Halo semua! Untuk yang merayakan tahun baru Imlek, saya ucapkan Xin Nian Kuai Le, Gong Xi Fa Cai! Selamat Tahun Baru Imlek, semoga kemakmuran menyertai kita semua. Berita sedikit mengenai kejadian di sini, mendadak Auckland ada 3 kasus covid-19 di komunitas yang ditemukan pada hari Minggu 14 Februari 2021 alias hari Valentine. Malam yang sama, pemerintah langsung mengumumkan akan melakukan lockdown, mulai Senin sampai Rabu. Hari Kamis ini, 18 Februari 2021, kami masuk di alert level 2. Artinya anak-anak sudah bisa masuk sekolah, walaupun pergerakan masih terbatas, dan berkumpul tidak boleh lebih dari 100 orang. Lumayan sedih sih kemarin itu, Rabu Abu alias awal masa Prapaskah bagi umat Katolik, harus kami rayakan di rumah. Tapi bagaimanapun, kami bersyukur, tindakan cepat dan tepat pemerintah Selandia Baru, penyebaran di komunitas langsung bisa ditekan. Puji Tuhan lagi, kami masih sempat merayakan Imlek, lalu mengikuti Misa Imlek di komunitas Katolik di Auckland.
Sekarang, kita balik lagi lanjut cerita jalan-jalan kami tahun lalu ya. Kalau nggak dilanjutin, nggak selesai-selesai, nanti gak bisa cerita yang lain hehehe. Untuk ikuti bagian sebelumnya, silakan klik di sini untuk:
bagian 1,
bagian 2, dan
bagian 3. Itinerary kami di hari ke 4 adalah perjalanan dari Wellington menuju Taupo, dengan melakukan stop di Paraparaumu dan Palmerston North. Bagaimana serunya perjalanan kami? Ayo kita simak sama-sama.
Rabu, 30 September 2020
Mau cerita sedikit dulu, ada pengalaman kurang enak kali ini menginap di Rydges. Pertama, di dalam gulungan face cloth (handuk kecil untuk wajah), ternyata ada paper towel bekas di dalamnya (terlihat seperti paper towel bekas membersihkan make up). Padahal gulungan face clothnya terlihat baru dan rapi, jadi entahlah siapa yang iseng, yang jelas petugas housekeeping tidak memeriksa. Kedua, sejak hari pertama, kami tidak mendapat shower gel dan shampoo. Yang ada malah scrub, conditioner, dan body lotion. Jadi pas hari kedua, kami tulis notes ke housekeeping untuk minta shampoo dan shower gel.
Pas kemarin malam kami kembali dari jalan-jalan, ternyata tetap nggak dapat shampoo dan shower gel, malah dapat conditioner dan body lotion berbotol-botol. Kami biasa mandi malam sebelum tidur, jadi malam itu, kami ke resepsionis untuk minta shampoo dan shower gel, eh mereka bilang mereka kehabisan stock dari supplier sudah beberapa hari! Parah nggak tuh? Anehnya, mereka sama sekali nggak berusaha ambil produk off the counter (misal dari supermarket) untuk sementara menggantikan ketidaktersediaan ini. Terus terang saya kecewa banget, dan mereka sama sekali nggak bantu kami. Jam segitu, mini market juga sudah tutup semua, jadi kami nggak bisa beli di luar. Setelah suami kesel marah-marah, akhirnya dikasih 1 tube shower gel, dan kata mereka itu persediaan terakhir, nggak ada lagi. Kamar di hotel ini nggak pernah di bawah 2 juta semalam loh, tapi kok shower gel aja nggak ada. Pagi-pagi sebelum check out, kami bicara lagi ke resepsionis atas kekecewaan kami, dua point di atas itu. Kami dikasih email address manager untuk tulis issuenya. Ya kami tulis sih, ended up cuma direply minta maaf hahaha. Yang penting mereka sudah notice deh ya. Mau balik lagi nginap di situ? Hmmm... coba hotel lain deh next time.
Oke, selesai curcolnya. Lanjut kisah jalan-jalan. Pagi itu seperti biasa kami sarapan di Portlanders alias restaurantnya hotel. Nggak pernah ada masalah sih dengan rasa makanan di sini, cuma kalau ramai memang suka agak lama refillnya. On the other hand, semuanya memang freshly made, jadi ya mau nggak mau butuh waktu extra.
 |
Karena sausagenya enak, suami langsung ambil dua dong! |
 |
Pagi itu Abby makan pancake with bacon and maple syrup. Pancakenya bikin sendiri pakai mesin, tinggal pencet tombol. |
 |
Piring saya. Penuh ya? Iya dong! Butuh tenaga nih (plus laper mata). |
 |
Siap-siap check out dulu. Bocah kecil imut-imut nunggu valet datang di pinggir jalan. |
 |
Agenda pertama kami hari itu adalah ke Paraparaumu, untuk mengunjungi kawan kami Rendi dan Feli. Kami pernah mengunjungi mereka saat anak kedua mereka baru lahir di tahun 2016 lalu. Waktu itu Tilly aja belum diproduksi hihihi. Kalau mau lihat seperti apa situasi pas kami ke sana tahun 2016, boleh intip di sini. |
 |
Wah, anak-anak pas ketemu sih langsung aja main bareng. Yang kiri ada Kaeshi dan Kaeli, yang kanan, ya you know who hehehe. Itu si Tilly gemes amat sih, kayak es lilin. |
 |
Rendy dan Feli lagi bangun rumah baru di lokasi ini, dan pemandangannya wowww banget! Kita foto dulu ramai-ramai pakai timer nih. Temenan dari di Amerika, sampai lanjut ke Selandia Baru. |
 |
Foto keluarga berempat, di halaman rumah orang hehehe. |
 |
Magnificent view of Paraparaumu coastal line. Indah banget, tapi kayaknya saya nggak sanggup tinggal di Paraparaumu, soalnya lumayan jauh dari mana-mana. Hasrat hidup masih separo perkotaan soalnya hahaha. |
 |
Tilly nggak sabar mau main trampolin di belakang rumah. |
 |
Asik deh semua loncat-loncatan. |
Agenda terpenting lagi dalam trip kita sekarang adalah kembali ke Our Lady of Lourdes Statue, yaitu patung Bunda Maria setinggi 14 meter yang terletak di kota yang sama. Deket banget, kayak cuma 10 menit dari rumah Rendy dan Feli.
 |
Untuk naik ke bukitnya, kita harus melewati gang sempit di antara pemukiman. |
 |
Jalan salib dengan 14 perhentiannya. |
 |
Si kecil semangat banget naik bukit, mama sih nggak bisa kejar-kejar deh. Ngos-ngosan! |
 |
Akhirnya, sampai juga kita di atas bukit. Dan rasanya, haru banget! |
 |
Kenapa kami haru banget? Karena tahun 2016 lalu, saat kami menginjakkan kaki di tempat yang sama, misi kami adalah mengucap syukur, karena setelah berbulan-bulan tiba di Selandia Baru, akhirnya suami mendapatkan pekerjaan pertamanya. Di tahun 2020, kami kembali mengucap syukur. Hidup kami sudah jauh lebih stabil, saya dan suami punya tambahan anggota keluarga lagi yaitu Tilly, dan kami akhirnya bisa membeli rumah sendiri. Terima kasih Bunda Maria, telah menyampaikan doa kami kepada putramu. |
 |
Dua anak manis, foto di kaki patung Bunda Maria. Dulu Abby masih sebesar Tilly, sekarang sudah jauh lebih tinggi. Kami ambil waktu sejenak untuk berdoa, sebelum melanjutkan perjalanan. |
 |
Wefie berlima hehehe. |
 |
Sesekali foto solo serasa OOTD. |
 |
Wefie lagi sama suami. |
 |
Pemandangan indah dari atas bukit. 11-12 ya sama pemandangan dari rumah tadi hehe. |
 |
Perjalanan kami lanjutkan ke Palmerston North, melewati perbukitan hijau dan jalan yang mulus. |
 |
Sampai di sana, kami langsung ke restaurant Bangsaen Kitchen yang menyediakan masakan Thailand. Kalau ke Thai Resto, nggak lengkap kalau nggak pesan Thai Tea. |
 |
Orange Juice buat si kecil. Segerrr! |
 |
Biar gampang, yang kecil akan gorengan aja. Ebi Furai gendut-gendut. |
 |
Chicken Satay buat appetizer. |
 |
Chicken Fried Noodle buat Abby. Btw, ini kids meal loh segede gini! |
 |
Chicken Green Curry buat suami. |
 |
Beef Pad See Ew buat saya. Semua makanan di sini enak-enak dan otentik rasanya. Plus ownernya baik banget. Saat kami nanya apakah masih ada sakura di Palmerston North, dia malah menjelaskan dengan seksama banget. Yang tadinya agenda di Palmerston North cuma buat sekedar lewat, akhirnya kami tambah satu stop lagi di sini, yang sangat tidak terlupakan!
|
 |
Foto sedikit suasana downtown Palmerston North. Jujur saja, kotanya kecil banget sih, tapi tertata rapi dan indah. |
 |
Clock tower di tengah kota. |
 |
Inilah agenda tambahan kami karena dapat petunjuk dari pemilik restaurant Thai tadi. Begitu masuk area Esplanade, waaahhh bahagia banget, masih ada bunga sakura! Walaupun sebenarnya sudah hampir berubah jadi daun, tapi kami tetap berbinar-binar. |
 |
Kami juga bisa naik kereta api mini mengelilingi area taman kota. Harga tiket returnnya murah luar biasa, hanya $3 per orang. Anak-anak bahagia luar biasa, orang tuanya juga! |
 |
Ini adalah jembatan merah, khusus untuk orang yang ingin nyebrang melewati rel, dan juga bisa mantau kereta yang lewat dari atas. |
 |
Ada maintenance depotnya, rapi banget. Padahal ini cuma kereta kecil aja. Pantes ya banyak banget train di Selandia Baru sini, walaupun tua-tua banget, tetap terawat. |
 |
Ada yang nggak sabar nih, mau manjat pager! |
 |
Ini dia tiket kami berempat. Cuma $12 totalnya. Lebih murah daripada main di Timezone hahahaha. |
 |
The train has arrived! Lucu dan bagus banget! |
 |
Posisi duduk Abby, Mama, Tilly, Papa, tapi Tilly nggak kelihatan. |
 |
Tapi petugasnya baik banget nawarin kita foto. Jadi deh, punya foto keluarga berempat di atas kereta. |
 |
Choo choo, here comes the train! (Kata Tilly, copy dari lagu Blippi). Seru banget naik kereta melewati area hijau-hijau. |
 |
Tilly heboh banget lihat kanan kiri. |
 |
Setengah perjalanan, kita sampai di playground. Kalau mau stop di sini bisa, main dulu, nanti naik lagi balik ke stasiun awal. Tapi karena keterbatasan waktu, kita lanjut balik ke stasiun utama saja, apalagi kita masuk ke kloter terakhir sore hari. |
 |
Si kepo ngintip-ngintip. |
 |
Playgroundnya aja cantik begini ya. Kalau kita punya waktu lebih sih, mau banget main dulu, tapi sayangnya sudah kesorean saat itu.
|
 |
Muter lagi melewati pepohonan besar dan rimbun. |
 |
Mirip nggak? Hidungnya sama gedenya ya hahaha. |
 |
Bisa juga loh wefie berempat di atas kereta. |
 |
Papasan dengan kereta yang lain dari arah berlawanan. Dadah-dadah deh! |
 |
Melewati jalanan yang penuh dengan sakura. Cantik banget. |
 |
Akhirnya, balik lagi deh kita ke stasiun utama. |
 |
Hore! Selesai! Habis ini lanjut foto-foto dengan bunga sakura. |
 |
Asyik, akhirnya kesampaian juga foto dengan bunga sakura. |
 |
Ini pose apaan sih? Happy bener! |
 |
Doh, imut banget! Kalau liat kayak gini, nggak pingin dia cepet gede. Tapi kalau inget makannya susah, buru-buru deh cepet gede hahahaha. |
 |
Anggep saja lagi Hanami di Ueno Park, Tokyo. |
 |
Karena nggak ada orang lain, terpaksa wefie-wefie sendiri. |
 |
Wefie demi dapat foto berempat, kok jelek amat ya hahaha. |
 |
Padahal, pemandangan sebagus ini, tapi sedih amat gak ada foto berempat yang proper. Namun kemudian, keajaiban terjadi. Ada seorang fotografer dan asistennya, mendadak melipir buat foto prewed, lalu nawarin fotoin kita! Woahhh rejeki! |
 |
Akhirnya, kita punya foto berempat yang proper. Hore! |
 |
Sekali lagi, kali ini horizontal. |
 |
Perjalanan menuju Taupo, kita melewati Desert Road. Kenapa disebut Desert Road? Karena jalanan ini isinya padang savanna kering kerontang tapi dingin. Dan di depan kita nampak gunung bersalju Mt. Ruapehu. |
 |
Udah kayak brosur iklan truk kan? Cantik namun misterius. menuju senja, dengan pemandangan gunung salju di belakangnya. |
 |
Terasa gloomy dan dingin ya. Desert Road ini kalau winter harus hati-hati banget, karena jalanan suka ada esnya. |
 |
Sampai di Taupo, sudah pukul 7.30 malam. Kami sudah ngidam banget makan burger dan ayam goreng di Pauly's Diner. Rencana memang langsung takeaway untuk dimakan di hotel dengan santai. Sayang sekali, karena kami sudah kemalaman, mereka kehabisan roti burger. Jadi kami cuma bisa pesan ayam goreng dan saladnya. Biarpun toko sudah mau tutup (tutupnya pukul 8 malam), di dalam orang masih antri loh untuk pesan.
|
 |
Nungguin mama pesan ayam goreng. Itu cengdem kenapa dijepit di kerah, lucu amat. |
 |
Yang belakang loncat, yang depan melet. |
Dan tibalah kami di penginapan di Taupo, namanya La Chalet Suisse Motel. Tempat ini bukan preference utama kami, karena sebenarnya kami sudah ngincar tempat lain. Tapi namanya pergi dadakan, ya gini deh, kehabisan tempat. Lalu suami bilang, ya udah apa yang ada saja, tapi pilih kamar tipe teratas, sehingga anak-anak bisa tidur nyaman dan yang penting masuk budget. Jadilah pilihan kami mengerucut ke sini. Ternyata oke juga loh! Better than expectation. Dari luar gedungnya tua, pas masuk ke dalam, not bad at all. Paling seneng sih anak-anak, soalnya ada tangga! Maklum, di rumah sendiri ngga ada tangga (ini preference saya sih, rumah 1 level aja).
 |
Living room yang mungil tapi nyaman. |
 |
Dining room kecil. Itu jendela di depan kalau dibuka, pemandangannya langsung Lake Taupo. Sayang sudah malam jadi nggak kelihatan. |
 |
Dapur dan peralatan masak lengkap, standar motel yang bagus di Selandia Baru. |
 |
Kamar mandinya sih mungil, tapi bersih. |
 |
Nah, ini yang menurut saya agak terlalu mungil, shower boxnya! Saya aja ngerasa sempit, apalagi orang kiwi yang besar-besar ya. Bisa sesak di situ hahaha. |
 |
Di lantai dua di antara kamar, ada juga toilet kecil, jadi nggak perlu turun ke bawah kalau malam-malam. |
 |
Ini toilet lantai 2, mungil, tapi semuanya bersih banget. |
 |
Ini kamar utama di lantai dua. Ranjangnya Super King Size, dengan balkon langsung menghadap danau. |
 |
Sesungguhnya, cocok sekali untuk orang yang honeymoon hahaha. Apalagi di pojokan ada jacuzzi! |
 |
Jacuzzinya gede banget, dan siapa yang paling seneng? Anak-anak! Nggak sabar banget mereka buat main air. |
 |
Ini kamar sebelah, kamarnya anak-anak. Enak juga ya motelnya. |
 |
Ini pesanan kita dari Pauly's Diner. Ayam goreng 2 porsi, satu caesar salad (yang tentunya diisi ayam goreng juga), dan large fries. Ditemani sambal Sriracha dan saus tomat, mantap! |
 |
Makan ayam goreng berdua sambil nonton TV, indahnya dunia. |
 |
Habis kenyang makan, siap-siap mandi berendem di jacuzzi. Asikkk! |
 |
Inilah kenapa anak-anak seneng banget kalau ada tangga di motel. Mereka kerjaan naik turun pakai pantat, lalu lempar-lemparin bantal dari atas, diglindingin ke bawah. |
 |
Anak jaman now, sebelum tidur pada main game dan nonton youtube. |
Selesai sudah perjalanan di hari ke 4, badan mulai ngerentek, tapi hati gembira. Ketemu teman, mampir di Patung Bunda Maria, ketemu sakura dan naik kereta mini, pokoknya efektif deh. Besoknya adalah hari terakhir road trip kami. Ngapain aja? Nggak mungkin dong cuma perjalanan pulang. Ditunggu ya postingan selanjutnya! Mestinya nggak lama-lama, karena antriannya udah panjang nih hehehe.
Kiong hi untuk leony sekeluarga..
ReplyDeletegw udah sering post comment kenapa ilang mulu dah.
pdhl rajin tunggu postingan jalan2 abby dan tilly.
Waduh, mungkin dia gak jodoh, Lim. Jadi ilang deh hahaha. Kiong Hi juga, sehat sejahtera semuanya.
DeleteSeru banget ya.. kalo liat gini beneran udah normal disana ya.. di keretanya duduk mepet2 gt dan ga ada yang pake masker..
ReplyDeleteIya Carol, pas kita pergi itu level 1 alias kehidupan dalam negeri sudah balik normal. Sekarang sih di level 2. Pemerintahnya serba gerak cepat untuk urusan covid ini.
Deleteliat foto foto liburan tanpa masker dan ga takut ketemu orang orang sungguh kurindukan...
ReplyDeletesementara disini kerja pun masker double.. :( .semoga covid ini segera berlalu...semesta kembali pulih..
Kiong Hi Ci leony dan keluarga :)
Hi Desi, kita sama2 ya berdoa dan tetap menjaga protokol kesehatan, supaya kondisi segera balik normal.
DeleteFoto keluarga di bawah pohon sakuranya bagus banget <3<3 yang foto wefienya juga bagus, walaupun ga difotoin fotographer :) Jadi pengen piknik di bawah pohon sakura lagi deh <3
ReplyDeleteTunggu selesai covid, biar bs travel lagi. Kangen balik ke Jepang. Makanya semoga proses vaksinasi lancar deh di seluruh dunia, kita jalan2 lagi.
DeleteAamiin :)
Deletewah iya hotel yang pertama kok gitu ya masa gak sediain sabun shampoo. apa susah nya beli di supermarket kalo supplier nya lagi gak nganter barang ya. aneh juga...
ReplyDeletemotel nya bagus ya... bersih dan gede!
Kayaknya karena chain hotel gede, malah harus standardisasi dan pastinya accountingnya lebih ribet hahahaha. Cm asli sih, sebel aja gitu. Next time hampir pasti gue cobain hotel lain deh.
DeleteMotelnya mayan above expectation sih.