Matilda The Musical Dengan Prolog Nan Panjang

Buat yang sudah lama kenal saya, pasti tau banget kalau saya itu sangat suka nonton drama musikal. Kalau di Amerika sering disebut Broadway, kalau di Inggris sering disebut West End. Waktu dulu kami mau pindah ke Selandia Baru, ada celetukan orang kalau negara ini mah nggak keren banget soal budaya, dan garing banget kalau soal pertunjukan. Saya sih sempet mengkeret, sempet sedih juga karena saya pikir, udah pindah ke negara nun jauh di sana, lalu makin nggak dapat kesempatan untuk nonton pertunjukan berkelas. Dulu aja pas belum ada Ciputra Artpreneur, saya harus ke Singapura untuk nonton pertunjukan macam begini. Belum lagi di Indonesia seringnya nggak didatangi sama artis beken karena alasan keamanan sehingga manusianya pada berbondong-bondong ke negara tetangga untuk nonton konser. Nah, kalau dari Selandia Baru, yang paling deket Australia dong? Ih malesin banget harus terbang ke Australia untuk nonton pertunjukan.

Ternyata eh ternyataaaa.... itu yang nyeletuk SALAH BESAR BANGET! Kebangetan salah besarnya, atau kemungkinan dia tinggal di kota kecil banget kali ya. Ternyata soal konser dan musical, di Auckland sini tuh meriaaaaahhh banget! Percaya atau ngga, kurang dari dua tahun saya di sini, saya sudah nonton konsernya Pentatonix di bulan September 2016 lalu, lalu konser Adele di Maret 2017 lalu, kemudian nonton musical West Side Story di bulan Juni 2017 alias 3 minggu sebelum brojolan, dan terakhir di penghujung Agustus 2017 lalu, saya nonton Matilda The Musical. Di tahun 2018 pun, saya sudah ngantongin tiket untuk nonton Queen and Adam Lambert, Ed Sheeran, Katy Perry, dan Bruno Mars. Di bulan November ini aja nih, ada konsernya Shawn Mendez, terus ada The Chainsmoker, belum lagi buat angkatan kita-kita (kita-kita nih ye...) ada Take That.  Kalau saja duit saya tinggal metik dari pohon, semua konser sudah pasti saya jabanin. Sebagai istri yang tau diri, walaupun suami ijinin terus, saya sih milih yang bagus-bagus aja deh. Apalagi tiap nonton konser, saya ini flying solo alias tanpa suami, dan suami saya yang baik hati, dermawan, dan rupawan itu mau jagain anak (-anak). Maklum, dia udah tobat pas terakhir nonton Wicked di Singapura, dia malah separo pules padahal istrinya melotot berdecak kagum.

Beli tiket konser di sini udah kayak macam orang Indonesia dulu ngejar konser Coldplay di Singapura. Harus mantengin di depan komputer, dan klik terus sampe dodol. Soalnya tiketnya lakunya amit-amit! Rata-rata artis top, penjualan tiketnya bisa setahun sebelumnya. Serasa investasi ye, taro duit sekarang, nontonnya tahun depan. Percaya nggak, Ed Sheeran konsernya di sini yang tadinya cuma 2 hari (satu di Auckland dan satu di Dunedin), nambah sampai jadi 7 hari, dan semuanya sold out! Konsernya itu di stadium yang kapasitas 45,000 orang loh! Jadi kalau 7 hari, kira-kira ada 300,000-an orang yang nonton konser dia, sementara penduduk Selandia Baru ini total cuma 4 jutaan. Jadi ya, itu 7.5 persen penduduk sini berbondong-bondong nonton Ed Sheeran, hotel dan penerbangan pada sold out semua. Bahkan nih, pas dulu konsernya Adele, harga per kamar hotel yang biasa di 200-an dolar, bisa bengkak jadi 1000-an dolar, dan tetep ada yang ambil karena kadung ngefans. Hiyaaahhh beruntung sekali diriku ada di Auckland gak perlu terbang dan nginep demi nonton konser. Jadi inget waktu mau nonton Adele, konser mulai pukul 7.30 malam, sebelum pukul 5 sore sudah berangkat lantaran Auckland jadi macet dimana-mana cuma gara-gara seorang Adele. Di koran sampai ada traffic warning segala seperempat halaman. Mana tuh yang dulu bilang Selandia Baru zzz? Biarpun toko-toko jam 5.30 udah pada tutup, nggak ada club yang mumpuni, tapi kalau soal pertunjukan seni, boleh lah diadu. Nah, kelar sudah prolog saya nan panjang. Jadi ngiler nggak buat tinggal dimari? Hahahahaha. Kalau kata temen saya mah, "Gila lu le, duit lu dipake buat nonton konser doang ye?" Ya kagak lah! Buat makan-makan juga dong! *eh?*

Waktu saya hamil muda dan lagi pilih-pilih nama anak, untuk nama anak perempuan, nama Matilda sangat masuk ke hati saya dan suami. Saya suka banget nama yang klasik, mudah dilafalkan, dan kalau ditulis nggak rempong. Selain itu, nama harus bermakna baik, dan buat saya dan suami yang Katolik, merupakan poin plus jika nama tersebut adalah nama orang kudus (bukan Kudus, Jateng ye... krik...), yang teladan hidupnya bisa kita ikuti. Setelah nama ini kita simpan baik-baik untuk dimunculkan pada saat anaknya lahir, tau-tau nggak berapa lama kemudian, di bulan April 2017, diumumkan terus menerus kalau Matilda the Musical bakalan main di Auckland! Saya sampai ngerasa, ih jangan-jangan nama tersebut memang sudah diatur sama Tuhan supaya dipakai untuk nama anak saya. Padahal saya ambil nama Matilda ini dari Santa Matilda yang orang Jerman itu loh, dan nggak ada hubungannya sama sekali sama karya musikal fenomenalnya komposer Tim Minchin ini. Buat yang suka membaca, mungkin juga tau ya kisah Matilda si genius di buku karangan Roald Dahl. Matilda the Musical sendiri masuk nominasi Best Musical of 2013 di Tony Awards, salah satu penghargaan paling bergengsi untuk teater, dan memenangkan 5 Tony Awards. Berasa sayang banget kan kalau dilewatkan?

Keselnya, Matilda ini mainnya baru mulai di bulan Agustus 2017, yang berarti saya baru banget lahiran. Saya ini biasanya getol banget mantengin tiket dari jauh-jauh hari, tapi kali ini saya harus mengurungkan niat dulu. Saya kan nggak tau kondisi saya nanti bakalan seperti apa, apakah air susu saya cukup, apakah anak saya bisa ditinggal, pokoknya semuanya itu menghalangi saya untuk beli tiket pertunjukan ini. Sayang soalnya, harga tiketnya di weekdays untuk stall (orchestra) level saja sudah bisa buat belanja grocery seminggu. Kalau saya maksain beli dan akhirnya gak pergi, bakalan hangus deh. Mau ngajak temen, nggak enak kalau saya nantinya gak bisa. Tapi dalam hati saya terus ada keinginan. Musikal judul besar seperti ini, yang cast-nya international, nggak 5 tahun sekali bakalan mampir ke Auckland. Apalagi namanya kok bisa sama dengan nama anak saya, jadi saya kudu, harus, mesti, pokoknya nonton. (Maksa banget ya...). Jodoh memang boleh diatur (kata Warkop DKI). Waktu itu di bulan Agustus, mama masih ada di Auckland, baby sudah usia sebulan lebih, dan saya habis ulang tahun ke 35. Saya nanya suami, boleh nggak nih saya tinggalin si bayi bersama kamu dan mama? Dia bersedia, dan lebih kerennya lagi, walaupun bookingnya cuma seminggu sebelumnya, saya mendapatkan single ticket terakhir di orchestra level, untuk saya nonton di hari Kamis, 31 Agustus 2017. HORE!

Ini bukan kali pertama saya nonton musikal sendirian. Tapi ini kali pertama saya nonton musikal sendirian dengan meninggalkan suami dan dua anak di rumah. Dulu mah masih single, slonongan juga nyantai. Kali ini kan deg-degan juga dikitttttt... Soalnya saya mah tau banget saya punya suami siaga, ditambah ada mama yang bisa support. Ninggalin selama 4 jam jadi terasa agak ringan. Itupun saya berangkatnya udah lumayan mepet, yang berakibat, saya jadi manusia terakhir yang diperbolehkan masuk ke parkiran, habis gitu palangnya ditutup sama petugas karena gedung parkirnya full! Puji Tuhan banget! Kalau ngga sih, saya udah nangis deh ngga tau mau parkir di mana, plus pasti ketinggalan shownya. Lokasi nontonnya itu soalnya di The Civic, teater paling tua dan beken di tengah kota, yang tempat parkirnya terbatas dan rada mihil. Musical yang show di sini, rata-rata yang international cast. Kalau local cast biasanya di teater lain yang lebih kecil. Begitu masuk di dalam lobby, langsung terpampang poster Matilda segede bagong! Ih seneng deh liat nama anak sendiri, padahal kagak ada hubungannya ya hahaha.

Poster bagong ini lokasinya nangkring dari mezzanine sampai ke lantai bawah.

Bahkan bar di dalam theater pun diganti namanya jadi Trunchbull's Tavern. Mrs. Trunchbull ini adalah salah satu tokoh utama di Matilda the Musical. Perannya apa? Nanti saya ceritain dikit.
Begitu masuk ke ruang teaternya, saya langsung terkesima. Gilak bagus banget settingnya! Kayaknya sudah lama nggak lihat setting sebagus ini. Colorful yet dark. Beneran seperti kisah hidup Matilda yang begitu penuh warna. 

Ini posisi tempat duduk saya, nggak tengah banget, tapi cukup tengah dan cukup beruntung untuk orang yang beli tiket cuma seminggu sebelum pertunjukan. 



Matilda ini ceritanya apaan sih? Buat yang sudah baca bukunya, mungkin pada tau semua. Tapi buat yang belum tau, saya kasih sinopsisnya sedikit, pakai bahasa saya sendiri ya. Semoga pada mudeng. Matilda adalah seorang anak perempuan umur 5 tahun yang sangat suka membaca, dan bisa dibilang sebagai seorang jenius. Sayangnya keluarga dia sangat kolot, dan merasa kalau anak perempuan itu tidak boleh terlalu pintar, dan nonton televisi itu lebih keren daripada membaca tumpukan buku. Matilda selalu diolok-olok oleh ayahnya sendiri yang kerjaannya penipu, dan oleh ibunya sendiri yang kerjaannya jadi penari mata duitan yang berambisi untuk memenangkan lomba bersama partnernya (yang kayaknya juga nyambi jadi selingkuhannya). Teman cerita Matilda cuma seorang penjaga perpustakaan bernama Mrs. Phelps yang tidak pernah bosan meminjamkan banyak buku, dan selalu ingin mendengarkan kisah karangan Matilda yang imajinatif. Ketika Matilda akhirnya masuk SD, cuma ada satu guru yang percaya kalau Matilda adalah seorang jenius yang level kepintarannya di atas semua teman-temannya. Guru ini adalah Miss Honey. Sayangnya, kepala sekolah SDnya yang bernama Mrs. Trunchbull, selalu benci kepada anak-anak, kejamnya minta ampun, dan berusaha mencari alasan untuk menyakiti anak-anak. Keberadaan Matilda yang pintar dan banyak akal, menjadi ancaman untuk Mrs. Trunchbull. Selain kejam pada anak-anak, Mrs. Trunchbull juga kejam pada Ms. Honey dan selalu menindas dia. Sebagai seorang anak jenius, Matilda tentu tidak tahan dengan kondisi teman-teman dan gurunya yang selalu tertekan. Apa yang akan dilakukan Matilda pada Mrs. Trunchbull? Bagaimana nasib Matilda dan Mrs. Honey nantinya? Nantikan di bioskop-bioskop kesayangan anda... eh...salah... Silakan baca bukunya, atau nonton sendiri pertunjukannya kalau nanti ada kesempatan.

Yang jelas, sepanjang nonton ini, saya bener-bener dibuat terkesima. Bagusnya nggak kira-kira!  Bukan cuma Matilda yang jenius, tapi seluruh pemain anak-anaknya juga nggak kalah hebatnya. Kok bisa ya mereka akting, menari, dan menyanyi sekaligus dengan penampilan yang begitu prima. Mendadak saya merasa jadi remahan rengginang yang tersisa di kaleng biskuit Khong Guan. Mendadak saya merasa nggak bisa nyanyi sama sekali, dan mungkin kalau saya disuruh nyanyi bareng dengan anak-anak itu, saya memilih melipir ke samping secara mengendap-ngendap, lalu kabur. Tokoh favorit saya di musikal ini, selain si Matilda adalah Mrs. Trunchbull. Gilak aktingnya, padahal pemerannya cowok yang jadi nenek-nenek kepala sekolah yang super reseknya kebangetan, tapi nggak norak macem ibu mertua di sinetron Tersanjung. Sepanjang nonton, nggak ada satu momen pun dimana saya bosen, atau bengong sebentar, pokoknya nggak ada jeda buat mata dan telinga saya istirahat. Saya dibikin ngakak, dibikin terkesima, dibikin terharu, komplit semuanya jadi satu. Lirik-liriknya sangat dalam walaupun dikemas ringan, musiknya memorable sehingga sampai pulang pun saya masih bersenandung lagu "Naughty". Boleh saya bilang, diantara semua musikal yang sudah saya tonton, Matilda saya nobatkan sebagai one of the top three, bersaing dengan Phantom of The Opera dan Miss Saigon (kalau yang ini bikin air mata saya nggak berhenti mengalir, dan nafas saya tersengal-sengal kayak kuda kekurangan oksigen). 

Satu-satunya foto saya di theater, difotoin sama mamanya pemeran Bruce (salah satu tokoh anak) yang terbang dari Brisbane untuk melihat akting anaknya. Udah cuma satu, burem pula. Hahahaha. Cincai lah, yang penting ada kenangan.
Buat yang penasaran cuplikan Matilda The Musical, bisa nonton dua clip youtube di bawah ini. 

Yang pertama adalah penampilan cast-nya di Tony Awards 2013 yang merupakan Medley dari lagu "Naughty" dan "Revolting Children".


Yang kedua ini adalah penampilan cast-nya di Royal Show 2012 di London menyanyikan lagu "When I Grow Up" yang kata-katanya bagus banget, dalem banget, pokoknya sukaaa banget!


Gimana? Suka gak? Kalau udah suka nonton cuplikannya, dijamin pasti suka banget nonton show penuhnya. Walaupun ninggalin anak usia sebulan di rumah, walaupun susah cari parkir, walaupun bayar tiket mahal, it's worth every single penny. Sampai pas bayar parkir aja, semua orang masih diskusi betapa bagusnya show yang barusan kita tonton (btw, di sini bayar parkir pakai mesin, jadi ngantri gitu deh bayarnya). Makanya, biarpun udah nonton beberapa pertunjukan selama di Auckland, baru ini yang saya share di blog. Bukan karena nama anak sendiri loh, tapi memang karena beneran bagus. Nggak nyesel deh milih nama anak Matilda, karena ternyata tokohnya jenius banget!  Semoga Matilda yang di rumah, yang sekarang usianya udah 4 bulan ini, gedenya juga pinter dan hobi membaca ya. 

The Civic Theatre dengan poster Matilda, saya foto saat lagi jalan kaki di downtown Auckland.

Comments

  1. Hia ci, selamat ya atas kelahiran baby nya Abby, Mathilda. Baru bisa blog lagi jadi baru bisa blogwalking kemana2 hehehe (trus baca blognya ci Le, udah 2 aja anaknya. kelamaan hiatus blogwalking nih :D)
    Duh baca musicalnya Mathilda ini jadi kepengen nonton juga. Aku suka banget bukunya Mathilda. Itu awal perkenalan aku sama buku2nya Roald Dahl. Bener kalo disini nonton pertunjukan musikal mesti minimal ke Singapore. Dulu pas Wicked pentas di Singapore cuma bisa gigit jari aja karena ga ada budget. Tiketnya sih kebeli tapi tiket besawat sama akomodasinya itu bener2 gak masuk budget hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Maya, welcome back to blogsphere ya hehehe. Sekarang lumayan di Jakarta ada Ciputra Artpreneur. Semoga makin banyak pertunjukan broadway yang mau mampir ya. Soalnya kalau ke LN terus, kantong bisa bolong blasss...

      Delete
  2. Matilda lumayan sering diputer di hbo jadi tau deh :D gw sempet mikir apa matilda bukan anak mereka ya soalnya beda sendiri gitu hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, tapi sensasi nonton filmnya kalah jauh loh dibandingin nonton broadwaynya. Nah iya, apa mamanya selingkuh sama professor kali ye hwahahaha.

      Delete
  3. Ammin Ci. Baby Matilda akan secerdas dan sebijak versi ceritanya.

    Btw, Matilda-nya Roald Dahl, jd inget ada yg minjem buku saya trus ga dibalikkin Ci. Huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaaahhh ayo sekarang udah inget kan siapa yang minjem? Diminta balik gih.

      Delete
  4. gua juga dari dulu suka banget sama nama matilda, gara2 baca bukunya... padahal gua kan males banget baca buku, tapi entah kenapa si matilda ini bisa gua baca ampe abis tanpa ketiduran... saking sukanya, waktu berencana punya anak, kalo anak cewe namanya harus matilda hahahaha... eh dapetnya malah anak cowo, jadi pake nama pilihan suami hahahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, bikin lagi Mel, semoga jadinya cewe, tar dinamain Matilda deh ya. Kembaran deh nama anak kita.

      Delete
  5. taun lalu matilda main disini udah kepikir mau nonton. tapi kenapa ya kok gak jadi.. gua juga lupa sekarang pas mau diinget inget.. hahaha. mesti inget2 lagi nih kalo ada matilda lagi kudu nonton...

    wah lu niat banget ya pergi ke konser2 gitu sendirian ternyata ya... hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Man. Kudu banget, dan bisa bawa anak-anak tuh soalnya Emma kan udah di atas 6 tahun, udah boleh nonton. Kali aja arahnya Emma ke broadway.

      Gue baru kali ini di NZ nonton sendirian bener2. Biasa nonton yang lain bareng temen kok. Tapi guenya sendiri alias kagak bawa anak dan suami hehe.

      Delete
  6. Amin, semoga baby Matilda klo udah gede pinter dan hobi baca yah *ikut doain* :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin, Yeee... Soalnya kan membaca itu jendela dunia yah. We can learn anything from reading.

      Delete
  7. Gw juga paporit banget sama Matildaaaa tapi yang lebih bikin aku cengengesan lagiiii .. loe udah ngantongin tiket2 konser juara buat taon depan! warbiasak mamak leonny! maju terus pantang mundur!!!!!HOHOHO

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... Beruntung banget ya punya suami yang ngasih istrinya nonton macem2 (plus ngasih dokunya juga hahaha). Eh minggu depan gue nonton Sister Act the musical nih. Sama masih ada satu yang pingin gue datengin tp tiketnya sold out semua yaitu Pink. Huks...

      Delete
  8. Cici..Liat cuplikannya aja uda WOW banget ihhh apalagi nonton full langsung disana ya cii :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaaa... Sampe pulang masih kebawa terus nyanyiannya di otaaakkk.

      Delete
  9. Halo ci,
    boleh minta kontak ga ci?
    butuh bgt mau tanya2 ttg new zealand :(

    my contact: +628569953878

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa email saya di leony_hal(at)yahoo(dot)com. Tapi jangan tanya saya soal imigrasi ya. Kalau itu silakan baca di web imigrasi NZ yg resmi.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Dalem Dalem

Motherhood Saga: Barang-Barang Esensial Mama dan Abby Bag. 1

Tutorial Sok Kreatif - Dekorasi Kelas