Mencari Pekerjaan di Auckland: Mudah atau Susah?

Hampir dua tahun lalu, saat kami mulai memikirkan opsi untuk pindah ke Selandia Baru, kami sadar kalau tidak mungkin kami hanya sekedar pindah tanpa pikir panjang. Biaya hidup di sini adalah salah satu yang termahal di dunia, yang berarti kami setidaknya harus bisa memastikan, kalau nanti saat sudah pindah, salah satu dari kami (dalam hal ini suami saya) bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Layak di sini bukan berarti berlebihan dan bisa berfoya-foya, tapi setidaknya bisa untuk menutupi biaya kami hidup sehari-hari. Waktu itu, karena jenis pekerjaan suami termasuk di dalam bidang yang demand (permintaan)-nya cukup tinggi di sini yang membuat poin kami juga bertambah untuk kualifikasi permanent resident, kami cukup yakin kalau suami tidak akan mendapatkan kesulitan saat mencari pekerjaan. Saya dan suami selama ini termasuk bukan orang yang sulit mendapatkan pekerjaan karena kami punya kualifikasi yang cukup dan pengalaman yang mumpuni. Jadi pokoknya, kami optimis sekali bisa mendapatkan pekerjaan dalam waktu singkat. Lalu faktanya bagaimana?

Ternyata, mencari pekerjaan di sini itu SUSAH-nya kebangetan! I am telling you, it is HARD! With capital letters. Yang saya bicarakan ini, pekerjaan yang sesuai dengan bidang dan kemampuan kita ya, bukan pekerjaan yang sifatnya hourly labor (misalnya housekeeping, atau kerja di kitchen, tukang angkat-angkat, kasir supermarket, dan lainnya). Kalau ada cerita orang bisa mendapatkan pekerjaan dalam waktu satu sampai dua bulan, itu artinya orang tersebut sangat beruntung sekali alias hokinya gede banget dan harus betul-betul bersyukur. Apahhhh??? Satu sampai dua bulan saja sudah beruntung? Yang bener? Iya, bener! Saya nggak ngurangin atau lebihin, dan semuanya ini berdasarkan pengalaman saya ketemu dengan banyak orang di sini, baik imigran, maupun orang lokal. Semuanya berpendapat sama, cari kerja itu susahnya kebangetan. Nggak salah kalau orang muda dari sini, banyak yang pindah ke Australia buat mendapatkan pekerjaan. Apalagi di Auckland ini, imigrannya mulai banyak sekali, sehingga persaingannya makin keras saja, sudah kayak The Hunger Games. Di bawah ini, saya tulis pengalaman kami, pengalaman yang bikin jatuh bangun serasa Kristina Dangdut, tapi pengalaman yang berharga untuk saya ingat, dan suatu hari bisa dibaca oleh Abby. Postingannya rada panjang ya, bear with it!

Pertama kami tiba di sini, kami begitu optimis, karena kalau lihat di situs pencari kerja, lowongan sepertinya banyak. Jadi suami mulai ngirim CV dan cover letter kesana kemari. Sekalian juga karena waktu itu kami baru tiba, beberapa kenalan dari Indonesia bantu-bantu kami untuk mengenalkan kami ke orang-orang yang sudah lama tinggal dan bekerja di sini. Tentunya kami juga penuh harap, kali-kali saja orang-orang yang dikenalin ini, bisa kasih kami referensi untuk mendapatkan pekerjaan. Tapi ternyata harapan cuma harapan, yang ada, mereka malah minta kami untuk sabar dan sabar. Kenapa harus sabar? Nih saya kasih ceritanya. Orang pertama yang kita temui adalah seorang Filipino, professional di negaranya, pernah kerja di Jepang segala di salah satu perusahaan telekomunikasi internasional. Waktu pindah ke sini juga optimis sekali untuk dapat kerja, tapi sampai 6 bulan, tidak ada satu lowongan pun menghampiri, sampai akhirnya, dia harus downgrade kualifikasinya, dan mulai bekerja sebagai IT Help Desk, posisi yang sangat jauh dari pekerjaan dia sebelumnya. Dan setelah belasan tahun berlalu, dia masih di perusahaan yang sama, departemen yang sama, cuma posisinya sudah naik jadi manager dan tetap bekerja dalam shift. Dia sendiri bilang, untung di Filipina, dia punya perkebunan dan kafe yang dijalankan oleh istrinya, sehingga secara finansial, semua tercover. Shocking? Iya banget! Orang sehebat dia ternyata butuh waktu segitu lama, dan harus menurunkan posisi dari bawah lagi. 

Lalu orang kedua yang kami temui, sudah punya pengalaman 8 tahun bekerja di Australia dalam bidang IT, lalu memutuskan pindah ke Selandia Baru. Berapa lama dia mencari kerja sampai akhirnya dapat? 6 bulan! Yes, another 6 months jadi pengangguran, baru akhirnya bisa dapat kerja. Dan lagi-lagi dia harus downgrade dan memulai kembali jadi IT Help Desk di sebuah perusahaan. Sudah lima tahun  berlalu, dan posisinya dia sampai sekarang masih tetap jadi IT Help Desk. Dia terus bilang ke kami berdua untuk terus sabar, malah nyuruh kami jalan-jalan dulu keliling NZ. Duit dari mana ya jalan-jalan? Bayangin 6 bulan tanpa kerjaan dengan tabungan kami yang seadanya aja udah bikin hati kami melorot sejadi-jadinya. Kami juga diceritakan oleh beliau, kalau di NZ itu yang namanya pekerjaan sudah kayak piramid, dan piramidnya itu tetap. Kita tidak mungkin naik pangkat kecuali ada yang pensiun atau ada yang (maaf) meninggal. Widiiihhhh.... Katanya sistem piramidnya sudah mirip kayak di Jepang, alias orang bisa bekerja di perusahaan yang sama dengan posisi yang sama selama bertahun-tahun, bahkan ada yang seumur hidup. Jadi dia bilang kalau kita harus sabar banget-banget, karena pekerjaan pertama itu pentingnya minta ampun. 

Kami juga bertanya dengan beberapa orang Indonesia yang sudah lama tinggal di sini. Jawabannya semua sama, harus sabar. Ada beberapa teman yang cukup beruntung bisa dapat kerja cepat, tapi itu bisa dihitung jari, bahkan nggak sampai satu tangan jarinya. Sisanya, rata-rata 4-5-6 bulan bahkan ada yang hampir satu tahun. Ada yang hampir putus asa, sudah packing mau pulang, tau-tau dapat kerjaan. Anehnya, setiap kali orang manapun melihat CV suami saya, semua pada bilang, "Your experience is amazing, it will be easy for you to find a job here." Kenyataannya, selama berbulan-bulan, kami nelangsa, dan email yang kami terima dengan hati berdebar-debar, semuanya isinya rejection alias penolakan. Faktor-faktor apa saja sih yang bikin cari kerja di Auckland ini sebegini susahnya? Saya mau coba jabarkan sedikit saja, biar kalau ada yang berencana pindah ke sini jadi nggak kaget. Ini berdasarkan pengalaman kita ya, jadi nggak bisa dijadikan patokan 100 persen.

1. Tall Poppy Syndrome

Tau istilah itu? Istilah tersebut begitu terkenal di Selandia Baru, bahkan Selandia Baru bisa dibilang negara nomer satu yang punya syndrome ini. Kalau dari Wikipedia artinya demikian: 

The tall poppy syndrome is a pejorative term primarily used in the United KingdomAustraliaNew Zealand, and other Anglosphere nations to describe a social phenomenon in which people of who have earned stature in the community are resented, attacked, cut down, or criticised because their talents or achievements elevate them above or distinguish them from their peers. This is similar to begrudgery, the resentment or envy of the success of a peer.

Intinya sederhana, mereka takut dengan orang yang pintar! Kalau saja ada orang yang pintar dan berprestasi, orang lain di sekitarnya atau komunitasnya tidak akan segan-segan untuk mengkritik dan melecehkan orang tersebut. Soal ini, saya sempat bertanya ke host airbnb saya yang super baik itu, apakah betul ini terjadi? Beliau menjawab sangat betul sekali. Di masa mudanya, dia pernah bekerja di suatu perusahaan, dan atasannya sengaja tidak mau ngajarin dia, bahkan marah kalau dibantu. Atasannya ngeri kalau anak buahnya lebih pintar. Akhirnya dia depresi karena tidak bisa berkembang dan memutuskan keluar dari perusahaan tersebut. Bayangkan, itu sesama orang sini loh. Gimana dengan imigran yang berprestasi? Lebih keras lagi "penolakannya". Mungkin tidak brutal, tidak secara terang-terangan, tapi syndromenya masih terus ada. 

Bahkan nih, saya pernah baca di artikel NZ Herald, perdana menteri sini saja terpilih karena dia terlihat seperti "a guy next door" alias orang biasa yang bisa diajak BBQ di belakang rumah hehehe. Mereka tidak suka orang yang terlalu menonjol kepintarannya. Yang biasa-biasa saja justru yang disukai. Jadi jangan bingung kalau di sini itu, orang pintar rata-rata malah diem-diem aja, karena apa? Karena ngeri, kalau kelihatan pintar, pasti akan dihajar sama orang lain bahkan sama komunitasnya. Katanya sih, pemerintah NZ sendiri sedang berusaha untuk menghapus syndrome yang satu ini, tapi ya nggak mungkin bisa dihapus begitu saja dalam waktu singkat.

2. NZ Experience

Bagi mayoritas perusahaan di sini, NZ experience itu adalah segala-galanya. Entah kenapa, orang sini itu sangat ngeri dengan orang yang tidak punya NZ experience karena dianggap tidak mengerti budaya kerja di sini. Padahal menurut saya pribadi sih, dimana-mana orang kerja kan pasti akan berusaha untuk menyesuaikan dengan culture dan pace yang dijalani. Nggak mungkin orang tidak bisa beradaptasi. Jangan bingung kalau lihat situs pencari kerja, banyak yang menulis, NZ experience is needed. Jadi kalau orang yang baru pindah, chancenya sudah langsung diputus begitu saja. 

3. Long Term Experience At Same Position

Ini satu lagi yang menurut kami sangat lucu. Contoh nih, kita mau apply pekerjaan A, nah di lowongannya itu ditulis, harus sudah punya pengalaman A selama minimal 5 tahun. Dan kadang jenis pekerjaannya itu loh, ajaib! Masak mau jadi email administrator, mesti punya pengalaman 5 tahun di posisi sama sebagai email administrator? Ckckckckc... Amazing! Suami saya tuh sampai bilang, gila "Non, kamu bayangin selama 5 tahun kerjaan cuma ngurusin email? Apa gak bosen dan stress?" Tapi ya kenyataannya begitu, seperti piramid yang teman kita cerita itu, orang di sini kalau kerja bisa lama-lama bener di posisi yang sama, dan happy-happy aja gitu. Nah jujur, ngga tau juga sih beneran happy atau ngga, tapi ya begitulah pola hidup di sini. 

4. Certification

Negara ini sangat-sangat hobi dengan yang namanya certification, which is good untuk beberapa bidang. Tapi yang nggak enak buat bidang suami saya adalah, certification itu banyak sekali plus harus diupdate, dan kalau lihat dari experience suami saya selama bekerja, walaupun dia sudah ambil certification, bisa dibilang tidak terlalu terpakai di dunia nyata, dan jadi sekedar formalitas belaka. Beda dengan orang di Indonesia yang sangat memperhatikan hands on experience, di sini itu, orang lebih lihat certificationnya dulu dibandingkan dengan experiencenya. Makanya, banyak banget situs yang menawarkan berbagai course untuk ambil certification. Suami saya sempat tergoda untuk ambil, tapi mikirin juga, apakah beneran terpakai? Lalu uangnya ngambil dari pohon mana? Hihihihi...

Nah, dari berbagai kriteria di atas itu, ngerti kan kenapa susah sekali untuk suami saya untuk memasuki workforce di NZ? Nomor satu, sudah jelas dia nggak punya NZ experience alias nggak pernah kerja di sini. Jadi semua lowongan yang butuh NZ experience harus didrop. Selama bekerja, karir suami saya bisa dibilang nanjak seperti tangga. Mulai dari bidang yang kecil, sampai akhirnya dia bisa menguasai bidang yang besar dan levelnya naik terus. Nggak ada yang namanya stay di posisi yang sama selama bertahun-tahun untuk jadi spesialis di salah satu bidang. Nah, dengan fenomena tall poppy syndrome itu, bikin tambah sulit lagi. Ibaratnya seperti buah simalakama, daftar posisi rendah pasti overqualified, daftar posisi tinggi nggak punya NZ experience. 

Setiap hari, kita nggak berhenti bertanya kesana kemari, meminta pendapat dari banyak orang apa yang harus kami lakukan supaya minimal bisa dapat panggilan. Karena saya tuh yakin banget, kalau suami saya sudah dipanggil interview, dia pasti berhasil. I have faith in him. Tapi kenapa kesempatan dapat panggilan itu susah sekali? Kami sempat menghubungi beberapa recruiter, dan jujur, recruiter di sini itu not really helpful. Mereka sangat sibuk dan ogah diajak ketemu untuk konsultasi. Rata-rata mereka bilang, drop saja CV kamu di email kami, tapi jangan harap kami hubungi dalam waktu dekat karena banyak sekali CV yang harus di review. The best scenario with recruiter yang pernah kami dapat cuma kesempatan ngobrol selama lebih kurang 10 menit via telepon untuk bisa tanya-tanya soal pekerjaan dan CV. Beberapa teman kami menganjurkan kami untuk "berbohong" sedikit dan downgrade CV kami, supaya kami bisa apply posisi yang lebih rendah. Tapi saya tidak setuju. Somehow saya masih percaya kejujuran adalah yang utama. Bayangkan kalau suami dapat interview, lalu nanti perusahaan telepon ke orang pemberi referensinya dan ketauan berbohong soal posisi sebelumnya, mau ditaruh di mana muka ini. FYI, di sini soal reference itu gak main-main loh. Beneran diteleponin satu-satu dan lama alias detail. 

Hampir dua bulan berlalu, kami belum mendapatkan hal positif apapun soal pekerjaan. Padahal waktu awalnya, kami berpikir dengan kualifikasi suami, mestinya akan sangat mudah untuk dia mendapatkan pekerjaan. Saat itu kami sudah mendaftar lebih dari 100 lowongan, tapi nihil jawaban. Waktu itu Abby sakit demam tinggi, disusul dengan saya yang juga demam tinggi di minggu selanjutnya. Keuangan kami semakin menipis, sisa uang yang kami bawa hanya bersisa sekitar 5,000-an dolar, padahal awal kemari, kami membawa berlipat-lipat daripada itu. 5,000 dolar kedengaran cukup banyak kalau untuk tinggal di Jakarta, tapi begitu tipis untuk kami hidup di sini. Suasana tidak enak sekali, suami nampak frustrasi, saya pun begitu, karena sakit demam dan flu tidak sembuh-sembuh. Malam itu, saya menangis sejadi-jadinya. Pertanyaan berkecamuk di kepala. Apakah kepindahan kita ke sini keputusan yang tepat? Apakah pengorbanan kita melepaskan segalanya itu berarti? Anak sakit, saya sakit, suami belum dapat kerja, kok sepertinya saya ada di titik terendah. Air mata saya tak terbendung, nafas tersengal-sengal. Tiba-tiba suami saya bilang begini, "Non, Tuhan sudah tunjukkan kita jalan untuk jadi permanent resident di sini, Tuhan pula yang akan menunjukkan kita pekerjaan yang terbaik. Percaya kalau Tuhan nggak akan ninggalin kita." Saat itu tangis saya reda, mendadak harapan itu muncul kembali. Saya sekali lagi mencoba memandang hidup secara berbeda, dan saat itu keyakinan saya tumbuh, Tuhan tidak tidur. Pasti!

Beberapa teman kami sangat baik. Ada yang membantu untuk mengenalkan kami ke pemilik perusahaan IT kecil di sini. Suami sempat ketemu dengan pemiliknya namun berakhir dengan tidak enak, karena suami saya diminta mengerjakan suatu research yang cukup berat, tapi hanya mau dibayar upah minimum tanpa kepastian kerja long term. Terpaksa kami tolak, bukannya sombong, tapi kami merasa path itu bukan untuk kami, karena kami harus memastikan pekerjaan pertama di sini adalah dasar yang baik. Walaupun begitu, kami tetap bersyukur mempunyai teman-teman yang sungguh sangat perhatian dan terus menyemangati kami. 

Host airbnb kami juga sangat luar biasa supportnya. Entah apa yang bikin dia begitu perhatian luar biasa kepada kami. Waktu itu kami dikenalkan dengan seorang career coach oleh dia. Career coach ini bukan recruiter, tapi seseorang yang bisa membantu untuk mereview CV kita lalu memberikan saran bagaimana membuat CV kita tampak lebih baik. Kami sempat menghubungi career coach ini, tapi mengkeret begitu tau harga 1 sesi selama satu jam sebesar 200 dolar. CV kami saat itu tidak jelek, dan 200 dolar saat itu terasa sangat mahal dengan keuangan kami yang menipis. Tau-tau, si host airbnb menghubungi kami, dia bilang kalau dia akan membayar 1 sesi untuk kami, sebagai hadiah. Kami shock! Kenapa? Kami tinggal di rumah dia cuma satu minggu, tapi kenapa dia begitu sayang kepada kami? Saya masih ingat dia bilang begini saat itu, "It will be a lost for New Zealand if you go back to Indonesia only because you can't find a job. You guys are great assets for our country. I am just trying to do  my best to keep you stay." Asli, terharu banget ada orang sebaik itu. Jadi, kita sempat ada 1 session bersama career coach tersebut yang disponsori oleh si host airbnb. CV suami yang sudah baik, dibuat lebih baik lagi.

Mayoritas CV yang kami kirim, adalah buatan sendiri yang belum dibantu career coach. Belakangan kami apply dengan CV yang sudah disempurnakan. Kuncinya, kami tetap menjadi diri sendiri. Tidak ada satupun yang kami downgrade, hanya dimodifikasi sesuai dengan jenis pekerjaan yang kami daftar. Kami terus berdoa tiada henti sambil menunggu kabar. Suatu hari, ada email dari Company A, tertarik untuk interview. Kami gembira bukan main. Waktu apply di Company A ini, sebulan sebelumnya (lama bener ya), suami nampak sangat antusias. Kami masih memakai CV orisinil. Dia bilang, "This might be a job that I am going to like a lot. Totally new, but I am ready." Tapi antusiasme itu sempat redup saking lamanya kami tidak dapat kabar baik dari manapun, tertutup oleh rasa putus asa. Sampai 2 minggu setelah email kami tidak dapat kabar. Suami nekad hubungi balik, dan minggu depannya suami dapat interview pertamanya. It went very well, tapi kami harus menunggu dua minggu lagi jika terpilih, untuk interview dengan bosnya. Oh iya, ciri di sini adalah, decision making umumnya lambat, jadi beneran harus sabar banget. Nggak berapa lama, kami juga dapat telepon dari Company B, dan di Company B ini, prosesnya cepat sekali! Setelah interview pertama, di minggu kedua langsung sambung interview kedua dan ketiga. Di minggu yang sama itu, suami juga dapat interview kedua dengan Company A. Jadi ada 3 interview dalam 1 minggu. Dari yang tadinya kami bengong-bengong nunggu, tau-tau semuanya datang.

Minggu depannya di hari Senin pagi, kami dapat telepon dari Company B. My husband got the job! Company sedang menyiapkan kontraknya. Kami senang bukan kepalang! Angka dan benefit sudah disebutkan. Tapi yang namanya suami dapat kerjaan, itu artinya kami harus siap beli mobil kedua. Tabungan kami saat itu tinggal sisa 2,000-an dolar. Gila banget, itu kayak sudah titik terendah, gak sampai 3 minggu juga dijamin sudah ludes. Pagi itu juga kami langsung kirim uang dari Indonesia untuk menyambung hidup dan beli mobil lagi. Pokoknya saat itu mikirnya kita beli mobil tua saja, yang penting bisa glinding. Senin siang, Company A telepon, mereka minta dikirim copy paspor dan copy visa. Suami iseng nanya, gimana perkembangan aplikasi dia. Dan dijawab, "We ask for those documents because we're preparing your contract". WHAT? We won't forget that date. Senin, 16 Mei 2016, suami saya dapat dua tawaran pekerjaan! 93 hari setelah kami tiba. Kalau bukan kuasa Tuhan entah apa namanya. Saat itu kami speechless benar-benar. 

Hari Selasa malam, Company B kirim kontraknya. Kami harus memberi jawaban di hari Kamis, lalu diminta mulai bekerja Senin, 23 Mei 2016. Cepet banget! Sementara Company A belum kasih kami angka sama sekali dan belum kirim kami kontraknya. Kami bingung, harus memilih yang mana. Entah kenapa, suami saya gak berani cepat-cepat tanda tangan kontrak. Dia bilang, dia mau pastikan kalau kerjaan pertama adalah pekerjaan yang terbaik. Kamis siang, suami nekad, nanya mengenai benefit dari Company A. Ternyata eh ternyata salah satu benefit yang diberikan adalah company car! Kita benar-benar dibikin shock. Cuma tetap saja, yang namanya offer belum ditangan, kami tidak bisa senang-senang dulu. Sorenya suami telepon ke Company B, minta diextend untuk sign offernya, dan dikasih waktu sampai hari Senin. Kamis malam itu, salah satu bos dari Company B telepon pribadi ke suami saya, dan naikan lagi offernya dan menerangkan soal extra benefit. Kami sungguh dibuat bingung! Jumat pagi, Company A telepon lagi, memastikan kalau kontrak suami saya sedang dibuat, tapi agak lama karena dibuatnya di Australia, di head office perusahaan tersebut. So, we definitely got both jobs. Yang tadinya nggak punya apa-apa, mendadak kami punya dua! 

Senin, kita ambil keputusan, kita pilih Company A. Waktu kita bilang ke Company B kalau kita akhirnya tidak jadi dengan dia, bosnya itu bilang, kalau yang daftar posisi yang diinginkan suami saya tuh ada lebih dari 130 orang, dan yang diundang interview itu hanya sekitar 4 orang. Jadi bayangin betapa ketatnya persaingannya, dan CV baik memang memegang peranan penting sekali dalam saringan perdana. Kenapa suami saya pilih Company A? Bukan cuma karena benefitnya, tetapi dari awal dia apply pekerjaan ini, dari di atas seratus pekerjaan yang dia apply, entah kenapa, dia fokus sekali untuk buat CV dan cover letter lebih lama dari biasanya. Dia juga bilang, hal ini akan jadi hal baru untuk dia, di mana dia akan jauh lebih banyak belajar dibanding dengan di Company B, karena di Company B pekerjaannya akan mirip dengan pekerjaan dia sebelumnya. Kita juga sepakat, kalau sampai berhasil dapat kerja di Company A ini, kita betul-betul telah membubarkan stereotype dari poin satu sampai empat tadi. Kita sebagai pendatang, juga bisa membuktikan kalau Selandia Baru adalah negara yang bisa memberikan kesempatan yang baik kepada imigran. Sebagai seorang istri, saya siap mendukung setiap langkah yang suami ambil, karena apa yang terbaik untuk dia, juga terbaik untuk keluarga kami. 

Ternyata benar, Tuhan memang tidak pernah tidur. Sejak tiba di sini, 13 Februari 2016, lebih dari 100 hari kami tidak berhenti berdoa Novena Tiga Salam Maria. Lebih dari 100 hari kami memohonkan satu hal yang sama. Kadang rasa malas menyerang, rasa kantuk, dan kadang rasa sakit. Ketekunan itu pasti ada hasilnya. Di penghujung Bulan Mei ini, yang juga penghujung Bulan Maria, Tuhan mengabulkan permintaan kami. Dukungan dari keluarga dan teman-teman juga sangat luar biasa untuk menyemangati kami. Terima kasih untuk keluarga dan teman-teman semua, dan juga doa-doanya. Waktu hari pertama kami tinggal di sini, saya beli 1 pak besar tissue toilet berisi 18 rol. Tiap kali saya mengganti rolnya, saya bilang sama Tuhan. "Tuhan, jangan sampai ya, ini tissue 18 rol habis semua, dan kami belum dapat kerjaan. Jangan sampai ya Tuhan." Tebak, pas suami dapat kerjaan ini, sisa tissue toiletnya ada berapa? SATU! Ya yang gantung di kamar mandi itu! Yang lebih mengagetkan lagi, Senin lalu, suami yang paginya saya antar ke stasiun kereta untuk memulai pekerjaan pertamanya, pulang dengan menaiki sebuah mobil, yang walaupun bukan milik kami, ternyata mobil baru (beneran brand new dari dealer), kinclong, dan pas saya cek harganya, bikin melongo. God is great! Terima kasih Tuhan, terima kasih Bunda Maria!

Cerita Bonus: Abby dan Lego Sofia

Setiap malam sebelum tidur, Abby selalu berdoa hal yang sama. "Ya Tuhan, semoga Papa bisa segera dapat kerja, supaya Abby bisa beli Lego Sofia, yang ada istananya ya Tuhan. Amin." Katanya doa seorang anak itu memang biasanya manjur. Sudah terbukti loh! Saat kami dapat kepastian dari Company A, kami sebagai orang tua merasa kami harus menepati "janji" itu segera. Pas kami tiba di sini Februari lalu, Lego Duplo Sofia itu masih banyak, dan sebetulnya kami bisa membelikannya kapan saja. Tapi kami tunda terus sampai Papa Abby beneran dapat pekerjaannya. Saat pekerjaan sudah didapat, ternyata Lego Duplo Sofia sudah tidak ada di mana-mana! Coba cek online di berbagai web dan kosong. Padahal harganya bisa dibilang gak murah. Total tinggal sisa 4 pcs saja yang bisa kita temui dari seluruh website mainan anak di NZ, dan yang dekat rumah cuma ada 1, itupun tidak dekat-dekat amat. Adanya di suatu toko mainan kecil di daerah utara di tepi pantai. Kami sempat mampir langsung ke salah satu toko mainan terbesar di sini dan tidak ada stock. Jadilah, supaya kami tidak kehilangan yang sisa 1 itu, kami langsung call ke toko kecil dan minta di tag supaya tidak dijual ke orang lain, soalnya beneran stocknya tinggal 1 pc. 

Siang itu sepulang jemput Abby sekolah, kami langsung menuju ke utara, dan mampir ke toko tersebut. Berrymans namanya. Sampai di toko itu, anaknya kegirangan minta ampun sampai dikira lagi ulang tahun sama yang punya toko. Nih, kita kasih bonus foto Abby pas dapat Lego. 

Toko mainan Berrymans di Browns Bay area. Demi anak, dijabanin.

Di mobil aja udah senengnya minta ampun., senyum mengembang, mata hilang.
Susun-susun, itu yang tower paling kanan sih bukan bagian dari istana, itu dari Lego Sofia yang kandang kuda plus Lego Truck dibikin menara hahaha. Namanya juga anak kecil, apa juga jadi.

Hore! Muka sumringah dapet Lego Sofia setelah minta sama Tuhan 100 kali lebih hahahaha... (Soalnya mintanya bukan cuma pas doa sebelum tidur, tapi juga tiap kali doa sebelum makan)

Comments

  1. Wahh, congrats untuk pekerjaan barunya. :D
    Ikut seneng liat senyum Abby dengan mainan baru. Hehehe
    Semoga semuanya selalu sehat dan baik-baik saja. Amien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya, Diana. Abby sebenernya banyak senyum baik dengan mainan lama atau baru. Tapi sumringahnya nambah ya :)

      Delete
    2. Bisa minta nomor yg bisa saya hubungi ya? Krn saya hendak tanya mengenai kerjaan di Selandia baru. Terima kasih

      Delete
    3. Hi Concorde,

      Mohon maaf, saya tidak bisa memberikan nomor pribadi saya.

      Jika ada pertanyaan, silakan hubungi via contact form di desktop mode. Tapi sebelumnya, mohon pelajari dulu di website imigrasi mengenai ketentuan untuk dapat ijin kerja di sini.

      Delete
  2. Selamaattt ci leony...bacanya ikut deg-degan Semoga kerjaannya lancar, keluarga sehat sehat Amin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya, April. Amin untuk wishnya!

      Delete
  3. whuaahhh,...seruu bacanya,..Tuhan memang luar biasa ya ciii...!!!
    Selamat buat pekerjaan barunya, semoga semuanya berjalan lancar cii...

    aduhh kangen liat foto abby tau tau udah gede aja,..rambutnya udah panjang...makin cantikkk... :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, seru ya, untungnya happy ending. Amin-amin, semoga lancar selalu ke depannya. Iya tuh rambutnya pengen cici panjangin, biar bisa diiket.

      Delete
  4. To God be the glory! Puji Tuhan... saya senang bacanya dan diberkati sekali. Kalau Tuhan sudah memulai sesuatu dalam hidup kita, saya percaya Tuhan akan tologn menyelesaikan apa yang sudah di mulai. Leony & suami juga sudah jadi berkat untuk airbnb host nya kan sampai dia mau sponsorin 1 sesi, itu juga anugrah Tuha. Tuhan memberkati ya dengan kehidupan di NZ, I'm sure everything will get better now.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks be to God! Iya, seperti suami saya bilang ya, Tuhan sudah bukain jalan ke sini, pasti akan dilengkapi asalkan kita usaha terus dan berserah sama Dia. Iya, some people are just very nice to us. Bener-bener berkat Tuhan.

      Delete
  5. aduh Le...sampe ikutan "engap" bacanya....berasa susahnya cari kerja disono, bahkan untuk orang2 yang qualified yaaa. Apa jadinya kalo yang kagak qualified, bisanya cuma cuci piring dong? Selamatt yaaa, doa2 kalian terkabulkan. semoga tambah sukses dan hidup nyaman di NZ.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, gue jg Ci, sempet engap, tapi tiap hari terhibur jg karena banyak kegiatan anter jemput anak, masak, beberes, dll. Gue kebayang suami lebih gak enak lagi loh 3 bulan di rumah, dari hepi krn bisa bangun siang, sampe bosen dan frustrasi sendiri hahahah.

      Delete
  6. syukurlah udah dapat kerja ya ya...waw...congrats ya...buat abby juga jadi dapat lego ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, Fitri. Abby itu dpt Lego Sofia buat pamungkas aja. Sebelumnya udah dibeliin juga yang Duplo Truck, plus ada bawa dr Indo hihihi.

      Delete
  7. Selamat ya buat Cici dan keluarga, dilancarkan semuanya. Amin.:)

    ReplyDelete
  8. wuah perjuangan sekali ya dapet pekerjaannya.. congratz ya.
    selena punya lego sofia..tapi yang versi kecil. Itu kan ada rumah gedenya, selena yang rumah kecilnya dan kebayang harga yang gedenya.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Fun, perjuangan lumayan panjang, tapi ternyata banyak yang lebih panjang lagi. Makasih Fun. Sofia yang versi kecil si Abby juga udah ada Fun, yang ada kudanya hehe. Tuh yang tower di belakangnya kan dia bikin ada part of yang kecil itu. Tapi teteup mau yang gede lagi. Namanya jg anak-anak.

      Delete
  9. wow... benar2 perjuangan penuh airmata sampe roll tisu penghabisan!
    Gak nyangka kalo di NZ sebegitu susahnya cari kerja dan bener2 gak friendly sama pendatang. Pantesan boss ku yang orang india tapi warga negara sana betah banget merantau di indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, untungnya air mata gak pake tissue rol Dis. Pakenya facial tissue. Kalo roll cukup buat lap yang bawah hahahahaha. *lah dibahas*

      Iya, di Auckland terutama persaingannya sadis banget. Lowongan banyak, tapi yang cari kerja lebih banyak lagi.

      Delete
  10. aaaaa aku ikut deg2an pas baca bagian company A or B itu ci, berasa kuis gede2an hadiah. Selamat ya cici leony, ikut seneng denger kabar bahagianya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahah, deg-degannya justru pas udah dapet dua-duanya ya Tia? Cici juga sangat senang bisa berbagi kabar bahagia ini.

      Delete
  11. ci, kebayang banget susahnya cari kerja disana & sampe merasa deg2an akhirnya gimana.
    akhirnya doa cici sekeluarga dijawab sama Tuhan ya ci.. ikutan happy banget baca nya.
    hi abby, mukanya sumringah banget.. :D
    rambutnya abby sekarang udah mulai panjang.. berasa udah lama banget gak liat foto abby, eh tau2nya udah panjang rambutnya.. hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, untung akhirnya happy ending kan Cyn? Kamu aja yang baca deg-degan ya, apalagi kita di sini yang ngalamin. Serasa dikocok2. Iya, sekarang Abby udah lebih bongsor dan lebih panjang rambutnya. Tapi tetep kok tomboynya sama plus ga bisa diem.

      Delete
  12. Gw bacanya deg-degan banget le, Alhamdulillah akhirnya berakhir bahagia ya perjuangan nyari kerjanya. Selamat sukses, semoga papanya Abby makin maju kariernya.
    Abby, itu legonya gede banget, selamat juga yaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Job huntingnya berakhir hepi ya, coba kalo belum dapet juga, gue udah pusing 12 keliling kali. Amin, doakan terus ya, biar cepetan bisa settle beli rumah di sini, soalnya ngeri liat harga rumahnya. Eh, di sini ada yang 2 kali itu loh gedenya Lego Duplonya hahahah. Untung anaknya gak tertarik (soalnya tema jungle). Kalau ngga kan gue yg rempong kantong bolong.

      Delete
  13. wiiiiiiiiii .. selamat selamat! gw baca kebat kebit tapi terus ngmg dalem hati, pasti berita baik, pasti dapet kerja! dan yeay!! waktu Tuhan emang yang terbaik ya, le! selamat menempuh hidup baru di negara baru!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, iya, gue kan udah preview dulu pake ucapan syukur Novena Gill hahahaha. Sip, Amin, doain kita terus ya, semoga makin lancar jaya!

      Delete
  14. Aku bacanya sampe terharu lho ci...
    Kuasa Tuhan gda yg mustahil, btw selamat ya ci buat suaminya. Pokonya semoga kehidupan cici dan kel disana selalu diberkati n menjadi berkat. Amin...
    Sukses terus ci

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita di sini juga haru banget, Mar. Gak percaya semuanya indah pada waktunya. Intinya sih gak boleh sampe nyerah, dan percaya kalau Tuhan itu gak tidur. Makasih ya.

      Delete
  15. Congrat yaa le... aduh ikutan deg deg an bacanya...! Emang kalo rencana Tuhan semua tepat waktunya. Novena Salam Maria emang paling sering terkabul, gua selalu novena jika dapet masalah berat.... bikin hati lega and pasrah sama kehendak yang di atas.
    Selamat menempuh kehidupan yang baru le.... God Bless your little family ^_^.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Nge, makasih. Makanya gue umumkan soal Novenanya dulu sebelum gue post yang ini. Soalnya beneran Tuhan tuh bimbing kita banget sampe akhirnya kita dapat kerjaan ini. Bunda Maria jg kuasa penyampaian doanya gak main-main ya.

      Delete
  16. congratz le! kalo masalah pekerjaan, temen seno yang ada disana emang sempet ngomong kalo nyari kerjaan disana susah banget...

    btw... abby uda keliatan gede banget... uda mau umur 4 kan ya? uda kayak anak sd gitu hehehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mel, memang susah, apalagi kalo nyari yang levelnya setidaknya mirip dengan di negara sebelumnya. Rata-rata tuh pada downgrade atau ambil labor work. Makanya gue bersyukur mint aampun. Abby 3 tahun 5 bulan, Mel. Masih akhir December ultahnya hihi. Tapi emang tingkah lakunya suka kayak anak gede.

      Delete
  17. menitik bacanyaa nonn...
    kalian bener bener dari nol yaa, kirain minimal udh dapat interview kerja gitu baru berani pindah


    selamat yaaa
    papa abby keren banget akhirnya bisa dapet kerjaan yang baguss

    nlai moralnya: persistence dan patient

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, susah Don kalau dapet interview dari Indo. Udah sampe di sini aja ternyata sesusah itu. Thanks ya, Don. Bener banget, usaha terus, dan sabarrrrrr (sepanjang jalan kenangan)

      Delete
  18. Wah, senang sekali Papa Abby sudah dapat kerjaan yang bagus banget Le. Benar-benar berkat yang luar biasa. Memang susah dapat kerjaan di NZ. Adikku dulu lulusan NZ dan lulusan NZ lebih cepat dapat kerjaan biasanya. Kerja sampai menikah dan punya anak satu di NZ. 4-5 tahun yang lalu, pasar kerja di NZ jelek sekali dan saat itu perusahaan tempat suaminya bekerja mungkin akan tutup dan adikku juga dikabari mungkin perusahaannya juga dalam beberapa tahun ke depan akan in difficult position juga. Akhirnya mereka pulang ke Indonesia karena mulai hamil anak ke dua juga. Beberapa teman juga pindah ke Australia untuk karir yang lebih baik. Makanya dengar suamimu dapat pekerjaan yang begitu baik, puji Tuhan ya Le. Senangnya Abby. Sekarang rambutnya sudah panjang, feminim banget, he he

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah Jul, tuh pengalaman pribadi keluarga sendiri ya. Memang tough banget di sini. Small city aja susah ya, apalagi big city kayak Auckland. Several years ago katanya gak separah ini. Makanya Jul, gue bersyukurnya luar biasa deh, berkat Tuhan tiada habis. Praise the Lord! Iya si Abby rambut dah panjang, tapi ya gitu tipis kewer2 hihihi.

      Delete
  19. first of all... congrats yaaaa... :)

    ngebaca ini langsung flashback pas kita baru pindah ke US 9 th yang lalu. kejadiannya hampir persis sama ny. hehehe. gua juga dalam seminggu dapet 2 interview dan dapet 2 offers. awalnya 1 dulu trus karena yang 1 gencar banget jadi gua neror yang satu lagi. hahaha. dan sama kayak kalian, akhirnya gua milih yang kedua (walaupun gaji yang pertama lebih gede) karena buat pengalamannya di industri yang gua belum pernah sebelumnya.

    dan yang sama lagi.... waktu itu juga gua janjiin andrew beli mainan CARS model lego gitu juga kalo gua sampe dapet kerjaan. dia pas pengen beli itu pas gua belum dapet kerjaan jadi gua bilang doain biar gua dapet kerjaan ntar dibeliin. jadi begitu dapet kerjaan langsung beliin andrew mainannya. sampe sekarang mainannya masih gua simpen tuh buat kenang2an walaupun andrew udah gak mainin lagi. hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, Man. Pindah ke negara orang memang butuh perjuangan ya Man. Mana gue juga gak ada any family here, it's tough. Lu udah pernah bahas mainan Carsnya belum sih Man? Kok gue lupa ya? Suatu hari bisa bahas di blog elu lagi, buat kenangan, mungkin pas 10th anniversary tahun depan :)

      Delete
    2. pernah ny... udah lama jadi mungkin udah lupa kalo pun lu udah pernah baca. hahaha.

      Delete
    3. pernah ny... udah lama jadi mungkin udah lupa kalo pun lu udah pernah baca. hahaha.

      Delete
  20. woww speechless , Doa Novenanya terkabul . Amin Le !
    terharu banget bacanya , turut bangga & bahagia
    Jesus & Bunda Maria Bless your family !

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Ven. Amin amin. Semoga Tuhan memberkati kita semua ya, dan Bunda Maria juga selalu menyertai kita.

      Delete
  21. Congrats Le. Ikut deg-degan baca ceritanya and so happy baca endingnya :) Kita ga tau gimana rencana Tuhan tapi semua selalu indah pada waktunya. Aminn..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, Tia. Amin, penyertaan Tuhan tdk pernah ada habisnya, tinggal kita terus berusaha dan berserah pada-Nya.

      Delete
  22. Wah ikut seneng baca nya Le, 5000 dollar apalagi 2000 dolar itu sedikit kalo ga ada penghasilan. Pasti legaaa dan happy banget udah dapet pekerjaan.
    Jadi ikutan tegang lo bacanya walaupun aku tau endingnya pasti baik :) --> mengacu pada doa salam maria postingan kapan lalu hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, untungnya sih Pau, itu bukan seluruh duit kita hahahaha. Kalo itu seluruh duit kita, lebih pingsan lagi deh. Kita bawa udah lumayan banyak banget pas pindah ke sini, tapi ternyata bener-bener sampe tiris setiris-tirisnya, kepaksa kirim lagi. Iya, endingnya indah pada waktunya.

      Delete
  23. Luar biasaa...memang Tuhan tidak tidur ya, benar-benar mujizat itu ada. Congratulation Cici dan keluarga! Cuma tetep ga habis pikir fenomena cari kerja disana, gila banget deh..negara maju kok takut sama ada yg lebih pintar, gimana mau maju? ckckck...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mujizat itu NYATA hehehe (serasa lagu ya Nick). Makasih! Iya, bingung juga sama tall poppy syndrome. Dan itu kenyataan di sini loh, untung kita bisa break stereotype.

      Delete
  24. Silent reader here.

    You guys took a big risk (albeit a calculated one), moving to another country with a small child.
    It takes a lot of courage.
    I salute you guys for that.

    I do know how it feels to almost penniless with mouths to feed. I'm glad everything falls into its places.
    Auckland is a beautiful place, I'm hoping someday we'll go back there. If we do, I hope we can meet you guys.

    Gusti Allah mboten sare, keep the faith :)

    Rudy



    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Rudy. It truly took looootttsss of courage, but again, we believe that God always accompany us wherever we go. Fortunately, kita masih ada simpanan di Indonesia, tapi nggak sangka jumlah yang dulu kita bawa pas pindah kemari sudah keburu habis duluan hihihi. Dulu Rudy pernah tinggal di Auckland ya? Yuk, datang lagi, at least untuk liburan. Bener banget, Gusti Allah mboten sare! He's great!

      Delete
  25. Ci Le, jauh amat ampe ke Browns Bay beli Lego-nya hehe.
    Btw congrats ya buat pekerjaan di Company A. Emang cari kerja corporate di sini kalau minim Kiwi office experience (karena Kiwi experience di bidang trade kayak hospitality misalnya, mereka juga nggak mau - pengalamanku dulu) kudu sabar terus kenyang dicuekin! Sampe suatu waktu yang tepat pasti ada aja kesempatan asal nggak gampang menyerah. Seneng banget deh kerjanya dapet company car pula :)

    Mariska @mrspassionfruit.wordpress.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gue udah ke Toy World, kagak ada aje gitu loh! Terus ya udah kita browsing2, beneran sisa dikit banget, dan yang terdekat yang ada tuh di Browns Bay. Hihihi. Demi anak! Tar lu udah ada kiddo ngerti deh hahaha.

      Sabarnya emang harus extra banget ya Mar kalo di sini. Tapi Puji Tuhan kesabarannya berbuah.

      Delete
  26. Hi leony congrats ya buat kerjaan suaminya.. aku sampe ikutan terharu lho... memang Tuhan baik ya.. Gbu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, Bon. Gue juga terharu banget. God is great!

      Delete
  27. Makin baca ke bawah makin penasaran..
    Congrats ya ci, luar biasa terharu..
    Cici hebat, semoga makin kedepan lancar ya ci..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, kayak cerpen ya hahaha. Makasih ya, Nol. Aminnn, semoga lancar terus.

      Delete
  28. Ci Le!! congrats for ur hubby, uda dapet kerja :) ikutan seneng ci bacanya walo prosesnya emank ga mudah, huhuhu..
    bner2 bersyukur ya ci, disaat lagi terpuruk tetep ada pihak yang mengingatkan kalo kuasa Tuhan bekerja en pasti bekerja :)

    Abby!! Makin cantikk deh ci ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Wi! Bener, Tuhan tuh lagi kasih kita test kesabaran, kalo lulus, insyaAllah dapet berkah hahahaha. *ngarang*. Tp beneran loh, gue yakin God works in mysterious way. Makasih, Tante! (kata Abby)

      Delete
  29. wah congratsss ya dah dapet kerja, klo bole tau apa nama posisinya? Di NZ ketat banget ya cari kerjanya. apa mungkin krn memang disitu ga banyak lowongan kerja?
    Semoga suami bahagia dengan kerjaan barunya ya Le, dan smoga kalian makin settle semuanya disana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, posisinya privacy Teph, yang jelas masih berhubungan sama telco. Lowongan kerjanya justru kelihatan banyak. Kalau lihat di situs pencari kerja tuh banyak, tapi nggak jelas kriteria apa yang dicari. Ya 4 faktor yang gue sebut di atas itu ngaruh abis. Amin, doain kita terus yaaa....

      Delete
  30. Yay, congratulations and very inspiring story to read! Thank you for sharing ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, Tita! Cerita kamu nanti share juga ya!

      Delete
  31. Leeeee gue bacanya ikut deg2an dan terus terang deh jadi berasa tertampar nih denga doa kalian yang tiada lelah. Keknya gue n suami lately kurang berserah dan doa ...thank you utk postingan ini. Memotivasi banget. Sukses ya utk papanya Abby... ahhh NZ sudah ditaklukkan 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk Joice, doa as a couple, gue rasa itu sangat ngebantu nguatin kita satu sama lain di masa sulit kemarin. Jadi berasa Tuhan itu begitu baik sama kita. Ditaklukan bagian cari kerjanya Joice. Masih banyak lagi hal-hal yang mesti kita taklukan nih hehehe. Doakan terus ya!

      Delete
  32. Terharu banget baca awal2nya, segitu susahnya cari kerjaan di NZ, ditmbh dengan 4 faktor yan udah disebutin. Terakhir Puji Tuhan bgt ya smua terjawab Tuhan ya ci. Malah smp 2 sekaligus. Congrats buat suami ci2 yang udh dapet kerja. Ikut happy.hehe. Sehat2 ya semuanya disana. Seneng banget liat Abby yang dpt lego Sofia smp sumringah gt.hihi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Fris, susahnya amit-amit, mana kisah-kisah dari orang lain sempet bikin kita "down", but on the other hand kasih kita semangat untuk terus sabar dan berserah sama Tuhan.

      Delete
  33. silent reader coming :)
    selamat yaa,,,
    deg-degan baca di awal,,
    dan tersenyum di akhir,,
    selamat yaa semoga sukses dan bahagia selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Putri. Hehe, seru ya serasa baca cerpen petualangan.

      Delete
  34. Ci leonny kenalin ya aku silent reader sejati di blog cc...
    Pas yg crt ini aku baca ampe berkaca2 mata ku...#atoefekbumilya
    Cm beneran deh kuasa Tuhan tuh gk pernah terlambat sekali pun....
    Pas baca lg down anak sakit,cc sakit sedangkan suami blm dpt perkerjaan itu pasti masa2 yg sulit bgt...apalagi di negri yg jauh disana
    Happy bgt terakhirnya baca bs dptin pas yg qta mau...ky udh disediain smua ama Tuhan...
    Tetep ngeblog ya ci...aku suka semangat cc

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga! Efek hormon kali ya hahahaha. Memang bener Dev, kuasa Tuhan itu tiada bandingnya, dan selalu tepat pada waktunya. Pasti akan tetep ngeblog, selama masih kepingin bawel-bawelan berbagi cerita sama semua pembaca di sini hahaha.

      Delete
  35. Puji Tuhan dah dapet kerjaan ya le.. God is good :D

    ReplyDelete
  36. Wah salut banget Mbak, God will make a way where there seems to be no way.. selamat ya Ci (ga konsisten, mbak trus ci..hehehe)
    Satu hal yang jelas sih, dirimu memberi inspirasi lewat hal yg sulit yg kalian alami. Iman, pengharapan, doa, usaha, dan kasih dalam keluarga. Hehe..
    Dan Abby, sudah kelihatan semakin besar dan cantik..
    Sehat2 untuk Cici dan keluarga..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak, Ci, sama aja, yang penting nggak Mas atau Ko. Hahahahaha. Makasih ya Pit. Iya Pit, God's grace beneran. Tapi kitanya memang gak boleh nyerah.

      Delete
  37. ruuarrr biasa Faithnya cici sekeluarga! Bikin ikut semangat juga ^______^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Keep the faith, Tin. Tuhan nggak tidur :)

      Delete
  38. gw speechles bacanya Le .. God works is surely to amazing for you and family.
    keep the faith and be strong sis :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asal kita jangan berhenti berusaha dan berserah, Yul. Amin, pasti keep the faith dong :)

      Delete
  39. Alhamdulillah yah mba Le, dibalik kesulitan ada kemudahahan segala perjuangan dan doa akhirnya membuahkan hasil. Selamat mba leony :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you ya, Dian. Memang harus bersabar banget, semua indah pada waktunya.

      Delete
  40. Ci Leony dan suami ini idola aku banget. Iman cici sekeluarga, asli menginspirasi.

    Sama seperti yang lain, cerita ini asli bikin deg-degan. Thank you for sharing ci, GBU and family :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indonesian Idol apa New Zealand Idol? Hahahha *ngarang*

      Semoga bisa saling menguatkan orang2 yang lagi kesulitan ya. Gak boleh berhenti berdoa dan berusaha.

      Delete
  41. Ini bener2 mesti bersabar banget ya. Mesti siap mental banget. Congrats ya Le akhirnya kesabaran & doa berbuah manis :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sabarnya berlipat, dan ngga boleh nyerah. Makasih ya, Ngel. God bless us all!

      Delete
  42. Perjuangan yang berbuah manis ya Ci Le :) Tuhan ga pernah tidur, apalagi dengan umatnya yang semangat berjuang dan berdoa. Meleleh mata ini baca ceritanya Ci Le, semoga pekerjaan baru si Papa menjadi berkah untuk semuanya. Selamat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin, Novia. Semoga jadi berkah dan bisa membawa kebahagiaan utk semua.

      Delete
  43. Salam kenal ci Leony,

    Udah lama jadi silent reader blognya cici.
    Ikut senang baca postingan ini,inspiratif sekali. Thanks for sharing :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Dita, salam kenal juga. Sama-sama, semoga kita bs terus bersemangat dan gak gampang nyerah ya.

      Delete
  44. Ya ampun baru baca dan sampe mewek, Ci... Temenku dulu juga sampe pindah dari Auckland ke Sydney ya gara-gara susah dapat job itu, jadi luar biasa sekali suami Cici bisa dapat pekerjaan di 'deadline' semepet itu, betul-betul kuasa Tuhan! Congrats yaa... Abby makin mirip mamanya yaa hahaa, seneng liat ketawa happynya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener kan ya, banyak orang yang pindah dr sini karena susah banget dapat kerja. Iya, kuasa Tuhan memang tak terbatas. Makasih, Astrid. Seneng dan dapat berkat banget keluarga kami di sini. Hihi, skrg Abby mirip mama ya? Padahal pas kecil semua pd bilang mirip papanya.

      Delete
  45. Salam Kenal Leony,
    Sekali lg congrats buat suami yg udah dapet kerja di sana. Kalo boleh dishare apa career coach berperan penting untuk review cv + cover letter. Kebetulan sy akan mengikuti jejak Leony dan masih berpikir 100x utk langsung lompat ke sana tanpa 'secure a job'. Kalo ga keberatan share infonya mengenai career coach yang kredibel di sana.
    Thanks for sharing this story and looking forward for the advise.
    Salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Yudha, salam kenal juga. Kalau menurut saya penting gak penting ya. Ini suami saya dpt kerjanya justru dr CV dia yg belum kesentuh career coach. Tp at least career coach bs kasih masukan supaya CV lbh enak dilihat dan lebih fokus. Di sini itu kita gak bs generalize CV untuk semua aplikasi kita. Tiap aplikasi, kita hrs modify CV supaya lbh applicable sesuai dengan pekerjaan yang kita daftar.

      Soal mau secure a job, di NZ ini rasanya hampir gak mungkin bisa secure duluan kalau kamunya belum pindah. Kita sudah pindah saja masih susah, apalagi kalau dari jauh.

      Career coach yg kemarin suami saya temui namanya Samara Brown dari Connex Recuitment http://www.connexrecruitment.co.nz. Silakan di cek. Tp dia gak akan bantu kamu cari kerjaan ya. Hehehehe. Good luck.

      Delete
    2. Hi Leony,

      Cerita kamu menegangkan banget, ikut deg2an. Thanks banget sharingnya. Btw, artinya mesti stay dulu di NZ baru cari kerja ya. Nah berarti urus visa dulu. Saya lihat di web imigrasi, untuk skilled employee mesti pnya occupation certificate. Itu proses dapetin certificate nya gimana yah.

      Thanks ya,
      Verra

      Delete
    3. Intinya sih, harus eligible dulu untuk skilled migrant visa yang nantinya akan convertible untuk jadi PR. Total pointsnya itu minimal harus 160. Kalau suami sih dulu bukan occupation certificate ya, lebih kepada education yg sesuai dengan pekerjaannya, dan reference dr semua perusahaan tempar dia bekerja. Jd harus nyambung antara edukasi dengan pekerjaan yg dia geluti. Oh iya peraturan baru nih, nanti kalau sudah berhasil dapat visanya, pas sampai sini pekerjaannya juga harus bergaji di atas 75k NZD/ yr untuk eligibility conversion menjadi PR.

      Delete
    4. hello Leony,

      salam kenal.
      saya coba2 simulasi point di web https://www.immigration.govt.nz/new-zealand-visas/apply-for-a-visa/tools-and-information/tools/points-indicator-smc-28aug
      untuk dapat point 160 sepertinya susah banget ini.

      Delete
    5. Iya, memang susah banget :). Apalagi kalau tidak ada pengalaman kerja di luar negeri (di negara yang diakui). Makanya banyak yang pindahnya dari jalur jadi student di sini. Itupun perjalanannya masih panjang sampai jadi PR.

      Delete
  46. Ora et labora, Deus adest sine mora. Congratulations to your husband, ci :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, Wien. Semoga semangatnya bisa menular ya!

      Delete
  47. Ci bacanya kayak baca film drama! Ada deg-degan, klimaks dan akhirnya happy ending! OMG SO HAPPY FOR YOU AND PAPA ABBY AND ABBY! *berpelukan ala teletubbies dengan super girang*
    Ampe ikutan terharu deh, puji Tuhan juga cici dan suami selalu bisa saling support dan menguatkan yaaa. God is so great!
    Semoga di company A ini karir Papa Abby juga terus menanjak seperti tangga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi berpelukannnn... perut ketemu perut kayak Teletubbies beneran ya (yg di sini ga hamil jg gendut soalnya hahaha). Memang perkawinan itu kalo lagi masa-masa gini diuji banget, kesabaran terutama, supaya bisa selalu ada positive vibes di tengah-tengah himpitan. Amin, semoga bisa masih settle dan sukses ya hihihi.

      Delete
  48. Sumpah deg-degan banget pas baca di awal sampe di tengah2 (cari kerja susah, butuh waktu lama untuk pendatang supaya dapet kerja, harus turunin standar) Nahan napas bacanya sambil komat-kamit berdoa untuk kalian dan akhirnya mendapatkan hasil yang manis di ujung tulisan, aku ikutan legaa.
    Dalam hati cuma bisa bilang "kalian bertiga adalah orang2 pemberani. Gak semua orang berani meninggalkan zona nyaman mereka.
    Seperti biasa tulisan leony sangat menginspirasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru ya kayak sinetronnnn hahaha. Untung klimaksnya oke yaaa. Memang harus berani take leap of faith. Berat, tp dengan berkat Tuhan semua akhirnya bs dilewati.

      Delete
  49. God provide yah jeung :)
    Walo mepet tp ga pernah telat.

    :)

    ReplyDelete
  50. Bacanya sampe ikut deg deg an Le...tapi Thanks to God everything is answered yah...
    I feel kenyataan lapangan (kerja) gak sesuai dengan yg di promosi in sama immigration NZ ya? Maksudnya, impresi gue kalo NZ itu pengen menerima qualified fresh immigrant as their work force, but the citizens probably not ready.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Jadi pindahnya tuh lbh "mudah" daripada nyari kerjanya hehehe. Pemerintahnya juga kalo menurut gue jg gak menyediakan "survival tools" buat immigrant baru. So ya kita harus bener2 berjuang for the best.

      Delete
  51. Ce leony, Tuhan rasanya udah menyiapkan sesuatu yg indah disana.. ditempat dan diwaktu yang tepat😍

    Hingga akhirnya skrg suami ce leony sudah dapet kerja company A 😀.
    Kerenn abiss perjuangannya, saling menguatkan.

    Good job kalian!😊hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oya ce Le, cc ini trmasuk orang yang suka nabung ya?? Wkwkwk :)

      Delete
    2. Tuhan pasti siapkan yang terbaik asal kita berserah dan terus berusaha, Yol.

      Yang dimaksud suka menabung itu kayak gimana ya? Hahaha. Ya bs dibilang cici selalu berusaha menabung, tetapi juga berusaha bs menikmati hidup. Berusaha balance. Kan dulu cici pernah tulis soal financial jg ya di postingan terdahulu.

      Delete
  52. hiii cici leony..
    selama ini aku silent reader ajah.. tapi baca postingan yang ini bener-bener berasa ikutan merasakan apa yg cici rasain.. asli hebat buat cici dan suami bisa tangguh...

    memang pertolongan Tuhan pasti akan datang di menit-menit terakhir, disaat kita sudah berasa di titik terendah dan memasrahkan diri mengharapkan bantuan NYA..

    Congrats ya ci.. semoga hidup di sana semakin sukses

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Nike. Makasih ya. Intinya sih saat susah ingat Tuhan, saat senang harus lbh ingat lagi sama Tuhan. Jgn pas susah doang minta2nya ya hehehehe. Thanks for reading selama ini, and thanks for finally leaving your mark here :)

      Delete
  53. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Donny, sudah saya japri kamu via email ya. Seperti saya jelaskan di email, mau masuk ke sini caranya gimana, saya sih terserah kamu, yang berarti kamu juga harus siap dengan segala resikonya. Expect for the best, but prepare for the worst. Gitu aja. Good luck.

      Delete
  54. Hi Ci Leony,

    aku slh 1 orang yg struggling mau ke NZ..
    mau tanya saat cici brangkat ke NZ itu pakai visa apa?
    saya juga mau cari kerja disana, tpi setiap orang blg aku harus sekolah dulu.
    sedangkan saya sudah bekerja di indonesia 2 tahun dari kelulusan s1.

    Saran cici bagaimana?a
    oh ya saya juga mau tanya bagaimana dengan kerja part time disana?
    mudah kah dicari?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi, Gicaelka. Cici berangkat sudah dengan status Residence Visa alias PR. Jadi memang sudah eligible untuk tinggal dan cari kerja di sini. Kalau mau coba daftar, ada di website imigrasi bagian skilled migrant. Prosesnya kira-kira setahunan mulai dari EOI, dan ada biaya yang cukup besar.

      Memang untuk lulusan Indonesia, sekolah lagi adalah jalur yang terbaik, karena membuka jalan untuk mencari pekerjaan secara legal. Cici sangat tidak recommend orang datang ke sini bermodal visa kunjungan. Minimal harus pakai visa kerja. Kenapa? Supaya kesempatan kamu dapat kerja yang resmi dan professional bisa terbuka. Kerja part time jadi apa? Kalau part time resmi, ya harus punya visa yang sesuai. Kalau kerja illegal ya bisa, tapi cici sangat anti dengan hal ini. Kalau mau, silakan nekad, tapi buat cici, reputasi itu penting untuk dijaga. Silakan cari jalan yang terbaik.

      Delete
  55. Gw paling suka baca blog loe Le, lengkap, jelas n sangat membangun! Congrats walau uda bbrp bulan lalu :)
    Thanks for sharing.. continue to be a blessing for all of us ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehehe.. Lengkap dan jelas serasa ensiklopedi yak haha. Thank you, Lid. Seneng jg bisa share dengan yang baca di sini.

      Delete
  56. Hi salam kenal,
    mau Tanya tentang migrasi ke NZ, ini kan cerita lom dapet kerjaan, saya mau Tanya, kalau missal saya sudah dapat kerjaan dari Jakarta, tapi saya yang ce nich, possible ngga kalau kesana bawa anak, saya ada 2 anak. karena yang lebih mudah dapet kerja saya daripada suami, kebetulan saya kerja IT dan company di Jakarta punya anak perusahaan di NZ.perlu pertimbangan apa saja kira?
    Natalia
    lia.anggi@gmail.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lia, bukan kapasitas saya untuk menjawab kalau mengenai job transfer. Sebaiknya tanyakan langsung ke company kamu apakah bisa transfer atau tidak. Kalau bisa ya palingan statusmu adalah working visa yang disponsori perusahaan kamu, dan suamimu dpt working visa on condition (condition = selama kamu msh punta working visa). Itupun saya kurang tau prosesnya gimana. Silakan tanya ke company.

      Semua possible, tapi harus siap mental dan fisik. Segalanya di sini mahal, pastikan kalau salary sesudah transfer ke sini bs cover biaya hidup.

      Delete
  57. Hi Ci Leony... Salam kenal...

    Saya merupakan professional di industri telekomunikasi.
    Mohon ijin tanya.
    1. Apakah saya berpeluang kerja di NZ apabila saya melamar dari Jakarta? apakah ci leony menemukan case seperti ini disana? (appy job to NZ from Home town Country)
    2. Saya sempat meng-apply pekerjaan dari Jakarta. saya tujukan ke Director HRD Company V. selang beberapa hari ada tanggapan dari Talent recruitmentnya via Email. Dan beliiau menanyakan Please can you advise what your eligibility is to work in NZ and your plans for relocation? lalu saya balas email beliau. Setelah menunggu 2 minggu lebih kok tidak ada repply dari pihak company V?
    Menurut hemat Ci leony apakah praktek yang umum disana untuk menanyakan perihal seperti itu.. atau hanya untuk kepo aja?
    3. Apakah ci leony bisa memberi advise, seperty apa praktek common use disana dalam membuat CV. Sebab CV yang saya kirim adalah murni buatan sendiri tanpa ada review dari ahli/reviewer.

    Terima kasih sebelumnya,
    sukses terus buat Ci leony dan keluarga
    GBU

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Yeheskia,

      1. Kemungkinan selalu ada, tapi sangat-sangat kecil. Kami yang sudah PR saja dan sudah tinggal di sini harus berjuang. Jadi kemungkinannya kecil sekali untuk apply from home kecuali skill kamu bener2 dibutuhkan di sini.

      2. Eligibilitynya kamu jawab apa? Kalau belum residence ya berat, karena artinya company di NZ harus mensponsori working visa.

      3. CV ya memang buat sendiri. CV yang suami saya keterima kerjaannya ya murni buatan sendiri tanpa advisor. Usahakan buat CV sesuai dengan pekerjaan yang akan dituju (customised), jangan terlalu general.

      Delete
    2. Hi Leony,

      Thanks feedbacknya...
      2. Ya ku jawab Butuh Working Visa dan working permit. Tapi ya itu ngak ada balasan lagi dari mereka... wkwkwkw... Knapa berat ya mba untuk mereka memberi sponsor untuk Working Visa? bukannya setiap working visa itu baru ada setelah dapat offering di sponsorin pihak employer?

      Salam,
      Vandi

      Delete
    3. Tentu berat, karena kan capabilities kamu juga belum bisa mereka lihat. Kalau mereka sponsorin kamu working visa, mereka harus keluarkan biaya juga, dan itu gak kecil. Kalau orang lokal atau PR, seandainya ga cocok, bs lgsg di let go. Tp kalau sudah sponsor working visa terus ternyata gak cocok, gimana? Hehehehe. Di sini proses rekrutmen itu lamaaa sekali gak seperti di Indonesia yang pegawai sering gonta ganti. Di sini untuk isi 1 space aja pertimbangannya panjang.

      Delete
    4. Jadi untuk First move nya better punya Visa apa dulu mba?

      Delete
    5. First movenya kalau gak eligible untuk PR, coba studi di sini. Masuk secara legal. Sekolah, lulus, cari kerja, dapat sponsor.

      Delete
    6. OK Mba.. thanks for the tips...

      Delete
  58. Cici....aku baru baca post yang ini, mengharukan sekali! Dan memang kalo bukan berkat Tuhan entah apa itu namanya!!

    Dulu pengalaman aku cari kerjaan pertama kali sejak lulus juga sampai 6 bulan di Sg, jd aku bisa ngerasain juga perasaan dimana kantong makin tipis, tapi kerjaan tak kunjung tiba.

    Postingan cc ini sekaligus ingetin aku lagi utk ga gampang menyerah, tetap tekun (lah, pdhl blm juga pindah kesana), dan berdoa.

    Thanks lho ci sharingnya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Steph, kalo masih single rasanya tuh kayaknya gak semenantang kalau sudah punya keluarga ya. Begitu sudah pny keluarga, kalau gak ada job, plus tinggal di daerah yang mahal begini, pressurenya bener2 nambah berlipat2. Maklum cici dan suami dulu gak pernah kesulitan juga dlm mencari pekerjaan. Jadi buat kami 3 bulan tuh lama banget. Sampai akhirnya dengar2 cerita dr teman di sini, ada yang hampir setahun baru dapat (malah ud packing mau pulang). Ternyata Tuhan msh ksh kesempatan. Beneran jangan give up.

      Delete
  59. Suami ada rencana kerja di NZ, dia memakai visa holiday dulu untuk masuk ke NZ, apakah yg harus dilakukannya ketika sampai di Auckland? Adakah saran kira kira suami saya bisa tinggal dimana dulu ya sambil mencari cari kerjaan? Apakah ibu bisa memberikan no kontak ibu sehingga saya bisa menghubungi ibu untuk tanya tanya dan sarannya? Terimakasih banyak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Ibu Rima,

      Sekedar informasi saja, dengan visa turis/ holiday, akan hampir mustahil untuk mendapatkan pekerjaan legal di sini. Jadi sebelum bertindak lebih lanjut, sebaiknya dipikirkan lagi. Saya sangat tidak menganjurkan orang ke sini modal nekad cari kerja pakai visa turis.

      Kontak saya bisa di blogger contact form (sebelah kanan jika lihat dari desktop/ full version).

      Delete
  60. maaf kak, mau tanya..
    kaka lulusn univ mana ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya lulusan University of Wisconsin - Madison, Amerika Serikat. Mmgnya kenapa, Nanda?

      Delete
  61. terharu gw bacanya,
    klw blh tw kak leony ad info gk yah tentang lowongan kerja di perkebunan new zeland, soalny ad niat mw kerja disana kak,
    thanks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf, kalau info2 soal fruit pickers saya nggak tau. Kalau kamu pernah baca soal itu (saya tau ada orang Indo yang pernah tulis soal ini), kamu tanya lgsg aja ke orangnya.

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. Sangat susah. Coba kamu research dong di website imigrasi. Saya kan bukan orang imigrasi. Research is the best step for you to know the requirement. Yang sudah kuliah masak saja susah, apalagi yg lulusan SMK. Selamat research.

      Delete
  62. Hi Leony,

    Thanks ya atas sharing pengalaman dan perjuangan kerasnya bersama suamimu di sana.
    Kebetulan saya (hampir 39 th) dan anak saya (cowo 8 th) bulan ini akan pindah ke NZ untuk berjuang dengan harapan mendapatkan kehidupan lebih baik dan kesempatan bersekolah dengan mutu pendidikan yang lebih baik untuk anak saya.
    Istri saya (32 th) sebentar lagi (akhir agustus 2017) selesai study hospitality management di AIS NZ (graduate diploma), ia sudah sejak Sep 2016 mulai study di sana. Setelah istriku selesai study, bulan Sep 2017 akan apply post study work visa (open) dimana saya & anak bisa bergabung, saya bisa cari kerja di sana juga & anak bisa sekolah.
    Ada byk hal yg ingin saya tanyakan ke Leony dan jika tidak keberatan apakah bisa share email, no HP/ WA/BBM Leony ke email saya: franspau78@gmail.com?
    Tuhan memberkati.
    Thank you.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Frans, sudah saya email dari beberapa waktu lalu ya, tapi tidak ada reply balik. Thanks.

      Delete
  63. Hi Leony,

    Salam kenal, seru baca blog kamu, perjuangannya dll. Serasa mengingatkan masa-masa down yang kami alami di Melbourne dan Doa Novena yang selalu menolong di saat yang tepat.

    Semoga semakin baik ya dan tercapai semua impiannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Happy to hear someone with similar experience! Amin, semoga tercapai cita2.

      Delete
  64. Keren kak. Bisa punya pengalaman seperti itu di luar. Gak semua orang cukup beruntung buat mendapatkannya

    Izin numpang lapak, untuk menaruh informasi ya :)
    Punya IPK 3.0, lulusan S-1 & dibawah 35 tahun? Kami menjamin anda untuk memperoleh IELTS 7.5 & mendapatkan beasiswa 100% diluar negeri. 3000+ alumni sejak 1996, kuliah di 4 benua. Untuk tes institusional IELTS gratis & info beasiswa: 0813 1663 4102

    ReplyDelete
  65. Sebuah cerita yg sangat menginspirasi dan menjadi pelajaran..saya anto..asal bengkulu.kebetulan sekarang saya ngumpulkan informasi ttg NZ.istri saya sedang menjalankan tes s2 LPDP dengan tujuan Aucland university..jikalau lulus.maka kami sekeluarga akan pindah ke NZ.untuk menemani istri menempuh jenjang kuliah s2 di sana..saya hanyala tamatan s2 dengan bekal pengalaman kerja sebagai jurnalis televisi lokal selama 5 thn. Bahasa inggris pasif.dan punya keahlian memasak..mohon masukan...apakah ada peluang kerja dan usaha disana untuk org dengam klasifiksi seperti saya...trmakasih..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sofyan, suami yang ikut istri kuliah baru bisa mempunyai ijin kerja jika jurusan istri minimal level 7 dan masuk in demand list dari pemerintah NZ. Kalau S2 sudah pasti di atas level 7. Tapi kalau jurusannya bukan in demand, suami tdk bisa mendapat working permit. Lihat lagi ketentuannya di website imigrasi. Daripada sy kasih suggestion tp ternyata permitnya gak keluar, mending dibaca dulu ya.

      Delete
  66. Salut dgn pengalaman mbak & keluarga...perjuangan yg sungguh menakutkan di awal dan penuh ketdk pastian...Memang Tuhan tidak tidur ya, mbak, asalkan kita betul2 dekat dengan-Nya...Kisah pengalaman mbak & keluarga ini sekarang menimpa saya, walaupun saya msh di Indonesia & berjuang mencoba kesana...Jujur mbak, sejak seminggu lalu saya berjuang memasukkan lamaran kerja ke NZ melalui NZ recruitment agent spt : Randstat, Trade Me, Tradestaff Group, SEEK, dan jg ada bbrp email pribadi lgsg ke owner via internet...tp sejak kemaren ada bbrp jawaban yg pupus harapan saya sdh utk mencoba nasib ke NZ dgn jawaban blm ada employer yg cocok (kata halus u/ ditolak)...Sedih buanggett dgn usaha perjuangan saya ini, hingga membuat saya menangis, krn merasa saat ini perjuangan saya di titik nadir...Memang saya seharusnya introspeksi diri sihh, krn memang umur saya yg sdh 50th yg tdk mgkn lg bisa berkompetisi keluar sana...Mgkn mbak bisa kasih pencerahan utk membantu saya memberikan gambaran kemungkinan yg ada...Trimakasih sblmnya, mbak atas artikel pengalaman perjuangannya...Salam dan Tuhan memberkati....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Gordon, di luar faktor usia, terus terang, melamar kerja dari Indonesia hampir tidak mungkin dilakukan, apalagi tidak punya working permit. Bahkan yang sudah PR pun, kalau lokasi kita tidak ada di NZ, kemungkinan dipanggilnya hampir tidak ada. Jadi mohon maaf, agak berat pak chancenya karena saya gak mau kasih harapan palsu. Tetap semangat ya.

      Delete
  67. Ooh ya mbak...maaf sblmnya, ada baiknya saya jg memberikan gambaran kenapa saya mencoba memberanikan diri menggunakan NZ recruitment agents dan berjuang utk itu...kebetulan saya ada bbrp pengalaman kerja sblmnya yg sudah menggeluti bbrp profesi kerjaan (tp jadi seperti tdk fokus) spt: electrical technician, telecom staff, project mgmnt...tapi walaupun begitu, utk kondisi saat ini saya jd seperti hilang PD & menjadi down u/berjuang kmbl...mgkn krn umur jg yg membuat. Seandainya ada aja satu employer di NZ memberikan sy peluang utk kerjaan rendah seperti staff atau teknisi pun, saya akan melakukannya mbak kalo memang ada dan akan saya pertahankan smp akhir,,, karena saya berpikir bhw inilah peluang karir saya terakhir selagi masih ada kesempatan dan jg ada keinginan utk stay selamanya di NZ jd permanent resident disana...Ini info yg dpt saya tambahkan mbak kenapa saya sangat sedih sekali (hingga menangis) disamping kondisi finansil yg semakin mengarah ke titik nadir...Btw, saya berterimakasih sekali lg atas bacaan artikelnya, mbak...Salam, GBU...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Gordon, masalahnya adalah, employer tidak akan memberikan pekerjaan kalau bapak tidak punya ijin tinggal. Dan perusahaan tidak akan mau sponsori working permit kalau pekerjaannya level pekerjaan labor. Jadi harap dimengerti walaupun desperate ada aturan imigrasi yang harus dipenuhi.

      Delete
    2. OK, terimakasih mbak Leony...Salam buat keluarga di NZ...Sukses selalu

      Delete
  68. Hey mbak Leony, kenalin aku Rara . Jdi ceritanya aku mau ke NZ untuk kerja sambil lanjut S2 di Auckland university. Jdi pendapat mbak Leony gmn ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe, gak bisa kerja dulu Rara. Sekolahnya dulu, baru nanti bs dpt working permit. Jd fokus di sekolahnya, bukan di kerjanya.

      Delete
    2. Oh gitu yah mbak, hehehehe padahal rencananya aku mau kuliah sambil kerja untuk biayai hidup selama di NZ nnti.

      Delete
    3. Bisa kok kerjanya tapi part time, dan program studinya minimal 2 tahun dan harus masuk skilled migrant requirement. Silaka
      cek di sini: http://nzstudywork.immigration.govt.nz/work-rules-for-students/working-on-a-student-visa/

      Delete
    4. Oh iya mbak, jdi harus siapkan IELTS nih ? Atau nggak perlu lagi.

      Delete
    5. Rara sudah cek syarat masuk program S2 Auckland Uni? Bukankah IELTS jadi salah satu syarat masuknya?

      Delete
    6. Hahahaha iya mbak sudah, kirain ada kelonggaran buat yang sambil kerja. Hihihihi

      Delete
    7. Makasih yah mbak atas informasinya, udah nggak sabar nih ke NZ. Dan ketemu sama mbak.

      Delete
  69. Ci...
    Perkenalkan nama aku Reni
    Mau nanya dong
    Waktu dulu berangkat ke NZ pertama kali, udah pake working visa kah?
    Apa bisa langsung apply working visa, padahal belum dapat kerjaan di sana?
    Klo pindah ke sana, modal nekad, bawa anak 3 orang, untuk sistem pendidikan di sana, berarti anak2 dihitung dengan biaya untuk international students ya
    Ada teman yang pernah cerita, mereka menggunakan jasa lawyer untuk pindah sekeluarga dari Indo (tapi mereka pindahnya ke Canada), apakah untuk ke NZ juga ada cara seperti ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya pas berangkat sudah dpt PR melalui skilled migrant (system points).

      Nekad pindah statusnya adalah imigran gelap dong karena pakai visa turis. Kalau memang anak2 mau sekolah sebagai international students ya pakai visa students dengan rate international students, lalu ortunya pakai visa guardian based on condition (berlaku hanya selama anaknya sekolah).

      Lawyer hanya bisa memberi advice, bukan menjamin apapun. Jalur masuk harus resmi, jangan nekad, nanti kena deportasi, rusak reputasi seumur hidup.

      Delete
  70. Hi Leony, saya temukan blog ini ketika datang hasrat untuk pindah ke NZ. berdebar juga baca perjuanganmu,Semoga Novena lead me to make right decision also heee. Tuhan berkati. Felix

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang penting pindah ke sininya jalurnya resmi dan jelas dulu, soal cari kerja itu nomor selanjutnya :D

      Delete
  71. Hi Ci Leony,

    Nice to catch this article. And salute for your patience in that circumstances.
    CI boleh minta email buat sharing, Kita family yang consider spent education and living there.
    Prefer masuk dengan student visa untuk wife yang ambil post graduate yang memungkinkan Saya untuk kerja and bring our 10 years daughter for school free there.

    My email leonardg0817@gmail.com

    Cheers,

    Leo

    ReplyDelete
  72. Dear Sis, saya baca ikut deg-degan sis..itu sis brati nekat ke NZ duluan sebelum dapat kerja?
    Sis saya rencana mau tinggal di NZ , better saya ambil sekolah bahasa Inggris dan bawa anak anak saya biar dapat fasilitas sekolah, atau saya sekolahkan 2 anak saya ( SMP dan TK) lalu saya mendampingi di sana?email saya: nathasyadevis@gmail.com
    Makasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sdh reply di email ya. Intinya metode kamu itu dua2nya gak bisa dipakai untuk tinggal long term di NZ.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Dalem Dalem

Motherhood Saga: Barang-Barang Esensial Mama dan Abby Bag. 1

Tutorial Sok Kreatif - Dekorasi Kelas