Kia Kaha, Aotearoa!

Sudah seminggu lebih sejak peristiwa penembakan di dua masjid saat Sholat Jumat di Christchurch. Korban jiwa termasuk banyak, 50 orang, termasuk satu orang dari Indonesia. Dari sekian banyak tulisan dan analisa orang-orang di luar sana tentang apa yang terjadi, saya ingin cerita sedikit saja pandangan dan kesan saya sebagai seorang rakyat biasa yang tinggal di Selandia Baru, sebagai seorang imigran.

1. Peristiwa kemarin, adalah tragedi kemanusiaan terbesar  yang terjadi di Selandia Baru sampai saat ini. Saya sangat salut akan pernyataan sikap mayoritas orang-orang di sini dalam menanggapi peristiwa ini. Hampir tidak ada yang membenarkan sikap yang dilakukan si penembak walaupun si penembak ini membawa bendera "white supremacy" alias kebanggaan sebagai warga kulit putih. Dari yang saya ketahui, tidak ada orang kulit putih yang saya kenal yang merasakan kemenangan dari apa yang dilakukan oleh si penembak, tidak ada satupun yang merasa dibela atas aksi tersebut. Hampir semua orang mengutuk peristiwa keji tersebut. Semua orang bersatu melawan segala aksi kekerasan dan terorisme.

2. Selandia Baru bukan negara yang isinya tanpa orang rasis. Orang rasis dan fanatik di sini juga ada, tetapi sampai saat ini, tidak pernah ditemukan yang sampai berlaku ekstrim. Si pelaku penembakan kemarin itu ternyata adalah orang Australia yang memang sudah merencanakan aksinya tersebut karena kebenciannya terhadap imigran. Saya sendiri kenal dengan beberapa orang Kristen fanatik di sini yang tidak suka dengan ajaran Islam karena menurut mereka ajarannya itu menggambarkan kekerasan lantaran beberapa media sayap kanan menggambarkannya seperti itu, dan saya sebagai umat Kristen juga, harus "meluruskan" cara pandang mereka bahwa seringkali yang salah bukan agamanya, tetapi otak manusianya. Tapi tidak pernah loh kita berdebat atau brantem gara-gara itu, tapi kita semua belajar membuka pikiran. Kekerasan itu bukan typical cara orang Selandia Baru untuk berdiskusi.

Ketika peristiwa penembakan kemarin itu terjadi, yang saya lihat adalah gelombang simpati dan empati yang luar biasa mengalir kepada sahabat-sahabat Muslim yang berdiam di sini. Di saat saya membuka Facebook dan melihat halaman berita Indonesia, selain tentunya ucapan belasungkawa, isinya  banyak perdebatan tidak bermutu yang provokatif dan menimbulkan kebencian antar ras dan agama. Berbeda sekali dengan ketika saya membuka community page di Selandia Baru, isinya adalah dukungan terhadap sahabat-sahabat Muslim, merasakan kalau kita sebagai satu bangsa seluruhnya sedang berduka. Ada warga yang menawarkan secara umum untuk menemani umat Muslim yang ingin berjalan kaki di tempat umum agar tidak takut, bahkan menawarkan untuk minum kopi bersama untuk melepaskan stress akibat kejadian kemarin. Solidaritas tinggi ini yang sungguh mengagumkan buat saya. Media sosial bukan dijadikan sarana permusuhan, melainkan merupakan sarana untuk berbagi kasih, memberikan ketenangan dan dukungan terhadap lingkungan. Cerita dari kawan saya, umat Muslim berhijab di sini, sehari setelah peristiwa penembakan tersebut, dia bertemu dengan orang kulit putih di halte bus, dan tiba-tiba saja orang tersebut menyatakan minta maaf akan apa yang terjadi di Christchurch, dan memeluk kawan saya, sampai kawan saya menangis. Benar-benar cerita yang menghangatkan hati.

3. Angkat topi luar biasa kepada Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern. Beliau dengan berani tanpa basa basi langsung menyatakan peristiwa penembakan tersebut sebagai AKSI TERORISME, tanpa tedeng aling-aling di konferensi pers perdananya, beberapa jam setelah peristiwa berdarah itu terjadi. Beliau menyatakan, orang yang punya pandangan ekstrimis, tidak punya tempat di Selandia Baru, bahkan di dunia ini. Sebuah pernyataan yang sungguh berani, dimana biasanya aksi terorisme yang dilakukan oleh orang kulit putih sering ditutupi hanya sebagai "penembakan masal". Begitu keluar langsung ucapan aksi ini sebagai terorisme dari  mulut seorang Jacinda, dunia langsung memuji keberaniannya sebagai seorang pemimpin yang sungguh tidak pandang bulu, dan menjadikan wajah Selandia Baru begitu kuat di mata dunia dalam hal toleransi. Dia begitu penuh cinta menemui para korban langsung di Christchurch, dan menghormati keyakinan mereka dengan memakai kerudung hitam.

Aksinya begitu memukau dunia, karena sungguh terasa nyata dan tegas. Saking tegasnya, ketika Donald Trump menghubungi dia dan menanyakan apa yang bisa Amerika Serikat bantu, beliau hanya menjawab, "Kirimkan simpati dan cinta untuk seluruh umat Muslim." Pernyataan yang sederhana, namun berisi sindiran kuat terhadap Trump yang selama ini dikenal benci dengan imigran. Hal tegas lainnya keputusan langsung Jacinda Arden untuk mengubah hukum kepemilikan senjata menjadi jauh lebih ketat. Hal yang begitu sulit dilaksanakan di Amerika Serikat padahal korbannya sudah jauh lebih banyak dan peristiwa penembakan masal ini sudah lebih sering terjadi. Saya sebagai seorang imigran, turut bangga mempunyai Perdana Menteri perempuan, dengan anak bayi berusia kurang dari satu tahun, tapi mampu bertindak dan berpikir secara matang dan mementingkan kemanusiaan.

4. Tindakan solidaritas masyarakat yang menggambarkan kalau Selandia Baru tidak takut akan ancaman terorisme dan ekstrimisme, dilakukan secara masal oleh rakyat di sini. Berhari-hari orang melangsungkan aksi vigili di berbagai kota, anak-anak sekolah bersama-sama berdoa dan menarikan tarian Haka dengan penuh perasaan sebagai dukungan untuk keluarga korban. Dari umat Katolik di Auckland, setelah misa Kudus hari minggu sore, Uskup Agung Patrick Dunn, para Pastor dan umat, berjalan bersama dari Gereja sambil membawa bunga, dan meletakannya di depan Masjid Jami Ponsonby. Seluruh Masjid di Selandia Baru juga bertabur bunga dari warga sekitar, tidak memandang suku dan agamanya. Puncaknya adalah hari Jumat lalu. Puluhan ribu orang termasuk sang Perdana Menteri Jacinda Arden, berkumpul di Hagley Park, Christchurch untuk melaksanakan Sholat Jumat besar-besaran di tempat terbuka, untuk menunjukkan kalau umat Muslim tidak perlu takut, karena sebangsa ini mendukung keberadaan mereka. Para korban penembakan yang masih hidup dan masih dirawat, ikut juga berkumpul untuk sholat dengan berkursi roda, diantar oleh para suster. Kejadian mencekam di minggu sebelumnya, berganti dengan kemenangan solidaritas bangsa ini. Saya hanya bisa menonton di televisi, tapi saya ikut meneteskan air mata. Apalagi saat ada salah satu bapak yang bercerita, kalau sahabatnya pasang badan untuk dia di Masjid itu sampai meregang nyawa.

Peristiwa sholat berjamaah besar-besaran kemarin, di tengah taman, dan didukung langsung oleh Perdana Menteri yang hadir di situ, telah membuka mata dunia, bahwa agama apapun, suku apapun, mendapatkan tempat dan hak hidup yang sama di Selandia Baru. Mendadak saya pribadi jadi berpikir, seandainya saja di Indonesia bisa seperti ini, tentulah sungguh indah. Tapi sepertinya tidak ada sampai saat ini pemimpin yang berani pasang badan untuk kepentingan "minoritas" di saat peristiwa ekstrim beberapa kali terjadi di negara kita secara terang-terangan. Mungkin saja masih nyangkut dengan kepentingan politik, dan kerepotan berurusan dengan "mayoritas" yang merasa punya kuasa. Let's see what the future holds for our beloved Indonesia.

Bulan depan sudah Pemilu. Saatnya kita memilih pemimpin yang terbaik untuk negara kita, dan memilih orang-orang yang akan menjadi perwakilan kita di DPR. Kalau saya boleh memohon, tolong pilihlah orang atau partai yang mengedepankan toleransi, persaudaraan, dan perdamaian untuk Indonesia. Mungkin tidak langsung nyambung dengan peristiwa Christchurch kemarin, tapi intinya jangan sampai memilih segala sesuatu yang ada kaitannya dengan aliran ekstrimis (kalau di Indonesia esktrimis agama yang ngeri). Kalau boleh mengutip pernyataan Jacinda di atas tadi,(aliran) ekstrimis jangan sampai ada tempat di negara kita.

Comments

  1. Sangat terharu dengan cerita suasana di Selandia Baru. Dan semoga di Indonesia, toleransi nya bisa tumbuh lebih baik lagi. Walau sebenernya lagi deg2an menjelang pilpres bulan depan, berharap yang terpilih adalah yang terbaik utk kita semua. Amien :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Diana, gak terasa ya beberapa hari lagi sudah pilpres. Semoga Tuhan melimpahkan rahmatnya untuk Indonesia, sehingga bisa terpilih pemimpin yang terbaik. Kita banyak doa, dan kita serahkan semuanya pada Tuhan.

      Delete
  2. Dear Leony, salam kenal dari saya, Inong :-)

    Selama ini saya cuma jadi silent reader aja di blog ini dan senang baca cerita-cerita Leony yang lucu dan juga kadang kadang serius. Terus pas baca ini, entah kenapa saya jadi terharu dan mata jadi sembab nahan tangis :( Thank you for sharing your opinion as immigrant and a non moslem who lives in New Zealand. Really really appreaciate it :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Inong, thank you for finally leaving a comment here. Iya, saya sendiri juga ikutan terharu loh pas nonton acara-acara peringatan peristiwa Christchurch ini. Terasa banget kalau bangsa ini semua benar-benar berduka dan sungguh menyesali peristiwa tersebut. Bisa dibilang nggak salah pilih tinggal di NZ sebagai "rumah" kami sekarang.

      Delete
  3. Amiinn Leony, itulah yang jadi pokok doa skrg2 ini, semoga menjelang pilpres dan sesudanya negara ini bebas dari pertikaian dan tetap aman damai sejahtera...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat memilih ya, Lis. Kita sebagai rakyat cuma bisa berdoa dan ikut berpartisipasi langsung. Partisipasi kita menentukan nasib bangsa. Semoga Tuhan jaga Indonesia.

      Delete
  4. nice words.......Let's see what the future holds for our beloved Indonesia.

    ReplyDelete
  5. berkali-kali baca kejadian ini rasanya sesak tapi terima kasih banyak New Zealand. gak salah kalau dulu cici pernah cerita kalau disana toleransi nya tinggi, dan terbukti dengan kejadian kemarin meski bikin sedih,sakit tapi saya sbgai orang muslim sendiri (meski gak tinggal disana) merasa dicintai oleh warga NZ.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Lia. Jadi minoritas di sini nggak perlu takut, karena warga NZ hampir semuanya supportif. Kalau ada yang rasis pun, nggak ada yang pakai kekerasan ekstrim. Semoga di Indonesia juga sama ya, saling menghargai dan rukun, apapun agama dan sukunya.

      Delete
  6. Ada teman punya kerabat tinggal di sana, kebetulan orang Muslim, pasca kejadian tetangganya yang non muslim ngirimin buket bunga dengan surat berisikan turut berdukacita. Adem banget rasanya lihat penduduk sana saling merangkul gara-gara aksi teror kemarin. Para teroris meneror supaya kita terpecah belah, tapi ternyata mereka salah, yang mereka lakukan justru bikin kita semua makin bersatu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya banget. Tapi menurut gue itu juga karena dari pemimpinnya menyerukan sikap yang tegas tentang siapapun itu, apapun agamanya, kalau sudah jadi teroris, harus dimusnahkan dari tanah NZ. Ketegasan itu ikut mendorong orang-orang berbondong-bondong mendukung kawan-kawan Muslim, dan makin kuatlah kita sebagai suatu negara.

      Delete
  7. Aku nangis ci baca ini😭 sungguh indah ya toleransi itu. yg bagian temen cici di bus trus org kulit putih minta maaf dan dipeluk aku ikutan mewek hikss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indah banget, Din. Berharap di Indonesia juga sama.

      Delete
  8. Luar biasa NZ, gak cuma negerinya yang indah, masyarakatnya pun begitu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak semua sih, Fit masyarakatnya open minded, tapi puji Tuhan yang open minded lebih mayoritas daripada yang rasis hehe.

      Delete
  9. Aamiin, kita doakan yang terbaik aja ya ci buat Indonesia

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Dalem Dalem

Motherhood Saga: Barang-Barang Esensial Mama dan Abby Bag. 1

Tutorial Sok Kreatif - Dekorasi Kelas