Posts

Showing posts from 2018

Renungan Natal Tahun Ini

Natal tahun ini, hati saya agak sedih. Membaca berita soal bencana tsunami yang kembali hadir disaat orang-orang liburan itu, rasanya membuat liburan Natal tahun ini berbalut duka. Tapi buat saya, yang lebih menyedihkan lagi adalah para netizen yang terhormat, yang dengan mudahnya jadi keyboard warrior, mendadak jadi ahli agama yang paling wahid, dan merasa dirinya paling benar sedunia. Bayangkan saja, ditengah duka mendalam orang-orang yang kehilangan, komentarnya kok seperti orang yang tidak punya hati, malah rasanya jadi bukan seperti manusia.

Bahagia Versi Media Sosial

Masih ingat ya beberapa waktu lalu saya menulis alasan saya nggak punya Instagram? Nah ternyata dari komentar-komentar yang masuk, saya tuh menyadari kalau di Indonesia, medsos terutama Instagram itu sudah banyak membuat orang jadi punya adiksi. Setiap hari pas melek mata, yang dibuka adalah Instagram dengan alasan kepingin lihat update terbaru, gosip, dan juga ingin memanjakan mata dengan trend terbaru. Berjam-jam sehari, dihabiskan mlototin layar kecil itu. Selebgram muncul di mana-mana, followernya ada yang berjuta-juta. Istilah influencer pun mulai muncul. Rasanya baru di masa trend Instagram dan Youtube ini, menjadi influencer merupakan sebuah profesi, dan kerennya malah jadi profesi full time! Saya percaya ada yang mungkin awalnya cuma iseng-iseng, lama2 jadi ketagihan terutama karena... ngehasilin duitnya banyak cuy!

Tujuh Tahun Bersamamu

Image
Senin, tiga hari lalu, saya dan suami merayakan ulang tahun pernikahan kami yang ke tujuh. Kalau kata orang, tujuh tahun pertama itu adalah masa-masa terindah, namun juga "terberat" dalam sebuah pernikahan. Banyak penyesuaian, banyak mengenal pribadi pasangan sampai ke printilannya, kadang ketemu yang nyenengin, kadang ketemu yang ngeselin. Entah kenapa dipilih angka tujuh, sampai ada istilah seven years itch. Walaupun itch itu artinya gatal-gatal, tapi di sini maksudnya adalah "tantangan tujuh tahun pertama pernikahan". Dengan bangga kami berdua bisa bilang: hore, kita sudah melewati gatal-gatal tujuh tahun pertama itu. Yippie! Tapi ada kisah di hari Senin lalu, yang bikin saya kok kepingin nulis sesuatu yang lain di postingan kali ini.

A Star Is Born - Not a Movie Review

Sebelum semua pada lanjut membaca, buat yang belum nonton dan berniat menonton A Star Is Born, tulisan ini mengandung bocoran alias spoiler. Buat yang sudah nonton, tulisan ini akan jadi refleksi saya semata, bukan review yang bisa dipertanggungjawabkan. Maklum, masuk bioskop aja sepanjang tahun 2018 ini cuma sekali, ya nonton film ini aja. Tapi kalau sempat, weekend masih suka kok nonton film sama suami di rumah, sambil mompa ASI dan nyemil setelah anak-anak tidur. Jadi, khasanah perfilman saya nggak bapuk-bapuk amat. Rata-rata film yang masuk nominasi Oscar saya sudah tonton, termasuk yang rada nggak mainstream dan kurang laku di pasaran macam Moonlight.

"Berdamai" Dengan Penyakit

Hari Selasa lalu, saya dinyatakan boleh lepas dari obat pengontrol tekanan darah yang telah saya konsumsi selama lebih dari lima belas bulan. Masa yang cukup panjang buat orang yang tidak punya sejarah darah tinggi dalam hidup, kecuali pada saat melahirkan. Gimana rasanya? Senang sudah pasti, tadinya setiap pagi harus mengingat untuk konsumsi obat, kalau pergi keluar kota nggak boleh sampai ketinggalan, belum lagi kalau stok habis, harus laporan ke dokter dan minta lanjutan resep. Dosisnya memang sudah berkurang jauh, dari 80 mg totalnya, terakhir tinggal 10 mg saja per hari. Saat ini, dokter bilang saya masuk masa "percobaan". Dicoba dulu tanpa minum obat, dan setiap seminggu sekali saya harus kembali ke dokter untuk melakukan pengecekan ulang tekanan darah. Kalau sudah dua minggu kondisinya stabil, resmi sudah saya tidak perlu lagi mengkonsumsi obat.

Soal Punya Anak

Image
Beberapa minggu lalu, sehabis misa komunitas Katolik Indonesia di sini, seperti biasa sesudahnya ada acara ramah tamah antar warga Indonesia. Waktu itu saya lagi bersila di lantai, ngasih makan pizza ke Tilly. Tau-tau ada opa-opa, umurnya mungkin 70-an tahun yang saya nggak kenal sama sekali, mendadak nyapa saya. "Anaknya berapa?" Saya jawab, "Dua, Om." . Seperti biasa, kalau namanya orang Indonesia, mau umur berapapun, biasa nggak pernah lepas dari yang namanya berbasa basi berbalut dengan kepo dan maksa.

Tiga Enam

Image
Yak, seperti biasa, udah hari terakhir di bulan Agustus, dan sebelum basi, mau nyetor dulu cerita yang selalu disetor setiap tahun yaitu... cerita ulang tahun saya! Ada yang nungguin gak? Nggak ya? Ya udah nggak apa-apa, buat dokumentasi aja (lah, ini nanya sendiri, jawab sendiri hihihi). Bulan Agustus ini jadi bulan yang super duper sibuk buat saya. Rasanya badan mau rontok karena banyaknya kegiatan, mulai dari perayaan Kemerdekaan masyarakat Indonesia di Auckland dimana saya jadi salah satu panitia dan juga tampil mengisi acara, plus ditutup dengan Misa Kebangsaan di hari Minggu lalu. Saya memang minta dispensasi khusus, misalnya gak selalu bisa ikut meeting, dan nggak bisa ikut gladi bersih dan acara full pas hari H karena saya masih ngurus dua bocah. Sudah gitu, bocah yang kecil, lagi teething pula sehingga sempat rewel dan nggak mau makan, bikin capek hatinya nambah berlipat. Asli, rasanya tuh pengen Agustus segera lewat saking sibuknya. Dan ketika Misa Kebangsaan hari Minggu lalu

Matilda's First Birthday - The Celebration

Image
Lanjut lagi ya cerita perayaan ulang tahun si Tilly. Buat orang tua yang sudah punya lebih dari satu anak, pasti ada deh perasaan kalau kita itu kudu adil ke anak pertama dan ke anak kedua (atau anak selanjutnya). Kalau anak pertama ulang tahunnya dirayain, anak kedua pasti kita pingin rayain juga supaya adil dan merata. Jujur aja, walaupun kita pingin banget ngerayain, tapi ngebayangin di Auckland ini nggak punya keluarga yang bisa bantuin kita, bikin kita keder juga loh. Mau ngerayain di mana, mau makanan kayak apa, mau acara gimana, budgetnya berapa, sempet bikin kita mikir, apa mesti ya kita ngerayain? Tapi apa daya, namanya orang tua, ya berujung pada rasa ingin adil itu, akhirnya kita bikin juga deh acara ultah sederhana ini. Sama seperti cicinya dulu, acara ultah pertama ini, fokusnya lebih ke kumpul bareng makan bersama buat orang-orang yang dekat dengan Tilly, merayakan setahun pertama kehidupan yang tentunya penuh warna. Puji Tuhan, punya anak kok lumayan gampang diurusnya, m

Matilda's First Birthday - The D Day

Image
Nggak terasa.... (ini bohong deh, kerasa banget), kalau ternyata si bocah kecil sudah berusia satu tahun aja. Setahun yang seru banget, merasakan jadi ibu dua orang anak, di negeri domba yang lebih dekat ke Kutub Selatan dibandingan ke garis Khatulistiwa. Rasanya gimana? Pegel bok! Tapi apadaya, body kagak ada kurus-kurusnya acan, malah tambah bulet. Salahkan keju New Zealand! (padahal jarang makan keju, kayaknya lebih sering makan Indomie). Mana ini katanya kalau nggak punya ART ngurus dua anak termasuk bayi bisa bikin kurus. Ngasih ASI juga katanya bikin kurus. Mana buktinya? Itu semua pasti mitos belaka! Lemak saya masih bertaburan di mana-mana, dan bentuk tubuh beda tipis sama dugong. Ngomong-ngomong soal mitos, orang bilang kalau anak mau ulang tahun, itu suka ada aja hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Kebanyakan sih katanya, anaknya sakit menjelang ulang tahun. Ih, saya sih ogah banget ya percaya sama mitos ginian. Apalagi si Abby sehat walafiat aja tuh pas dulu mau ulang ta

Abby dan Tilly Tamasya Ke Napier dan Hastings - Bagian 3

Image
Hore, akhirnya sampai juga kita di bagian terakhir! Nulis blog soal perjalanan begini, rasanya tuh susah-susah gampang, soalnya milih foto aja udah bikin mata pegel, ditambah lagi harus mengingat-ngingat detail sedikit demi sedikit. Apalagi ya, karena udah berbulan-bulan yang lalu perginya, jadi sebagian sudah blur dari ingatan. Tapi kalau lagi kangen pingin lihat trip-trip lama, terus buka blog ini, ih nyenengin banget loh! Ngelihat si Abby yang masih bulet kecil, sampe sekarang udah kurusan, tinggian, dan makin banyak gaya. Semoga semua album di sini bisa dibaca sama anak-anak kelak, soalnya pasti mereka lupa. Si Abby aja udah blur loh soal trip-trip lamanya, tapi pas lihat foto...oh ternyata udah pernah pergi loh! Oke, kita lanjut ya hari terakhir di Napier. Buat lihat hari pertama dan hari kedua, silakan klik sini dan sini .

Abby dan Tilly Tamasya Ke Napier dan Hastings - Bagian 2

Image
Lanjut lagi Abby dan Tilly Tamasya-nya! Untuk bagian pertama, silakan klik di sini yah. Nah di hari kedua ini, baru deh hari kita mengeksplorasi tempat tujuan setelah perjalanan jauh selama tujuh jam di hari pertama. Penasaran kan kepingin lihat Napier dan kota tetangganya yaitu Hastings seperti apa? Apa istimewanya sih kota ini? Buat orang-orang yang sudah berumur alias nggak bawa anak-anak, daerah Hawke's Bay yang meliputi Napier dan Hastings ini terkenal dengan banyaknya perkebunan anggur, jadi bisa deh tuh wisata icip-icip anggur alias wine tasting. Daerah sini juga terkenal dengan banyaknya perkebunan buah-buahan seperti apple (tau Royal Gala kan? Nah banyak nih perkebunannya di sini), dan juga cherry (yang begitu sampai Indonesia, harganya jadi ngeriiii...). Buat kita yang bawa dua bocah, tentulah wine tasting bukan tujuan utama kita kemari. Tapi jangan salah, pemandangan di sini luar biasa indahnya! Jadi ngapain aja kita?

Abby dan Tilly Tamasya Ke Napier dan Hastings - Bagian 1

Image
Jumpa lagi di edisi Abby dan Tilly Tamasya! Minal Aidin Walfaizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin! Selamat Idul Fitri ya untuk teman-teman yang merayakan. Kalau ada kata-kata yang salah, jangan disimpan di dalam hati. Sengaja perjalanan ini di post-nya sekarang setelah Lebaran, biar nggak ngiler liatin foto makanan hihihi. Bulan April lalu, mama saya datang lagi ngunjungin kita di Auckland. Kali ini dia cuma sebentar aja di sini, kurang dari 3 minggu, dan sengaja disamain waktunya dengan term break Abby di bulan April yang cuma 2 minggu. Maksudnya sih supaya bisa tiap hari jalan-jalan dan wisata kuliner. Selama 3 minggu itu, kerjaan saya makaaannn terus. Kalau ada tamu datang dari Indonesia, nggak lengkap tentunya kalau kita nggak jalan-jalan nginap ke luar kota. Nah kali ini kita pergi ke tempat tujuan baru yaitu Napier dan Hastings, yang jaraknya 7 jam dari Auckland. What? 7 jam road trip sama bayi? Iyes! Siapa takut? Karena lama perjalanannya 7 jam, rugi dong ya kalau nginapnya cuma 1 m

Kenapa Saya Nggak Pakai Instagram

Setiap ada kawan saya yang tau kalau saya sampai sekarang nggak punya akun Instagram, pasti mereka merasa saya kurang gaul dan ketinggalan jaman. Katanya kalau ngomongin akun Instagram orang lain, saya jadi nggak nyambung. Hampir semua kawan-kawan dan keluarga saya pakai akun Instagram, bahkan saudara saya sendiri ada yang sudah jadi selebgram yang kalau bikin jumpa fans di mall dalam dan luar kota, yang dateng puenuhhhh, isinya ABG teriak-teriak. Bahkan nih, dunia blog saat ini menjadi lebih sepi karena orang lebih memilih update lewat instagram. Praktis, cepat, nggak usah mikirin isi content panjang-panjang, dan tetap bisa "berekspresi" ke dunia luar. Anak-anak ABG di sini bilang ke saya, "Hah? Tante masih pake Facebook? Tante pake Insta donggg!"  dengan nada seakan-akan saya ini primitif banget hahaha. Lalu kenapa saya masih kekeuh sampai saat ini nggak juga bikin akun Instagram?

Catatan Kecil Hari Ini Untuk Kita Semua

Dari dulu, saya nggak pernah suka dengan segala sesuatu yang ekstrim, termasuk "kegilaan" orang dengan agama, sampai mendiskreditkan kawan-kawannya sendiri, bahkan yang seiman dengannya. Saya sebagai umat Kristiani, juga mengalami bertemu dengan sesama yang juga Kristiani, tetapi memaksa saya berpindah ke aliran mereka, hanya karena katanya aliran mereka yang paling benar, paling sah, paling top markotop, dan sudah PASTI masuk surga. Aliran saya ditantang, pengetahuan agama saya (yang mungkin tidak terlalu dalam ini) diadu oleh mereka, dengan pakai ayat Alkitab. Lucunya, Alkitab saya dan Alkitab dia itu sama persis, tapi mereka tafsirkan sendiri dengan berapi-api, dan saya dipaksa untuk berpandangan bahwa aliran saya itu salah dan tidak sesuai dengan Alkitab. Akhirnya, umat Kristiani yang sesungguhnya sama-sama memuji Tuhan Allah Yesus Kristus, jadi terpecah belah. Terdengar familiar?

Abby dan Tilly Tamasya Ke Rotorua (lagi dan lagi!) - Bagian 2

Image
Berbeda dengan anak-anak di belahan bumi Utara yang libur musim panasnya di pertengahan tahun, anak-anak di belahan bumi Selatan itu libur panjangnya justru di akhir sampai awal tahun. Liburnya pun tidak seperti anak-anak di Amerika yang sampai 3 bulanan. Anak-anak di Selandia Baru sini liburnya palingan enam minggu saja. Terdengar cukup lama ya? Tapi ternyata pas dijalanin, kok cepat sekali waktu berlalu. Waktu libur panjang di akhir 2017 lalu, kami sibuk banget, ditambah lagi ada perayaan ulang tahun Abby ke lima yang di sini tradisinya dirayakan lumayan besar. Lalu pas tinggal beberapa hari sebelum liburan berakhir, kami baru sadar kalau...kami belum jalan-jalan kemana-mana! Padahal habis liburan ini kan Abby sudah mau masuk SD ya? Masak sih kita nggak jalan-jalan dikit gitu untuk memory Abby sebelum masuk sekolah? Berhubung weekend itu sudah weekend terakhir sebelum masuk sekolah, akhirnya kita ngebut aja deh, booking hotel beberapa hari sebelumnya aja. Tripnya, lagi-lagi ke Rotor

Abby dan Tilly Tamasya Ke Rotorua (lagi dan lagi!) - Bagian 1

Image
Postingan kali ini, semuanya late post. Biarpun Abby sudah beberapa kali ke Rotorua, tapi baru kali ini perginya barengan sama Tilly. Trip yang pertama di bulan September 2017 pas Tilly usia 2 bulan lebih, dan trip yang kedua di bulan Januari 2018 pas Tilly usia 6 bulan lebih. Asik ya, masih bayi aja udah dua kali nginap di Rotorua hihihi. Mana sebelumnya udah ke gunung salju pula pas usianya belum dua bulan. Rotorua, kota yang jaraknya cuma 3 jam dari Auckland ini, memang selalu memanggil untuk dikunjungi balik, soalnya ada aja hal yang seru yang bisa kita lakukan di sana. Trip yang pertama itu dalam rangka ngajak adik saya jalan-jalan saat dia ke Selandia Baru untuk temu kangen dengan cici dan ponakan-ponakannya, lalu trip yang kedua itu, pas weekend terakhir sebelum Abby masuk sekolah setelah libur panjang musim panas. Sayang banget kalau dibuang, karena kita nyoba tempat nginap baru, dan tempat makan baru, plus ngelihat perkembangan anak-anak, ealahhh kok cepat amat besarnya. Foto

Pelayanan Pelanggan Yang Memuaskan

Saya ini termasuk orang yang sangat menghargai pelayanan pelanggan alias customer service. Menurut saya, customer service yang baik adalah kunci dari kesuksesan. Punya produk sebagus apapun, kalau pelayanannya jeblok, langsung membuat saya malas balik ke tempat tersebut. Tapi jika produk cukup baik, ditambah pelayanan memuaskan, rasanya tuh bikin hati ingin kembali untuk menghargai orang-orang yang memberikan pelayanan terbaik. Kali ini saya mau membagikan kisah sederhana, dari seorang pramuniaga toko, yang menurut saya sih, pelayanannya super!

Soal Asisten Rumah Tangga

Tulisan ini udah nangkring di draft saya hampir sebulan, tapi baru sekarang bisa post lantaran saya kena flu berat. Di Selandia Baru ini, udaranya sih memang bersih banget, tapi begitu kena flu, flu-nya jauh lebih ganas daripada flu di Jakarta. Ditambah lagi saya nggak bisa mengkonsumsi obat karena lagi menyusui. Kalau malam terbatuk-batuk sampai nggak nidurin, pokoknya menderita total. Serumah juga akhirnya kena beler semua, tapi memang saya yang paling parah. Komplitlah perjuangan selama lebih dari dua minggu, mana lagi sibuk-sibuknya. Sampai sekarang saja belum sembuh betul. ASI saya sampai seret banget, bayangin stress levelnya udah kayak apaan deh. Kalau lagi begitu, ada sih rasa kangen punya bala bantuan seperti di Jakarta, walau akhirnya sadar, di sini pun kalau sakit ya semua ngurus sendiri, palingan dibantu sama keluarga dekat. Pas banget postingan di draft saya ngomongin soal ART, yang akhirnya launching juga nih hihihi. Penasaran saya nulis apaan?

Serunya Jadi Ibu Dua Anak

Image
Sudah tujuh bulan ini saya resmi jadi ibu dua orang anak, di negeri orang, tanpa bala bantuan pula di rumah kecuali dari suami tercinta. Rasanya gimana? Ya nano-nano banget, manis, asem, asin, kadang-kadang emosi jiwa, kadang-kadang tertawa bahagia. Memang tentu jauh lebih sibuk dan berat dibandingkan dulu punya satu anak dengan support system yang mumpuni a.k.a. punya baby sitter plus bantuan keluarga yang masih satu kota. Yang jelas, semuanya ternyata nggak sesulit yang dibayangkan. Setiap hari kami keluarga masih bisa makan enak, rumah masih lumayan terjaga rapi walau nggak mungkin kinclong setiap hari, baju-baju semua masih bersih dan disetrika dengan baik, anak sekolah dan les nggak terlantar, dan yang jelas, mamanya masih waras. Horeeee!

Abigail's Fifth Birthday Celebration

Image
Hari ini tanggal 1 Februari 2018, hari pertama Abby masuk SD. Iya, anak mama yang bawel itu, hari ini masuk ke "sekolah beneran"!! Di Selandia Baru sini, ulang tahun ke lima jadi salah satu perayaan ulang tahun terbesar untuk anak-anak, karena di hari ulang tahun ke lima, mereka resmi jadi anak SD. Uniknya, sistem di Selandia Baru, begitu ultah ke lima, boom.... langsung pindah ke SD tanpa menunggu tahun ajaran baru yang dimulai di awal tahun. Tiap anak memulai kelas 1 SD-nya sesuai dengan hari ulang tahunnya. Jadi jangan bingung ada yang SD kelas 1-nya cuma berlangsung enam bulanan, ada juga yang SD kelas 1-nya berlangsung hampir satu setengah tahun lantaran kena cut off date. Berhubung Abby ulang tahunnya di malam Natal, yang berarti masuk di masa libur panjang musim panas, Abby baru masuk sekolah hari ini. Pagi tadi, mama dan papa melepas dia di kelas, dan kayaknya dia nggak merasa takut sama sekali. Dia langsung cari tempat duduk dengan tulisan namanya, langsung ngumpul

Abby Dan Tilly Tamasya ke Taupo dan Ruapehu Bagian 3

Image
Sampailah kita ke bagian paling akhir Abby dan Tilly Tamasya ke Taupo dan Ruapehu! Post kali ini bakalan dikit aja kok foto-fotonya, soalnya beneran tinggal hari terakhir kita yang isinya perjalanan nonstop dari Ruapehu sampai balik lagi ke Auckland dengan pemberhentian di Hamilton. Biarpun cuma dikit, tetep isinya sayang kalau dilewatkan. Apalagi, di pagi hari itu, ada kejutan yang kita nggak sangka sama sekali. Apakah itu?

Abby Dan Tilly Tamasya ke Taupo dan Ruapehu Bagian 2

Image
Masih ingat ya kisah yang lalu yang sengaja saya stop ditengah-tengah, biar pada penasaran? Hihihi. Jadi nggak sih kita main salju? Prakiraan cuaca sih saat itu amburadul banget ya, malah sama orang dari tempat penyewaan alat ski udah dibilang, kalau cuaca hari itu kayaknya berat banget untuk berubah jadi lebih baik. Tapi namanya kita udah jauh-jauh begitu, tetep dong ya harus usaha naik ke ski field. Gimana kelanjutannya? Yuk kita simak.

Abby Dan Tilly Tamasya ke Taupo dan Ruapehu Bagian 1

Image
Selamat Tahun Baru 2018 semuanya!! Berhubung masih suasana liburan, saya mau membagikan kisah tamasya perdana dari Tilly nih, yang sesungguhnya berlangsung saat usia dia 2 bulan saja yaitu pas bulan September 2017 lalu. Walaupun sudah lewat, tapi suasananya masih sesuai kok dengan Natalan, soalnya saat itu kita berwisata ke gunung salju alias Mount Ruapehu! Wuihhhh...bisa gitu ya anak dua bulan dibawa ke gunung salju? Tentu bisa dong, siapa dulu mamanya! Huahahahahaha... Saat itu juga poponya Abby dan Tilly alias mama saya masih ada di Selandia Baru yang berarti beliau ikut juga bertualang. Kasian kan masak bantuin saya terus nggak jalan-jalan kemana-mana. Jadi deh kita bareng-bareng jalan-jalan seru di akhir musim dingin di sini. Saya juga sudah lama banget nggak melihat salju. Terakhir yang bisa saya sentuh kayaknya cuma dapat sisaan winter di Turki pas honeymoon tahun 2012 lalu, dan pas ke Jepang kemarin juga cuma ngintip aja tuh salju dari puncak gunung Fuji dan nggak bisa kita sen