Ketika Mama di Auckland
Sudah lima hari saya ditinggal mama pulang ke Jakarta setelah dia menemani saya lebih dari 2 bulan. Gimana rasanya? Tentu ada rasa sedih karena berpisah dengan mama tersayang ditambah rasa badan encok karena sudah nggak ada yang bantuin lagi. Tapi syukurnya semua masih bisa dihandle dengan baik. Minimal sekeluarga masih bisa makan dengan layak, baju bersih tersedia, dan saya masih waras (sambil merindukan mandi dan ke wece dengan tenang tanpa gangguan). Sekarang, mau cerita dikit ah saat mama ngunjungin saya. This will be a very random note, mungkin tidak begitu berarti buat yang baca, tapi akan saya simpan di sini untuk kenangan.
Waktu itu 9 Juli 2017, rasanya seneng banget mau jemput mama di airport. Kebayang ketemu setelah hampir 1.5 tahun berpisah itu, bikin hati bahagia. Apalagi saat mama masih di Jakarta, dia kelihatan sangat excited. Setelah berpelukan di airport, dimulailah perjalanan Mama di Auckland yang saat itu sedang di tengah musim dingin, mana hujan pula. Mama nggak terlalu banyak ngomong, bahkan disuruh milih menu makan malam aja pusing sendiri. Perasaan saya mulai nggak enak. Waktu itu kan saya lagi menanti-nanti lahiran, plus Abby baru mulai libur midterm, jadi setiap hari ya saya bawa mama jalan. Anehnya, walaupun mama kelihatan happy ketemu saya dan terutama ketemu Abby, tapi saya tau dalam hatinya dia nggak happy dan kelihatan nggak semangat. Beneran nggak semangat, sampai dibangunin aja susah! Rupanya, dia nggak suka karena Auckland itu dingin banget. Ya walaupun di rumah ada heater di dalam kamar, tapi begitu keluar kamar, brrrr..... Dan ketika saya bawa dia di mall dekat rumah yang lumayan bagus (untuk ukuran Auckland), dia juga nggak happy, lantaran menurut dia mallnya sepi banget. Padahal ya, itu lagi liburan anak sekolah, dan menurut saya mallnya sudah lebih ramai dari biasanya. Namun buat mama saya yang terbiasa dengan hiruk pikuk Jakarta, mall di sini itu super duper zzz alias membosankan. Walaupun begitu, dia belanja baju banyak banget buat hadiah ke kedua cucunya. Cuma ya gitu deh, mukanya lesu, dan kelihatan nggak punya tujuan.
Setiap hari, bawaan saya jadi kesal melulu ke mama dan jadi suka marah-marah (sorry, Ma), soalnya saya berharap dia gembira saat menemani saya di Auckland, tapi kok yang ada malah terlihat sedih. Tentunya nggak ada anak yang kepingin orang tuanya sedih saat mengunjungi kediaman si anak. Belakangan saya nanya ke mama, kok mama kenapa sih lesu melulu? Ternyata menurut dia, Auckland itu jauh banget dari ekspektasi dia. Ternyata dingin, ternyata basah alias hujan melulu, ternyata sepi banget kayak kota mati, intinya Auckland itu nggak banget deh! Bahkan dia terheran-heran kenapa saya sekeluarga bisa mau tinggal di kota yang kayak begini, yang nggak hip, nggak asik, nggak bikin semangat. Ditambah lagi, walaupun si mama pede nyetir di Jakarta dengan pengalaman puluhan tahun, ternyata saat dia nyoba latihan nyetir di sini, hancur lebur berantakan alias semua peraturan nggak diperhatiin, mulai dari speed limit, marka jalan, aturan persimpangan, dan lain-lain. Udah deh, bikin mama tambah kesel lagi karena ternyata juga nggak bisa bantu saya untuk nyetirin Abby saat saya nanti sudah melahirkan. Ternyata, buat orang Indonesia yang terbiasa cuek dengan peraturan (dan SIM bisa nembak), nyetir di sini itu mayan menyiksa loh. Pokoknya, mama nggak suka banget sama Auckland. Titik. Padahal ya, pas kita kemari dulu di tahun 1993, itu juga lagi musim dingin di bulan Juli, malah kita ke South Island yang jauh lebih dingin daripada Auckland. Kok mama happy bener ya? Kayaknya memang beda pergi dalam suasana liburan, apalagi saat itu masih ada papa.
Saya sudah pernah cerita kan ya, kalau mama saya ini langganan kena depresi. Selama di Auckland ini, dia beneran kena depresi. Yang biasa jago masak, jadi nggak bisa masak, bahkan takut nyentuh dapur, jadi boro-boro saya dimasakin makanan enak selama dia di sini, malah saya yang masak terus walaupun badan bonyok habis lahiran. Yang biasa sigap, jadi lemas, dan maunya cuma tidur melulu, jadi boro-boro ada yang bantu saya aplusan begadang. Saya sempat sedihhhhh banget, saat sebelum lahiran, saya minta dibikinin risol, dan mama saya bilang nggak bisa. Padahal dia bikin risol itu mestinya sudah kayak di luar kepala saking seringnya. Alasannya banyak banget, awalnya dia bilang lupa resepnya. Kemudian saya bilang kalau resepnya minta adik ambilin aja terus foto, tapi dijawab, adik nggak tau resepnya di mana. Saya bilang ya kasih tau aja dimana, eh dijawab, nanti brantakan letaknya dia nggak tau. Intinya, mama nggak mau bikinin risol buat saya, bahkan nggak ada usaha sedikitpun untuk seenggaknya nyoba, padahal waktu itu saya lagi di rumah sakit, dan kepinginnnn banget makan risol bikinan dia. Sampai mama pulang lagi pun, tetap nggak kesampaian.
Tapi statement dia yang paling bikin saya meringis adalah, dia nggak nyangka kalau di Auckland hidup saya "susah". Kok mau-maunya saya hidup menderita di sini, setiap hari setengah mati ngurus anak tanpa bantuan, hidup sederhana di rumah yang kecil seutek-utek (ini beneran seutek-utek saya ga boong, begitu masuk koper mama, jalan aja susah), nyewa pula. Selama ini mama saya lihat foto yang saya kirimkan di Whatsapp, dia kira saya hidup enak, berkecukupan, dan tidak pernah ada kendala. Dia bingung, apakah benar saya bahagia hidup begini? Langsung saya jawab tegas, kalau saya bahagia dengan pilihan hidup saya, walaupun di mata dia, hidup saya ini ngenes. Susah ya kalau standar bahagianya beda. Sayanya ngerasa happy-happy aja, kok mama saya malah depressed ngelihatin hidup saya. Pertanyaannya: Saya mesti gimana dong? Hahahaha.
Saya tau, mama ingin bantuin saya. Tapi yang namanya orang depresi itu, kemampuan dia jadi menurun drastis. Makanya setiap hari saya minta bantuan mama hal-hal tertentu saja, seperti nemenin Abby makan pagi, masukin cucian ke washer and dryer (kadang mama bantu setrika), cuci piring sedikit, pokoknya yang nggak menguras tenaga dan tetap bikin dia happy. Senangnya, setelah kehadiran Tilly, mama jadi punya hal yang dia merasa dia mampu bantu betul-betul, yaitu ngemong dan kasih susu. Mungkin itu hal kecil buat orang lain. Ekspektasi dibantu orang tua setelah lahiran itu kan biasanya dimasakin masakan enak-enak, dibantuin ini itu, yang bikin si ibunya cukup ngasih nenen aja dan istirahat. Itu tidak terjadi sama saya. Tapi saya bahagia melihat mama saya jadi punya sense of purpose karena ada si kecil yang lahir.
Makin ke belakang, saya lihat mama jadi lebih happy sedikit. Apalagi musim semi mulai datang, Tilly bertambah besar dan mulai bisa diajak main. Musim semi datang, artinya kita bisa mulai jalan-jalan ke luar kota, sambil bawa rombongan sirkus. Kita jalan ke Matakana, Taupo, Ruapehu, Hamilton, Rotorua, dan Hobbiton sama-sama. Apalagi di dua minggu terakhir, adik saya juga ikutan hadir, dan kita bisa merayakan ulang tahun mama yang ke 61, seminggu sebelum dia pulang ke Indonesia. Sayangnya, perayaan ulang tahun itu jadi pengingat, kalau sebentar lagi dia harus kembali ke Jakarta, dan itu bikin dia down lagi. Setiap hari pandangannya menerawang, mikirin gimana di Jakarta nanti kalau nggak ada Tilly. Dua hari sebelum pulang, sepanjang packing itu dia nangis sesenggukan sambil masukin barang-barang ke koper. Sedihnya lagi, karena pesawat dia pagi, pukul 5 subuh dia harus say goodbye ke Tilly dan Abby yang lagi tidur di rumah karena kami gak bisa ikut nganter.
Sekarang mama sudah di Jakarta lagi, dan dua hari lalu kita video call untuk kali pertama setelah sebelum-sebelumnya di Whatsapp jawabnya dikit-dikit (alias pertanda kalau dia lagi down). Baru aja bilang "Hello", mama sudah langsung berurai-urai air mata sambil manggil-manggil, "Tilly.... Tilly..., Popo kangennnn..." Saya juga ikutan mewek dikit, walaupun nggak ngebanjir kayak mama. Terus-terusan saya arahkan kamera ke Abby dan Tilly, supaya mama saya bisa puas melepas kangen. Abby juga lagi bawel-bawelnya, jadi dia bisa seru ngobrol sama popo-nya. Saya bilang ke mama, kalau kangen, tinggal balik lagi ke Auckland. Tapi dia bilang susah, karena biar gimana hidupnya di Jakarta. Saya juga nggak bisa balik dengan mudah, apalagi tahun depan Abby mulai masuk SD yang disiplin dengan peraturan attendance harus di atas 90 persen, yang berarti saya tidak mungkin bisa pulang kecuali saat liburan musim panas (yang berarti tiketnya mahal ngajubileh karena barengan sama Natal dan Tahun Baru).
Yang kocak, adik saya kemarin laporan, kalau mama malah kepingin pindah ke Auckland. Makanan di Jakarta ternyata kalah enak dengan di Auckland. Dia mulai kangen dengan bacon yang gurih, dan juga mulai kangen dengan udara dinginnya karena di Jakarta panasnya lagi gila-gilaan. Nah loh! Apparently ini yang namanya benci tapi rindu macem lagunya Diana Nasution yah?
Ma, seandainya mama baca ini, duh, Mama, seandainya pindah ke Auckland semudah itu, Mama akan jadi orang pertama yang aku ajak. Untuk saat ini, Mama yang happy dulu ya di Jakarta sama adik. Kalau mama kangen, kita video call dulu, dan lebih asik lagi kalau mama bisa main ke sini, mungkin di cuaca musim panas yang lebih enak. Doain anak mama punya kesempatan dan rejeki supaya bisa pulang kampung pas liburan panjang, dan kita semua diberi kesehatan. Miss you a lot! Kiss-kiss dari cucu-cucumu tersayang.
Waktu itu 9 Juli 2017, rasanya seneng banget mau jemput mama di airport. Kebayang ketemu setelah hampir 1.5 tahun berpisah itu, bikin hati bahagia. Apalagi saat mama masih di Jakarta, dia kelihatan sangat excited. Setelah berpelukan di airport, dimulailah perjalanan Mama di Auckland yang saat itu sedang di tengah musim dingin, mana hujan pula. Mama nggak terlalu banyak ngomong, bahkan disuruh milih menu makan malam aja pusing sendiri. Perasaan saya mulai nggak enak. Waktu itu kan saya lagi menanti-nanti lahiran, plus Abby baru mulai libur midterm, jadi setiap hari ya saya bawa mama jalan. Anehnya, walaupun mama kelihatan happy ketemu saya dan terutama ketemu Abby, tapi saya tau dalam hatinya dia nggak happy dan kelihatan nggak semangat. Beneran nggak semangat, sampai dibangunin aja susah! Rupanya, dia nggak suka karena Auckland itu dingin banget. Ya walaupun di rumah ada heater di dalam kamar, tapi begitu keluar kamar, brrrr..... Dan ketika saya bawa dia di mall dekat rumah yang lumayan bagus (untuk ukuran Auckland), dia juga nggak happy, lantaran menurut dia mallnya sepi banget. Padahal ya, itu lagi liburan anak sekolah, dan menurut saya mallnya sudah lebih ramai dari biasanya. Namun buat mama saya yang terbiasa dengan hiruk pikuk Jakarta, mall di sini itu super duper zzz alias membosankan. Walaupun begitu, dia belanja baju banyak banget buat hadiah ke kedua cucunya. Cuma ya gitu deh, mukanya lesu, dan kelihatan nggak punya tujuan.
Setiap hari, bawaan saya jadi kesal melulu ke mama dan jadi suka marah-marah (sorry, Ma), soalnya saya berharap dia gembira saat menemani saya di Auckland, tapi kok yang ada malah terlihat sedih. Tentunya nggak ada anak yang kepingin orang tuanya sedih saat mengunjungi kediaman si anak. Belakangan saya nanya ke mama, kok mama kenapa sih lesu melulu? Ternyata menurut dia, Auckland itu jauh banget dari ekspektasi dia. Ternyata dingin, ternyata basah alias hujan melulu, ternyata sepi banget kayak kota mati, intinya Auckland itu nggak banget deh! Bahkan dia terheran-heran kenapa saya sekeluarga bisa mau tinggal di kota yang kayak begini, yang nggak hip, nggak asik, nggak bikin semangat. Ditambah lagi, walaupun si mama pede nyetir di Jakarta dengan pengalaman puluhan tahun, ternyata saat dia nyoba latihan nyetir di sini, hancur lebur berantakan alias semua peraturan nggak diperhatiin, mulai dari speed limit, marka jalan, aturan persimpangan, dan lain-lain. Udah deh, bikin mama tambah kesel lagi karena ternyata juga nggak bisa bantu saya untuk nyetirin Abby saat saya nanti sudah melahirkan. Ternyata, buat orang Indonesia yang terbiasa cuek dengan peraturan (dan SIM bisa nembak), nyetir di sini itu mayan menyiksa loh. Pokoknya, mama nggak suka banget sama Auckland. Titik. Padahal ya, pas kita kemari dulu di tahun 1993, itu juga lagi musim dingin di bulan Juli, malah kita ke South Island yang jauh lebih dingin daripada Auckland. Kok mama happy bener ya? Kayaknya memang beda pergi dalam suasana liburan, apalagi saat itu masih ada papa.
Saya sudah pernah cerita kan ya, kalau mama saya ini langganan kena depresi. Selama di Auckland ini, dia beneran kena depresi. Yang biasa jago masak, jadi nggak bisa masak, bahkan takut nyentuh dapur, jadi boro-boro saya dimasakin makanan enak selama dia di sini, malah saya yang masak terus walaupun badan bonyok habis lahiran. Yang biasa sigap, jadi lemas, dan maunya cuma tidur melulu, jadi boro-boro ada yang bantu saya aplusan begadang. Saya sempat sedihhhhh banget, saat sebelum lahiran, saya minta dibikinin risol, dan mama saya bilang nggak bisa. Padahal dia bikin risol itu mestinya sudah kayak di luar kepala saking seringnya. Alasannya banyak banget, awalnya dia bilang lupa resepnya. Kemudian saya bilang kalau resepnya minta adik ambilin aja terus foto, tapi dijawab, adik nggak tau resepnya di mana. Saya bilang ya kasih tau aja dimana, eh dijawab, nanti brantakan letaknya dia nggak tau. Intinya, mama nggak mau bikinin risol buat saya, bahkan nggak ada usaha sedikitpun untuk seenggaknya nyoba, padahal waktu itu saya lagi di rumah sakit, dan kepinginnnn banget makan risol bikinan dia. Sampai mama pulang lagi pun, tetap nggak kesampaian.
Tapi statement dia yang paling bikin saya meringis adalah, dia nggak nyangka kalau di Auckland hidup saya "susah". Kok mau-maunya saya hidup menderita di sini, setiap hari setengah mati ngurus anak tanpa bantuan, hidup sederhana di rumah yang kecil seutek-utek (ini beneran seutek-utek saya ga boong, begitu masuk koper mama, jalan aja susah), nyewa pula. Selama ini mama saya lihat foto yang saya kirimkan di Whatsapp, dia kira saya hidup enak, berkecukupan, dan tidak pernah ada kendala. Dia bingung, apakah benar saya bahagia hidup begini? Langsung saya jawab tegas, kalau saya bahagia dengan pilihan hidup saya, walaupun di mata dia, hidup saya ini ngenes. Susah ya kalau standar bahagianya beda. Sayanya ngerasa happy-happy aja, kok mama saya malah depressed ngelihatin hidup saya. Pertanyaannya: Saya mesti gimana dong? Hahahaha.
Saya tau, mama ingin bantuin saya. Tapi yang namanya orang depresi itu, kemampuan dia jadi menurun drastis. Makanya setiap hari saya minta bantuan mama hal-hal tertentu saja, seperti nemenin Abby makan pagi, masukin cucian ke washer and dryer (kadang mama bantu setrika), cuci piring sedikit, pokoknya yang nggak menguras tenaga dan tetap bikin dia happy. Senangnya, setelah kehadiran Tilly, mama jadi punya hal yang dia merasa dia mampu bantu betul-betul, yaitu ngemong dan kasih susu. Mungkin itu hal kecil buat orang lain. Ekspektasi dibantu orang tua setelah lahiran itu kan biasanya dimasakin masakan enak-enak, dibantuin ini itu, yang bikin si ibunya cukup ngasih nenen aja dan istirahat. Itu tidak terjadi sama saya. Tapi saya bahagia melihat mama saya jadi punya sense of purpose karena ada si kecil yang lahir.
Makin ke belakang, saya lihat mama jadi lebih happy sedikit. Apalagi musim semi mulai datang, Tilly bertambah besar dan mulai bisa diajak main. Musim semi datang, artinya kita bisa mulai jalan-jalan ke luar kota, sambil bawa rombongan sirkus. Kita jalan ke Matakana, Taupo, Ruapehu, Hamilton, Rotorua, dan Hobbiton sama-sama. Apalagi di dua minggu terakhir, adik saya juga ikutan hadir, dan kita bisa merayakan ulang tahun mama yang ke 61, seminggu sebelum dia pulang ke Indonesia. Sayangnya, perayaan ulang tahun itu jadi pengingat, kalau sebentar lagi dia harus kembali ke Jakarta, dan itu bikin dia down lagi. Setiap hari pandangannya menerawang, mikirin gimana di Jakarta nanti kalau nggak ada Tilly. Dua hari sebelum pulang, sepanjang packing itu dia nangis sesenggukan sambil masukin barang-barang ke koper. Sedihnya lagi, karena pesawat dia pagi, pukul 5 subuh dia harus say goodbye ke Tilly dan Abby yang lagi tidur di rumah karena kami gak bisa ikut nganter.
Yang kocak, adik saya kemarin laporan, kalau mama malah kepingin pindah ke Auckland. Makanan di Jakarta ternyata kalah enak dengan di Auckland. Dia mulai kangen dengan bacon yang gurih, dan juga mulai kangen dengan udara dinginnya karena di Jakarta panasnya lagi gila-gilaan. Nah loh! Apparently ini yang namanya benci tapi rindu macem lagunya Diana Nasution yah?
Ma, seandainya mama baca ini, duh, Mama, seandainya pindah ke Auckland semudah itu, Mama akan jadi orang pertama yang aku ajak. Untuk saat ini, Mama yang happy dulu ya di Jakarta sama adik. Kalau mama kangen, kita video call dulu, dan lebih asik lagi kalau mama bisa main ke sini, mungkin di cuaca musim panas yang lebih enak. Doain anak mama punya kesempatan dan rejeki supaya bisa pulang kampung pas liburan panjang, dan kita semua diberi kesehatan. Miss you a lot! Kiss-kiss dari cucu-cucumu tersayang.
Foto ulang tahun mama, pakai kue favoritnya: lapis surabaya. Anak yang kecil matanya mandangin kue gak lepas-lepas. |
Sama cucu kesayangan versi 2.0 |
aw terharu banget baca postingan ciLe yg ini :") semoga semua anggota keluarga ciLe diberi kesehatan yaa, biar bs kumpul2 lagi, dan mamanya jg ga sedih lagi :) Tilly gemas sekaliii di foto yg trakhir... pasti Popo seneng banget punya 2 cucu yg gemesin
ReplyDeleteIya sebenernya mama cici tuh bisa datang kemari lagi. Cuma dia ngerasa lumayan jauh dan ngeri ga bisa move on (alias ga pingin pulang kalau udah di sini hehehe). Dia seneng banget memang, ada cucu dua, terutama sama yg kecil krn ikut dampingin dr baru lahir.
DeleteYaampun cii aku baca ini sampe nahan-nahan aer mata juga jadinya. Soalnya kejadiannya sama banget dengan yang aku alami tahun lalu pasca kelahiran. Mama yang ke Bogor nemenin aku kaget dengan situasi kehidupan aku sebelum pindah ke rumah mertua. Komentarnya persis kayak yang mama cici sampein. Puji Tuhan setelah ngobrol-ngobrol, Mama ngerti dan nggak pernah komplen lagi. Sebenarnya orangtua itu cuma nggak mau lihat anaknya susah aja hihi. Sehat selalu yaa, buat Mama dan sekeluarga ci.
ReplyDeleteIya, semua orang tua gak ada yang mau lihat anak susah. Nah yg cici bingung, cici tuh gak sesusah itu hahahaha. Masih layak banget rumahnya, cuma kecil doang. Amin semoga sehat semua.
Deletememang sih..standar bahagia anak itu berbeda dengan ortunya.
ReplyDeleteJiayou ya sis LE!
Thanks, Entin. Standar bahagia tiap orang sih ya beda2, bukan cuma ortu dan anak.
Deletepasti kangen ya kalo jauhan...
ReplyDeletelu mesti apply citizen dulu ya ny kalo mau sponsorin ortu?
Kangen banget tentunya. Oh PR kh bisa kok sponsorin ortu. Tapi memang government lagi freeze untuk sponsorin ortu, entah sampai kapan. Jadi baik PR maupun citizen ga bs sponsorin ortu.
Deleteci Le, terharu bacanya :')
ReplyDeleteamien2 ya ci, smoga apa yang cici harapkan bisa terkabul, bisa kumpul2 lagi sama mama :) en mama bisa ketemuan lagi sama ci Le, suami en 2 cucunya, yeay!!
Amin, kumpul2 dan sehat semua ya.
Deleteaduhhh...kok gua jadi melow baca ini ya le....pertama kasian memang orangtua seperti gak punya tujuan hidup lagi ya, duduk bengong gak tau mau kerjain apa...hahaha...tapi begitu udah pulang ke jakarta, jadi kepengen balik lagi karena ada cucunya....yahh semoga aja mama mu sehat selalu biar bisa bolak balik nengokin cucunya deh..biar tambah semngat hidup ..
ReplyDeleteIya kayaknya kalau udah tua dan usia pensiun, jd suka bingung. Pdhl mestinya gak usah banyak pikiran ya, tp krn bengong jd banyak yg dipikirin. Amin, semoha sehat terus, Ci.
DeleteDuhh terharu bgt ci le bacanya
ReplyDeleteIya ya itunganny mamany ci le lg penyesuaian dr hiruk pikuk jkt ke auckland yg sepi soalny kita jd berasa mati gaya, ak klo pulang bali n nginep di rumah tanteku di baturiti yg mana di gunung jg gt butuh 1-2hr buat enjoy soalny sepi bgt jam 7 malam udh kek jam 12 mlm di jkt yg sepi ahhahah
amien semoga doany ci le dikabulkan semuanya ya hehehhe
Padahal Auckland udah kota terbesar di NZ. Gimana kalau ke kota lain yg kecil ya? Bs tambah zzz. Amin, Mir.
Deleteterharu bacanya and i can relate... karena juga jauh dari orangtua and adek2 .. begitu mereka kesini rasanya seneng banget en begitu mereka pulang ke indo, rumah berasanya kosong lagi huhu..
ReplyDeleteSemoga ada jalannya yach biar bisa sering2 kumpul or maybe pindah kesana mamanya..
Untungnya gue di sini ada anak 2 yg udah bikin waktu berlalu secara ngebut, jd gak terlalu brasa. Yang lebih brasa itu nyokap karena dari rame, mendadak sepi di rumah.
Deleteterharu banget baca postingannya... gua dan mertua yang masih satu negara satu pulau aja tetep ga bisa pulang sering2, karena mikirin cuti dan lain2... apalagi yang uda beda negara... emang sedih ya kalo tinggal jauh2an sama orangtua...
ReplyDeleteBiarpun jauh di mata, yang penting deket di hati ya, Mel.
DeleteCici.. aku terharu..
ReplyDeleteKondisi ku mirip2 sama kaya cici.. Keluarga semua di Indo, dan saya-suami-anak di Kuala Lumpur. Saya dan Suami kerja.. Dalam 2 bulan terakhir ini anak saya sering sakit. Mama nangis juga pas tlp saya.. Sama sih menurut beliau, kok hidup saya susah banget. Dan ga ada yang bantuin..
Tapi ya sudah lah.. kita cuma coba jalanin aja :)
Cheers cici
Waaa... Tp Kuala Lumpur masih deket banget dan penerbangannya banyak ke sana. Cuma tetep aja ya gak bs cuma nyetir sebentar langsung ktm. Hrs nyebrang pulau dulu.
DeleteNamanya Mama ya, pasti sedih liat hidup anaknya susah. Si Mama aja dah berapa kali ngomong gw suruh pulang daripada disini, udahlah ngontrak, rumahnya sepetak. Disana ga perlu beli..hihi.. Kasih Ibu sepanjang masa lah.
ReplyDeleteSyukur ya setelah itu bisa sedikit cerah hati Mamanya, kebayang sih hancurnya hati pisah, apalagi ini jauhhh kali..huhu..
Hihihi, enak dong Py kalau di kampung rumah ga usah beli. Cici dulu sekota di Jakarta, tetep rumahnya beli sendiri hahahaha.
DeleteSebenernya di sini rumahnya jg bagus loh walau kecil, malah lbh lengkap appliancesnya drpd di Jkt, cuma nyokap mgkn bayanginnya beda aja. Ini nyokap di Jkt jadi galau lagi tuh karena kesepian.
Salam kenal ya mba, selama ini silent reader.. :) Saya tinggal di Wellington, baca postnya jadi ikut terharu inget mama papa saya yang tinggal di Jakarta juga.. Eniwei, penasaran Abby SDnya di mana mba? Soalnya klo di Wellington, public school sangat longgar masalah kehadiran.. Anak2 Indo kalau ijin liburan gampang banget, termasuk anak saya year1 baru2 ini ijin 2bulan mudik ke indo.. Yang strict itu mulai college.. Atau mgkn peraturan di Akl rada beda kali ya..
ReplyDeleteHi Syva, salam kenal. Anak saya masuk ke Catholic School yang attendance ratenya tinggi. Nah itu public school banyak yg gak tertib soal attendance tuh, makanya government jd concern dan bikin bbrp sekolah ditutup karena ga efektif. Ini bukan soal peraturan di kotanya, melainkan dari masing2 sekolah.
DeleteEh lha, komen g gak masuk. Le, g baca sambil setengah mewek nih. Mengharukan. Mama u sebenernya sayang banget sama u dan cucu2nya ya keknya. Cuma karena kadang tertekan jadi kesannya apatis. Huhuhu.... Oiya, cara bawa ortu ke sana bejimane, Le? harus citizen ya?
ReplyDeleteIya nyokap mah sayang banget sm gue. Kadang tertekan maksudnya gimana, Fel?
DeleteNgga kok, ga harus citizen. Tapi program sponsor ortu lagi di freeze sm pemerintah ga tau smp kapan.
Jadi kangen mama.. sama jd bersyukur bisa ketemu nyokap tiap hari.. semangat ya Le! Semoga nyokap bisa berkunjung ke Auckland lagi dan kali ini lebih hepi 😊
ReplyDeleteSeneng ya De ketemu mama tiap hari. Serasa masih remaja hihihi. Nyokap tuh sebenernya pas sebelum kemari lg happy loh. Tp mendadak drop aja.
DeleteMakin kagum sama cici yang tegar banget. Padahal orang baru kahiran kan biasanya malah rentan kena baby blues. Mana cici lahirannya drama pula T__T semoga cepet reuni lagi sama mama di suasana yang lebih happy happy no depresi ya ci #hugsfromjakarta
ReplyDeleteMesti tegar, Tan. Anak dua, kalau gak tegar kasian anak2. Amin semoga next meeting, happy2 terus.
Deletesemangat ya popo... memang sedih ya jadi orang tua jauh sama anak dan cucu...
ReplyDeleteIya, sedih, tp sebenernya msh bisa disiasati di jaman skrg. Ada video call utk mengobati kangen.
DeleteI feel you. Nyokap gue setiap ngunjungin gue selalu bilang (walopun not word for word) "hidup kamu susah banget di sini, mama capek ngeliatnya. rumah kecil, ngurusin anak sendiri, mana kerja. coba kalo kamu di indo, rumah sudah ada. Dengan kualifikasi kamu seperti ini, pasti bisa dapet kerja yang gajinya bersaing dengan gaji kamu disini." Padahal gue tinggal di kota yang cukup besar/rame di Kalifornia Selatan dan rumah gue gak kecil2 banget booo!Emang gaya hidupnya beda and more importantly arti kebahagian bagi kita beda. Dan seperti lo bilang, kalo udah gini, ngejelasinnya susaaah banget. Dan akhirnya malah berantem.
ReplyDeleteHi Anon, siapa ya ini hehe. Gue sama nyokap sih ga pernah brantem soal pilihan hidup. Gue lbh gemes sama dia yg depressed selama di sini jd ga semangat. Wah di SC sih sekecil2nya kotanya masih lumayan gede lah dibandingin kota kecil di NZ. Gue sendiri di Indo udah memilih utk jadi IRT pdhl udah sekolah jauh2 hahahaha.
DeleteHeh! Mak lu uda pulang yaaa? Kok gw dapet info nya lu lagi sibuk karena masi ada nyokap ya?
ReplyDeleteSedih yo pasti ditinggal nyokap, semangat le!
Iya nyokap pulang tanggal 4. Dpt info dari Fenella ya? Selama September gue mmg banyak acara sm nyokap n adek gue, jadi br mendingan jadual setelah tgl 4.
DeleteHo oh! Oalaaa..ok ok :)
DeleteKau sudah bisa keluar keluar ato belum?
Udah banget hahaha. Udah kemana2 gue hihihi.
Delete😊😊 semoga mamanya selalu sehat ya Ci.. dan happy.. sepertinya kalau sudah berumur, ortu gampang sensitif..
ReplyDeleteThanks, Pit. Ortu kalau ud tua balik kayak anak2 lagi kayaknya hehehe.
DeleteSemangatttt Leony.. Semoga videocall sama mamanya tiap hari..
ReplyDeleteGua bayangin nyokap gua ke Blenheim.. 2 hari lsg minta pulang hihihi..
Video call sih, tapi ga kelewat sering juga. Soalnya sekali video call bisa lamaaa hahaha.
DeleteWah, nyokap gue kalo ke Blenheim sih gue yakin lgsg minta balik Jkt haha. Tp nyokap lu ga tau deh ya. Kali betah In.
nah ini udah pernah gua reply tapi gak masuk halahhh..
Deletemama gua gak bakal betah, Le.. sepiii.. biar kata dia di jakarta jarang kemana2, at least ada kerjaan dirumah.. disini gak mungkin pan gua suruh berkebun.. hihihi..
Mama gue di Auckland aja gak betah, apalagi di Blenheim, bisa beneran long term depression kali hehehe.
DeleteMungkin beliau ngebandingin ma hidup leony dulu di jakarta, ma rumah dulu di Jakarta ya..
ReplyDeleteGak ketemu mama 2 minggu pas beliau mudik aja kangen dimasakin..he he apalagi 1.5 tahun secara rumah kita nyambung depan belakang ketemu selalu biasanya..moga mamanya selalu sehat ya le
Fit, di Jakarta jg saya hidupnya termasuk sederhana. Mungkin dia lebih ga suka sama kotanya kalo ya. Amin semoga sehat terus.
DeleteKak saya pgn kerja nz,ada referensi unt info visa kerja?thx
ReplyDeleteAjung, kalau mau cari kerja di sini, pelajari dulu caranya di website resmi imigrasi NZ. Visa kerja bs didapat kalau disponsori oleh perusahaan yang sudah menerima kamu. Mencari pekerjaannya sendiri dari Indonesia itu tidak mudah.
DeleteLe...I'm officially big fans of yours now. Salut sama kamu,your life is not a walk in the garden tapi somehow you always manage to stay positive. Reading your blog always encourage me. Beberapa kali always related to your story. Mama ku juga tipe yang sama,gampang depresi ga jelas. Yang bikin aku kadang sedih banget,kayaq ngerasa she's not there when I need her the most. Ternyata...setelah baca yang kamu tulia ini,kayaq baru kebuka pikiran..maybe this is what she felt. Thanks a lot ya le,udah jadi saluran berkat melalui tulisannya..you really open up my mind. Please keep writing and sharing. GBU.
ReplyDeleteWaduh... jadi malu punya penggemar hihihihi. Sama2 Susan, seneng bisa berbagi cerita. Buat saya nulis padahal cuma untuk kenangan, tapi ikut bahagia kalau bisa "membantu" orang lain yang membaca. Semoga kamu sekeluarga, termasuk mama kamu, selalu sehat dan bahagia. God bless you too!
DeleteHi Le,it's me again �� thanks ya dah reply hehe..jadi seneng. Oh ya le,sorry kalo out of topic dr judulnya. Aku mau tanya soal posterior tongue tie nya Tilly. Lagi kapan kan kamu ada mention soal ini ya. Anakku juga dibilang dokter disini posterior tongue tie (kalo lidahnya menjulur keluar,bentuk ujung nya kayaq heart shape). Tapi ga ada masalah utk latch on sama skali. Tanya ke beberapa dokter disini beda dokter beda opini. Ada yang suruh gunting,ada yang bilang leave it. Boleh tau le kalo dokter disana suggest nya gimana ? Thanks before ya.
DeleteHmm... Kayaknya yang kamu itu bukan posterior tongue tie deh. Posterior tongue tie itu maksudnya dia ada selaput di bagian kiri dan kanan lidah. Makanya dia berbunyi clicking saat anak menyusu. Kalau heart shape itu kayaknya anterior ya, makanya biasa digunting dan ini cepet kok bisa langsung sembuh. Tapi kalau nggak mempengaruhi feeding dan speech sebenernya nggak apa2. Tilly sendiri di sini solusinya adalah laser karena nggak bisa digunting. Cuma lactation consultantnya bilang nggak apa2 didiemin soalnya kasian kalau dilaser. Btw, lactation consultant itu bukan dokter, jadi mereka memang spesialisasinya urusan menyusui.
DeleteOh beda ya berarti tongue tie nya Tilly sama anakku. Dokter sini diagnosa nya posterior tongue tie jadi kupikir sama. Thank you buat info nya ya. Take care Le ��
DeleteI might be wrong juga, Susan. Soalnya nggak gitu paham juga hehehe. Kalau dokter yang kamu temuin bilang posterior ya bisa jadi juga. Maklum saya bukan dokter, takut salah info. Hehehe. Yang penting dokternya udah korek2 mulutnya pakai jari kan ya? Selama ngga ganggu menyusuinya, gak apa2 sepertinya.
DeleteAaaah ci aku jadi kangen mami di rumah. Padahal jarak cuma Bekasi Bandung tapi kalo jauh itu berasa kangennya,apalagi sama masakan mami hehehe..
ReplyDeleteSehat2 terus mamanya yah cici biar bisa balik Auckland lagi jadi kangen cucunya terobati
Hehehehe. Enak tapi ya bisa sering ketemu. Kan Bekasi itu searah dengan ke Bandung jalan tolnya.
DeleteIya nih si mama udah diajakin ke sini lagi tp biasa deh, galau. Mungkin takut kalau sampai di sini males balik ke Indo lagi hahaha.
ikutan meweeek, hikhik.. sedihnya gitu yaa kalo hidup jauh dari keluarga tercinta, pas dikunjungi senengnya bukan main, pas mau pulang sedihnya juga bukan main :(
ReplyDeletesehat2 terus yaa poponya abby dan tilly, biar bisa main ke auckland lagi
Hehehe, biarpun begitu life must go on ya. Amin, semoga semua sehat, nggak cuma Popo yang main ke Auckland, kita juga bisa balik ke Jakarta.
Deleteikutan berkaca2 bacanya.. kl awal2 pisah pasti berat sih, makanya nyokap u melow, kangen sama cucu2nya, tp bersyukur skrg udah ada videocall yaa.. jd ya masih lumayan lah buat obat kangen.. hidup di luar emang beda style dgn di indo.. dl wkt gw di korea nyokap gw jg blg persis kaya nyokap u ,"ngenes bgt sih hidupmu..balik indo ajalah." pdhl kita yg jalanin ga ngerasa sampe se-ngenes itu jg kan haha..
ReplyDeleteIya lumayan jaman sekarang. Jaman dulu mau telepon aja kudu beli kartu telepon supaya lebih irit, itupun ngga irit kayak sekarang.
DeleteLu di korea sekolah kan Liv. Sengenes2nya kalau sekolah masih dalam rangka menuntut ilmu lah, ngga bawa bocah dua kayak gue hahahaha. Mgkn krn sekeluarga jd mak gue liatnya tambah ngenes.
Ternyata aku kelewatan baca postingan ini. Ci, kata2 tante kayak mamaku deh hahaha. Mamaku juga komentar gitu soal ciciku, rumah kecil, jauh dipinggir kota, kasian katanya. Naluri seorang ibu kali ya, maunya anak keliatan berkecukupan materiil. Karena rasanya terjamin gitu ya, jadi lebih tenang aja ngeliat anak kalo setidaknya hidup tuh "enak". Trus sekrang aku lagi berjuang pengen punya rumah sendiri (sskrg masih sama mertua), eh nyokap juga komen calon rumah yang aku mau beli itu kecil hahaha. Sedih sebenernya dikomen gitu, tapi kalo mikirin dari sisi nyokap sih maksudnya bukan ngenyekin, tapi kayak menyayangkan aja kali ya hehe
ReplyDeletePadahal jaman sekarang mah rumah di pinggiran Jakarta itu lazim banget yah. Liat aja rumah di Jakarta brapa duit harganya, kalau nggak penghasilan gede or dapet warisan, kagak kebeli aja. Kadang ortu ga bisa terima kenyataan jaman sekarang beda dengan jaman dia muda dulu.
DeleteHalo cici, tulisan ini sy udh baca berkali2,dan sjk cici ngepost ini, namun sya baru komen sekarang. sy mungkin kurang lebih bisa merasakan bagaimana perasaan mamanya cici, krna sy jg merasakan hal yang sama. Harus berjauhan dengan orang yg kita sayangi itu sgt menguras emosi, di kasus saya, saya harus berjauhan dengan suami sdh selama 3 tahun, mulai dari 5 bulan pernikahan kami. Dan ketika sya berkunjung ke tempat suami, justru saya merasa banyak menangis,cemas sedih,takut krna waktu itu tak akan lama dan saya harus kembali ke tmpt saya di sepetak kos yg sepi dan ketika sya merasa down, banyak tekanan tdk ada sosok yg bisa dipeluk dan diajak berbagi cerita langsung meskipun sekarang ada teknologi videocall dsb. Sampai saat ini sy jg msh di tahap denial bahwa smoga di thn 2018 sy bsa berkumpul dgn suami, mskipun faktanya tdk bisa sehingga saya srg jatuh dalam kecemasan dan depresi seperti terkdng air mata mengalir sendiri, perasaan sesak dsb. Kesepian itu menggrogoti fisik dan mental. Sampai saat ini saya masih bergumul. Saya doakan cici sekeluarga diberikan berkat yg mengalir deras dan kemudahan, sehingga kelak mama cici bisa bergabung dan menetap bersama di auckland dgn penuh bahagia. Amin. Gbu
ReplyDeleteHi Lolipop, nama benernya siapa ya? Jadi lucu panggilnya Lolipop hehe. Untuk kasus kamu, kamu jauh lebih hebat loh. Buat saya, pisah sama suami untuk jangka waktu sekian lama, pasti saya juga nggak akan bisa, bakalan stress. Makanya dulu sebelum nikah, saya sudah komunikasikan dengan suami bagaimana planning kehidupan sesudah pernikahan. Kalau bisa selalu bareng, apalagi cici inginnya cepat punya anak. Kalau sudah pny anak, support pasangan itu besar sekali peranannya. Cici salut sama kamu yang mampu menjalani sudah selama 3 tahunan. Semoga ke depannya kamu bisa barengan ya, gak harus long distance lagi. Memang pasti ada yang harus dikorbankan, tapi cici percaya pasti ada jalan keluarnya. Kalau soal mama cici menetap di Auckland, biarkan mengalir. Saat ini peraturan imigrasi memang tidak bisa dan cici maupun mama tidak ngoyo untuk memaksakan diri. Toh mama cici juga banyak kegiatan di Indonesia. Kelamaan di sini belum tentu betah, apalagi negaranya 4 musim.
DeleteOh ya ci, satu lagi, sy sgt senang kl cici menulis ttg topik2 kehidupan seperti ini dan dlm tulisan cici yg sebelumnya, banyak sekali membuka pikiran dan menguatkan jg. Semoga lbh banyak menulis lg ttg topik2 ini ci.:)
ReplyDeleteSama2. Cici nulisnya variasi aja, sesuai dengan apa yang lagi kepingin ditulis. Senang bisa sharing dengan yamg baca.
Delete