadi nyetir 4.5 jam. Padahal jaman muda dulu, nyetir 7 jam juga pernah saya jabanin, sendirian malah! |
 |
Sampai rumah, cukup manasin menu leftovers dari pas sebelum berangkat. Bakwan Malang babi for dinner! Ini piring suami pastinya, pakai nasi, dan nggak pakai sambel. |
Selesai sudah rangkaian perjalanan kita keliling North Island, mulai dari Auckland, Napier, Wellington, Taupo, lalu balik lagi ke Auckland. Semoga bisa memberi inspirasi buat teman-teman yang nanti ingin ke Selandia Baru pada saat border sudah dibuka (entah tahun berapa). Sampai ketemu lagi di Abby dan Tilly Tamasya selanjutnya!
what a beautiful scenery
ReplyDeleteVery grateful for that!
DeleteCii, nggak bisa nggak iri lihat pemandangan biru-biru di danau dan ijo-ijo saat perjalanan pulang hahaha. Dan setuju, kenapa indomie terasa lebih enak kalau dimakan di hotel saat liburan ðŸ¤
ReplyDeleteSejak pandemi aku nggak berani ke mana-mana, pengen staycation aja maju mundur. Kasihan juga sebetulnya sama anak yang kelamaan ngendon di rumah, pengen ajak dia main outdoor cuma mamanya yang nggak berani hiks
Btw, just heard the news about the earthquake, Ci. Kalian baik-baik saja kah?
Hi Jane, kami baik2 semua. Malah cici ga brasa pas gempa. Bbrp jam setelahnya ada tsunami warning sih, tp habis gitu diremove. Aman semua.
Deleteduh pemandangan disana itu bagus bagus banget ya ny.. pengen deh someday bisa liburan ke NZ...
ReplyDeleteYuk, Man. Dari West Coast gak jauh loh, cuma 1 kali flight aja ga pake transit2.
Delete