Hari ini Abby main dua lagu, dan lumayan bisa membuat beberapa orang di mal berhenti untuk nonton dia main dari awal sampai akhir. Buat saya itu merupakan apresiasi yang tak ternilai.
Karena hari itu final, tentulah talentanya bagus-bagus dan makin beragam. Mulai yang menari, main piano, menyanyi, main biola, main keyboard sambil nyanyi, dan yang menarik adalah, di kategori Abby itu anak-anaknya justru lebih menarik penampilannya dibandingkan dengan yang kategori umur besar. Tapi tidak bisa dipungkiri, di kategori usia Abby ini, banyak yang ortunya nampak super ambisius dan pushy ke anak-anaknya. Bahkan tanpa malu-malu teriak-teriak dan tepuk tangan berlebihan saat anaknya tampil. Sampai Abby saja kaget loh sama tingkah laku orang tua yang begitu, kaget literal alias tersentak badannya saat ibu-ibu di belakang dia teriak-teriak. Hanya beberapa gelintir anak saja yang terlihat naik ke panggung nampak tanpa beban, gembira, dan tidak dibuat-buat. Sebagai sesama orang musik, saya dan kawan saya mencoba mengira-ngira dari semua penampil, kira-kira siapa yang masuk top 3. Ternyata perkiraan saya dan teman saya sama persis yaitu seorang anak Pasifika yang main keyboard dan nyanyi asyik sekali, sepasang anak India kakak beradik yang synchronized dancing dengan gembira, dan Abby. Saya menominasikan si anak Pasifika yang juara, tapi kawan saya yakin banget Abby yang juara.
Beberapa menit kemudian, MC mengumumkan juaranya. Si anak Pasifika yang saya kira akan juara 1, ternyata dia juara 3. Jadi kawan saya itu makin yakin bilang kalau pasti Abby deh juara 1 atau 2. Begitu juara 2 disebut, kami berdua shock, karena yang juara 2 itu adalah seorang anak yang nyanyinya ala orang dewasa, teriak-teriakan dengan nada all over the place, godek-godek kepala dan tangan ala penyanyi RnB, dan terlihat sangat dibuat-buat penampilannya. Anak inilah yang ortunya tadi teriak-teriakan heboh berlebihan. Makin shock lagi ketika diumumkan juara 1-nya, yaitu seorang anak yang bermain piano klasik, tapi di tengah main, dia berhenti blank karena salah. Begitu dia salah, mamanya langsung lari ke bawah panggung nongkrongin dia, lalu anaknya lanjut main lagi. Kemudian nggak berapa lama stop lagi, karena partiturnya jatuh, lalu mamanya naik panggung buat jepit partiturnya, lalu lanjut lagi. Keliatan sekali mamanya juga ambisius banget, karena begitu anaknya salah main langsung panik sendiri. Jadilah saya dan teman saya lihat-lihatan bingung. Bahkan penonton pun bingung, terbukti dari sambutan untuk pemenang pertama dan kedua malah nggak seheboh pas pemenang ketiga diumumkan.
Lalu bagaimana perasaan Abby ketika dinyatakan gak masuk 3 besar? Setelah selesai, kita semua berdiri dan saya bisa melihat, di pelupuk matanya mulai ngembeng air mata sedikit. Lalu dia bilang, "I thought I am going to get the first place". Saya jadi sedih juga dikit, tapi saya coba hibur dengan bilang Abby mainnya bagus banget. Jadi nggak masalah nggak dapat juara, yang penting Abby udah kasih yang the best yang Abby bisa. Teman saya juga bilang Abby mainnya udah bagus banget, malah ditawarin mau dibeliin cupcake (soalnya juara 1 hadiahnya voucher plus 1 box cupcake. NZ memang agak receh kalau soal hadiah). Kemudian saya langsung tawarin Abby, "Ayo mau makan apa? Mau cupcake, donat, sushi?" Nggak lama matanya langsung berbinar-binar. "Donat, aku mau donat!" Lalu senyum dan ketawa lagi, dan jalan bareng temannya ke counter donat. Secepat itu dia melupakan peristiwa mengecewakan yang baru dia alami. Siang itu dia makan 2 donat, 5 potong salmon sushi ukuran lumayan besar, dan 1 cup mashed potato-nya KFC. Padahal sebelum lomba sudah makan sepiring nasi dan babi asam manis favoritnya.
Sampai rumah, saya dan suami masih bahas kejadian siang tadi. Suami yang tipenya cuek, sore itu sebelum mandi masih komentar, "Si Abby padahal bagus banget mainnya. Kasian dia." Perasaan saya juga sama, kasian juga sama Abby. Bukan karena saya subyektif dan karena saya orang tuanya. Tapi karena saya sungguh melihat dia berusaha, bersemangat, tampil natural, dan bermain piano dengan sangat baik. Saya tidak masalah kalau dia tidak juara jika pemenangnya adalah anak-anak yang tampil dengan hati dan sesuai dengan jiwa anak-anak yang wajar dan natural, tidak dipaksakan, apalagi ditongkrongin orangtuanya. Ketika diskusi dengan teman di Indonesia via WA, dia bilang, "Mungkin juri melihat yang juara satu itu pantang menyerah kali walaupun salah-salah." If that's the case, ya mending Abby main gak sempurna, berhenti-berhenti, tapi nggak menyerah dong, daripada main mulus tanpa beban? (Ini emak-emak lagi curhat, boleh ya hahahaha...).
Yang jelas, saya banyak belajar di kejadian kemarin. Si Abby ternyata dewasa banget dalam menghadapi situasi. Saya juga biasa sih, nggak protes seperti seorang mamanya peserta yang sehabis selesai acara langsung nyamperin panitia dan heboh kepingin tau anaknya di posisi berapa (Ibu ini kocak banget loh, anaknya dipaksa nonton ipad permainan biola terus sebelum lomba, sambil dimarah-marahin). Cuma sebagai orang tua, rasa kecewa masih ada, hanya bisa disimpan saja, nggak bisa diungkapkan di depan anak. Saya sama sekali tidak mau mematahkan semangat dia. Saya bilang ke Abby, kalau saya bangga banget sama dia yang sudah berani maju ke panggung, main bagus sekali, bahkan lebih bagus dari penyisihan, dan Abby tetap juara di hati mama. Tau nggak dia jawab apa? "It doesn't matter I didn't win the competition as long as I am the winner in your heart." Ternyata, anak 7 tahun ini hatinya besar banget dan ini bikin saya makin bangga. Hadiah yang didapat, jauh lebih besar daripada sekedar cupcake dan voucher, tapi kedewasaan dalam menerima situasi yang kurang favorable untuk dirinya. Jadi, mau lagi nggak ikut kompetisi? Maybe yes, maybe no. Sebagai emak yang kurang kompetitif, kalau ikut ginian, milih-milih aja deh. Bukan milih yang sudah pasti bisa menang (ini mah emak-emak kiasu namanya), tapi milih yang acaranya jelas dan jurinya kompeten sesuai bidangnya aja, jadi penilaiannya jelas patokannya. Puji Tuhan, Abby nggak patah semangat dan tetap rajin latihan. Ya kalau buat mamanya sih, targetnya gak perlu jadi juara kompetisi ina inu... tapi kalau bisa nih, kurang dari 10 tahun lagi bisa mengiringi koor mama nyanyi di gereja. Cetek? Biarin! |
Ci Le.. Duh kalau lihat Abby dah segadis ini saya merasa.. tua qiqiqi.. Selebihnya ikutan bangga!! Abby berani tampil dengan maksimal dan batik Indonesia ikut tampil.
ReplyDeleteSaya kaget, ternyata emak-emak di NZ kompetitif jg ya urusan lomba anak.. tapi untuk kejadian pemenang yang "mencurigakan" gini, saya malah seneng sih kalau ada emak yang berani komplen, minimal juri/ panitianya kesentil dikit nuraninya kalau memang ada sesuatu dibelakangnya.
Hahaha, Abby masih kecil kok, Tante. Baru 7 tahun. Iya dong, ada kesempatan pakai batik, mumpung masuk spring, lebih anget sedikit, bisa pakai dress.
DeleteSaya sudah ngelihat sih yg ortunya kompetitif banget itu, orang Asia (dari negara C dan F), sama orang bule tapi yg tipe leher merah (kalau pernah nonton serial yang soal pageant mom, ya semacam itu lah hahaha). Unfortunately yg protes dan kepo nilai anaknya itu, anaknya gak bagus mainnya hahaha. Tapi ya namanya kompetitif, tetep aja ngga puas.
Nyengir mbayangin ekspresi mikir juri si bapak mal...seperti terjebak di dimensi yang salah haha..
ReplyDeleteYa yang seperti ini yang bikin penilaian jadi banyak tidak tepatnya ya Le..tidak adil bagi yang sudah serius latihan dan tampil bagus.
Bagus Abby terus semangat yaa pantang menyerah. Jia you!
Bener banget tuh kata papanya Abby, persis kayak gitu... Muka pingin acara buru-buru selesai hihihi. Yah gak apa-apa, pengalaman kan guru terbaik. Jadi ngerti juga emaknya model2 kompetisi beginian, membuka mata hehehehe. Makasih, Tante titipan semangatnya buat Abby.
Deletesebagai mama pasti sedih ya ngeliat anaknya sedih, tapi bagus nya Abby udah bisa menerima kekalahan ya meskipun dia maen nya bagus dibanding yang menang itu.. semangat terus ya Abby!
ReplyDeleteLebih sedih mamanya daripada anaknya hahaha. Yang penting nggak patah semangat!
Deleteselamat ya abby udah berani tampil. berani tampil depan publik saja udah satu prestasi lho.
ReplyDeleteitu tilly rambutnya udah mulai panjang tambah cantik deh. jangan dipotong lagi ya mommy.#pesan dari fans tilly nih.
Makasih, Tante Limmy. Iya bener, makanya kita jadikan pengalaman seru aja hehe. Beneran fun experience!
DeletePoninya Tilly boleh dong ya dipotong? Belakangnya dipanjangin dan ekor kuda aja deh hehehe.
kok gak ada video nya ny? pengen liat... :)
ReplyDeleteyah namanya lomba talent emang gitu ya. subyektif banget. gak jelas milih yang menang gimana. udah kenyang juga kita ama yang beginian. hahaha.
yang penting anaknya udah do their best dan kita sebagai orang tuanya kasih tau kalo kita bangga sama mereka ya. :D
Pas ngepost, mau masukin sini, sama blogger dibilang kegedean, Man. Mau masukin Youtube, kok males bikin account2 lagi hahaha. Kalo mau liat, japri aja.
DeleteKalo jurinya kompeten, anak gue ga masuk, lebih puas. Ya berhubung jurinya ga jelas kompetensinya, jd sudahlaaahh.