Realistis Versus Materialistis

Beberapa hari lalu, saya mendapatkan sebuah email dari salah seorang pembaca saya dan dia minta saya mengangkat topik, yang lagi-lagi berkaitan dengan urusan finansial. Kayaknya tulisan saya yang kemarin itu lumayan membekas di hati ya? Nama si pembaca tentulah tidak akan saya disclose di sini, tapi anggep saja namanya Tini (ini nama serasa di buku Bahasa Indonesia). Nah si Tini ini sudah tunangan sama si Tono (Kalau di buku BI biasa Tini temenan sama Tono kan? hahahaha). Walaupun sudah tunangan, Tini merasa kok dia lagi ada di lowest point of her life, karena ingin banget nikah dengan acara sederhana, punya rumah, punya kendaraan, dan kemapanan tapi kok serasa jauh dari impian. Di sini Tini meminta saya, gimana caranya dia harus mendampingi Tono dalam posisi sulit ini, posisi di mana mereka sudah menuju ke jenjang yang lebih serius. Tini merasa dia sedang diuji, saat pasangannya tidak punya apa-apa. Nah, bagaimana tanggapan saya?