Segalon Air Bocor

Postingan ini bakalan jadi postingan yang sebenernya rada gak penting, karena dipengaruhi oleh PMS (alias bawaan kepingin marah), tapi kalau dipikir-pikir, isinya bakalan juga mempengaruhi khalayak luas terutama dari dunia retail *asli, ini mulai lebay banget bahasanya*. Maklum udah lumayan lama saya ngga posting hal-hal acak yang kadang bikin keki.

Di daerah tempat saya tinggal ini, banyak banget bertebaran toko-toko retail Alf*mart dan Ind*maret. Kalau dihitung, pada jarak 200 meter aja, kayaknya ada 4 cabang, dan yang terdekat si Alf*mart itu malah beneran tinggal ngesot. Di dekat si Alf*mart itu ada toko kelontong, sebut saja toko Harum (padahal namanya bukan ini), menjadi satu-satunya toko kelontong sejenis yang terdekat, dan sudah menjadi tempat saya membeli gas dan air mineral galonan dari sejak lama, bahkan sebelum toko-toko macam Alf*mart dan Ind*maret itu berada. 


Saya kasih tau situasinya si toko Harum itu ya. 

1. Ownernya kalau datang suka seenaknya. Mestinya toko buka jam pukul 10 pagi, tetapi dia baru datang kadang pukul 12 siang. Karyawannya sampai nunggu di luar toko sampai si ownernya tiba pada waktu yang nggak jelas. Tutup juga suka nggak jelas. Mestinya sih pukul 19.00. Kadang bisa-bisa dia tutup toko mendadak kalau ada keperluan. Sempat berbulan-bulan toko ini tidak punya karyawan karena nggak ada yang betah tahan lama kerja dengan si owner ini, sampai si Ibu-nya sendiri yang harus antar-antar.

2. Telepon yang bisa dihubungi untuk pesan barang seringnya mati atau nggak diangkat. Pas saya minta suster untuk cek dan pesan langsung (sambil bawa Abby jalan-jalan), seringkali si ownernya ini lagi telepon haha hihi, sampai mengabaikan telepon customer. Kadang sus saya pesan untuk diantar, lalu dijawab, "Iya nanti dianter", dan seringkali ujung-ujungnya dia lupa, sampai harus saya yang telepon lagi.

3. Barangnya seringkali out of stock, kemudian dia suka nawarin saya air mineral merek lain (saya hanya pakai merek Aq*a). Saya bilang saya nggak mau beli lagi botol merek lain, terus dia bilang, ngga apa-apa kok bisa pakai botol Aq*a. Lah enak aja, nanti kalau saya mau tuker jadi Aq*a lagi setelah pakai botol lain apa diterima? 

4. Receipt tulisan tangan, malah seringkali lupa bawa receipt kalau nganter. Asas kepercayaan aja gitu.

Kalau dibanding dengan Alf*mart yang jaraknya selemparan batu dari Toko Harum gimana?

1. Alf*mart buka dari pukul 7.00 pagi sampai pukul 21.00 yang berarti jam bukanya jauh lebih panjang, dan PASTI tepat waktu.

2. Telepon yang ada juga pasti bisa dihubungi, dan barang diantar tak berapa lama kemudian. Kadang suka lama, tapi pasti diantar dan tidak lupa.

3. Barang mungkin kadang sama-sama out of stock, tapi setidaknya kita tidak disuruh ganti-ganti merek lain.

4. Receipt resmi harga terdaftar sesuai dengan software point of sales printing.

Lalu kenapa saya masih belanja sama Toko Harum? Padahal bukannya sudah ada Alf*mart yang tinggal ngesot dan bisa mengantar juga?

Alasan saya sederhana, saya nggak ingin toko ini mati di tengah gempuran para pemain besar. Saya termasuk orang yang mendukung pedagang kecil. Walaupun saya suka belanja di supermarket, tapi untuk produk-produk segar, saya masih suka ke pasar. Kalau soal harga, semua mirip, kadang si toko Harum lebih mahal sedikit, tapi saya maklumi saja, toh nggak  mungkin dia bisa bersaing plek-plek-an dengan nama besar yang sudah punya direct contact dengan supplier. Jadi, sudah dua tahun saya tinggal di sini, dan dua tahun itu saya setia, walaupun sering diombang-ambingkan dengan hal-hal di atas.

Tapi kejadian kemarin ini bikin saya lumayan keki. 

Hari Senin kemarin, saya order 3 galon air mineral ke Toko Harum. Order siang hari, barang baru datang sore hari. Malam hari kira-kira pukul 21.30, saya menemukan kalau lantai saya banjir alias salah satu galon air tersebut ternyata bocor! Pas saya dan sus cek, galonnya pecah di bagian bawah (tak kelihatan dari atas), dan air mengalir sudah sejak sore. Daripada banjirnya makin parah dan lantai rumah basah semua. Dalam keadaan panik, akhirnya saya buka galon tersebut, dan pindahkan sisa isinya yang tak seberapa itu ke galon kosong. Wuih, malam-malam sudah  mau tidur, malah diganggu drama galon bocor. Saya rencana mau lapor dan minta ganti besoknya.

Selasa pagi, saya telepon toko nggak ada yang angkat. Jadilah pas Sus dan Abby keluar, saya minta Sus untuk mampir ke toko untuk lapor plus minta ganti air mineralnya karena galonnya pecah. Nggak lama karyawannya datang. Saya kira dia mau tukar dengan botol baru, ternyata dia datang cuma untuk ambil galonnya yang pecah. Terus katanya nanti mau diganti. Sampai sore, sampai malam, saya tunggu tidak ada juga batang hidungnya. Saya telepon, tidak ada yang angkat lagi. Sudah lah, saya pikir saya tunggu saja sampai Rabu.

Rabu pagi, lagi-lagi saya telepon toko nggak diangkat. Sekali lagi sekalian Sus jalan keluar, saya minta kepastian bagaimana ini, karena galon saya diambil tapi tidak juga ada penggantinya. Saat itu tokonya ternyata buka! Tapi teleponnya mati, katanya lupa dinyalain *pengen tepok jidat deh*. Terus dibilang kalau nanti bakalan dianter lagi airnya. Ya sudah, saya nunggu lagi dong. Ternyata sampai sore, tidak dianter juga. Suster saya aja sampai keki banget. Habis Abby mandi sore, Sus dan Abby sekalian keluar lagi, dan samperin toko itu untuk nanyain kenapa airnya nggak datang-datang. 

Suster pulang dengan tangan hampa. Air gak ada, galon pun gak ada. Sus saya laporan, katanya si pemilik toko lagi pergi, yang ada karyawannya aja. Terus si karyawannya bilang kalau bosnya tidak terima alasan galon pecah. Kalau galon pecah katanya mestinya segelnya tidak dibuka. Tapi dibiarkan saja airnya mengalir. Terus Sus saya protes, kan rumah banjir. Eh dijawab sama karyawannya, kalau banjir ya bawa aja ke kamar mandi, tapi segel gak boleh dibuka, karena kalau dibuka itu artinya airnya sudah dipakai, gak ada bukti kalau airnya bocor. KESEL GAK SIH??

Akhirnya saya telepon ke toko, kali ini karyawannya angkat. Bosnya masih nggak ada. Dan jadi deh saya tumpahkan uneg-uneg saya. Saya bilang, ini bukan masalah uang seharga sebotol air mineral galonan, tapi ini lebih kepada tidak adanya rasa kepercayaan kepada customer, padahal kita adalah customer yang setia, yang tiap bulan bisa beli lebih dari 10 galon. Masak sih kita nggak jujur? Eh karyawannya masih tetep ngeyel, katanya itu perintah bos, kalau nggak ada segel gak bisa, dan mestinya galonnya di bawa ke kamar mandi. 

SIAPA SIH YANG KEPIKIRAN BAWA GALON KE KAMAR MANDI?? YANG ADA JUGA PINDAHIN ISI SECEPATNYA BIAR GAK BANJIR TAUK! *ya saya ngga marah-marah begitu, tapi itu isi hati saya yang rasanya pingin saya ledakin, tapi saya ngomongnya baik-baik*

Terakhir, saya minta nomer telepon bosnya. Dan syukurnya dikasih sama dia. Saya telepon bosnya, lalu bosnya bilang, "Ya udah deh bu, nanti saya telepon karyawan saya untuk anter airnya." Saya pastiin, "Bener bu? Tadi karyawan Ibu bilang mesti pakai persetujuan Ibu? Jadi sudah gak ada masalah ya?" Dijawab sama dia, "Iya iya, pokoknya nanti dianter." Dan setengah jam kemudian, air dan galonnya ada di depan pintu.

Can you imagine? 1. Galon bocor, jelas bukan salah saya. Jelas-jelas pas dia bawa itu galon sudah bocor, tapi dia tetap antar ke customer. 2. Sudah customer disusahkan, mau minta ganti aja susahnya minta ampun dengan alasan ini itu, malah menyalahkan customer kenapa nggak bawa galon ke kamar mandi. 3. Dua hari customer dicuekin, dan mesti kita yang menghubungi dia supaya galon kita balik, karena sudah keburu diambil sama dia.

Nah kalau kayak begini kasusnya, toko-toko kelontong kecil itu lama-lama mati, salah siapa? Padahal presiden kita ini maunya kan menghidupkan pedagang kecil. Pantesan Toko Harum tambah lama tambah kecil dan sedikit barangnya. Etos kerjanya tidak disiplin, customer yang setia saja dipersulit untuk mendapat penggantian barang rusak. Kalau menurut kamu, haruskah saya setia dengan si Toko Harum? Pengen setia, tapi godaan dari Alf*mart kok kayaknya lebih besar hihihi. Let's see deh :)

Comments

  1. Pindah Ciiii.. hehehe.. eh tapi boleh deh dites beberapa hari kedepan masih kaya gitu apa kaga, kalo masih yah saatnya pindah. toh bukan salah cici juga gak melestarikan pedagang kecil.

    Eniho, aku ngerti banget deh rasanya jadi si toko harum itu. krn mama papa juga buka warung dan disekitar daerah kita banyak alf dan ind bisa ada 4 bijik. hehehe.. cuma kita tetep berusaha menyediakan barang2 yang emang paling laku. krn itu yg bisa membuat warung ini bertahan. kebayang bgt kan udah tokonya kecil dicari barang ini itu gak lengkap, yah org pasti bakalan kabur ke alf dan ind itu. :D

    -sekian curhat saya-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu dia Epi... itu jg yang cici rasain. Kita pengen bantu dia dengan jadi pelanggan setia. Tp dianya ogah2an. Makanya salut sama pedagang yg bisa berinovasi supaya tetep laku termasuk ortu kamu. Moga2 para pedagang apapun sizenya tetap bisa kasih service yang baik ke semua customer ya.

      Delete
  2. Yg punya toko harum kayaknya gak niat jualan ya ny. Mgkn itu cuma side job iseng iseng dia kali ya. Hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenernya kalau ngga niat jualan mah mending dia tutup aja deh dr kapan2. Kesian pelanggan yg sudah setia beneran lama2 kabur semua.

      Delete
  3. Sebagai anak pemilik toko kelontong saya ucapkan terimakasih dan rasa kagum ya BuLe. Sayang sekali owner toko harumnya gak bisa menilai betapa berharganya pelanggan yang ada. Jadi keinget cerita Ibu gimana bela-belain belanja ke tempat jauh untuk bisa penuhin kebutuhan pelanggan dan buka maksimal jam berapa gitu untuk bisa kejar rejeki. too bad..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Dan, niat orang dagang mungkin udah beda2 kali ya. Saya jg bingung owner toko itu sebenarnya masih butuh tokonya atau ngga. Hehe. Kalau semua pedagang kelontong spt ibumu, mungkin gak terlindas oleh nama2 besar itu ya karena ada kedekatan dgn customer dan usaha keras.

      Delete
  4. Sama persis sm yg gw alami disini. Gw punya langganan toko (sebut saja toko A) jg buat gas sm aq*a dkt rmh, tp yg bikin males dia suka buka seenaknya dan mls nganter. Malah dia blg klo mau dianter kudu bayar 3000 lg per item. Hadeuhhhh.. Beda bgt sm toko yg 1 lg tp ini agak jauh jaraknya jm6 udah buka dan ga ada biaya anter -__-"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu antara toko kelontong ya Ye? Kalo antara toko kelontong kecil sih gue gak ragu deh langsung pindah. Jadi sama2 nolong pedagang kecil. Kalo gue nih dilema antara toko kecil sama retailer besar. Huks.

      Delete
  5. Susah juga sih yaa, tp usaha retail begini kan deket bgt interaksinya ma customer jadi servcie kudu no 1 mau itu skala kecil, menengah or besar....ak juga selama ini beli gas ma galon air di warung depan rumah yaa itung2 kita saling bantu,hehehhee. Tp klo udh jelek gt attitudenya mending pindah ci cari toko klontongan lain jauhan dikit asal hati ndk keki trs

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sih masih mau kasih chance lagi ke dia. Mau liat kalau sampai sekali lagi kejadian aneh2 mgkn confirm pindah. So far toko ini sering bikin pulsa telepon jg ludes karena bbrp kali udah mesen tp dia lupa haha. Ya mau liat ke depannya nih gmn.

      Delete
  6. Serba salah yh ci Leony pdhl km da niat ngebantu yh. Ibunya kynya ga bnr2 sm usaha tokonya pdhl da ada cust setia gt.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi bikin ragu kan ya mau belanja lagi atau ngga. Kasih chance lagi deh. Kasian sama si mas karyawannya jg kan dia gantungin extra income dr tipping jg.

      Delete
  7. Coba lagi aja ci,kalo next time masih ngeyel baru pindah ke toko retail
    Emang susah sih itu yah,mungkin yang punya emang ga niat buka usaha ci,soalnya beda banget sama popoku yang udah tua tapi buka dan tutup toko ontime biar rejeki ga kabur hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang mau kasih chance sih Ren. Ya begitulah etos kerjanya bbrp orang memang gak seperti popo kamu dan beberapa kerabat blogger di sini yg kerja keras demi mempertahankan customer.

      Delete
  8. Itulah kenapa harus ada revolusi mental. Maunya maju, maunya di support sama pemerintah, maunya nyalahin supermarket gede aja, tapi etos kerja mereka juga ga bener. kalo gw jd elu sih bakalan langsung ngacir ke alfa /indo deh daripada harus cape ati sm si ibu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi inget kaum buruh yg nuntut macem2 ya Mel. Pdhl kerja aja blm tentu bener, tp minta tunjangan kayak apa tau hahaha. Mau dilindungi pemerintah tp akhirnya ngelunjak. Parah deh ah.

      Delete
  9. baru juga kejadian galon yang suami beli bocor... akhirnya dibalikin lagi sama suami minta tuker.. tapi yang ini segelnya belum dibuka sich..karena waktu kita ambil dari tokonya itu kan masukin ke mobil, dan karpet mobil basah... jadi balik lagi minta tuker...
    kadang gw juga suka belanja di supermarket gede gitu (kayak hyperm*rt) disini... lebih gampang aja karena semua yg kita mau ada... kalo toko2 kecil gitu, gw suka keki karena kadang barangnya suka ga lengkap, terus susunnya berantakan, dan suka2 pemiliknya kapan mau buka atau gak, telp suka ga diangkat, padahal kita rutin loh belinya. akhirnya yo wes lah ke hyperm*rt aja.. lebih repot krn kita kudu dateng dan bawa sendiri, tapi hati damai tentram karena barang lengkap dan jam operasionalnya lebih puanjang :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makanya ya Fun, kenapa lama2 pemain2 besar jadi makin menguasai retail karena pemain2 kecil ini memang disiplinnya kurang plus suka perhitungan dan suka2 hati. Gue sih kalo ke supermarket besar ya sudah pasti untuk kebutuhan sehari2 karena di toko kecil udah ga mgkn lengkap. Tp kalau ke pasar gue suka beli kebutuhan barang segar (which seringkali mahallll lbh mahal dr supermarket hahaha).

      Delete
  10. hmh klo aku juga ya seling2 sih, kadang ke alfa n indo, kadang juga beli di toko kelontong. So far ama dua2nya ga ada komplen sih hehehehe :D
    Tapi klo gw jadi lu pasti uda kapok kli yaa ama toko harum ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini sebenernya khusus kebutuhan air galonan aja sih Teph. Kalo untuk groceries udah ga mgkn bisa ke toko kelontong hahaha. Ya dibilang kapok belum sih. Msh mau coba ksh 2nd chance.

      Delete
  11. Wah ci.. Kalo menurut aku ini bukan masalah toko kecil juga ya.. tapi disiplin kerjanya itu loh.. Kayak ga niat buka toko *setuju sama ko arman* hehe.. Pelanggannya masi banyak ga ci? Btw skrg indomaret bisa pesen anter galon juga ya? *baru tau*. Deket rmhku, 5 langkah dr rmh nyampe indomaret (jarak 1 rumah doank), 20 langkah (5 rumah kemudian).. hahaa.. bener2 menjamur :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah salah satu yg bikin disiplinnya jelek itu karena toko2 kecil itu pada gak punya SOP yang jelas Fan. Gak ada sanksi atau apapun jadi lebih ke sistem suka2 ownernya. Kalau di retailer nama besar kan ga ada chance seperti itu. Semua ada SOP-nya.

      Delete
  12. kalo udah gini berarti toko harum memang udah ga butuh pelanggan kali ci, lebih baik pindah aja :)
    anyway aku setuju loh kalo toko2 usaha keluarga gini sebenernya kasian sejak indomaret dan alfamart buka di jalan2 kecil, banyak yg pindah belanja disana dan warung / toko rumahan gini jadi sepi, aku diajarin mama sebisa mungkin kalo belanja di toko aja karena mereka lebih butuh bantuan kita dibanding pengusaha retail franchise itu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang Mey, benernya kan kita juga mau membudayakan belanja di toko2 kelontong kecil supaya mereka tetep pada hidup. Tapi ternyata pengelolaannya acakadul, yang bikin kita jadi ilfeel dan pingin beralih. Justru itu yang bikin jadi dilema hahaha.

      Delete
  13. pindah aja le... gua kalo digituin sih uda males belanja2 disono lagi hahahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mau pindah, tapi masih kasih kesempatan dulu deh hehehehe.

      Delete
  14. toko kelontong gitu nggak ada manajemennya buat mengelola, suka suka saya, suka suka situ
    ada yg prinsip pembeli adalah raja, mungkin toko harum prinsipnya penjual adalah dewa hahaaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huahahahahahah.... Dewa yang bisa mengatur waktu sendiri ya. Tapi kalo Dewa kan justru mestinya menolong umatnya Fel. Ini Dewa apaan dong??

      Delete
  15. Gue paling males kalo deal sama orang jualan tapi nggak niat jualan. Pasti pindah sama yang pasti-pasti aja daripada capek hati sendiri.

    Oh ya gue juga paling males kalo orang jualan tapi nggak punya kembalian, terus nggak mau usaha nyari. Ini ganggu banget! Nggak niat jualan!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dan orang yang ga punya kembalian rata2 tuh toko-toko kecil ya? Plus yang ngembaliin permen gue juga keki hehehe. Emangnya kita bisa belanja pake permen?

      Delete
  16. Pindahlah Le, males banget kalau pelayanannya kayak gitu. Mau bantu malah emosi jiwa. Dideket rumah juga ada beberapa toko2 kecil walo alfam2rt dan sejenisnya juga banyak tapi rata2 mereka lumayan baik2 dan servicenya juga sama kayak alfam@rt :) makanya kita tetep belanja di mereka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenernya ada rasa kasian juga karena toko dia tambah kecil, dan karyawan dia kan sungguh gantungin dari tip pesanan yang dideliver ke rumah. Ya kasih kesempatan lagi deh, habis gitu kalau ngaco2 lagi, baru ganti hehehe.

      Delete
  17. wahh sepertinya dia cuman iseng2 aja jualan yah.. side job gitu...
    kalo aku jadi kamu aku pindah sih hehehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dibilang iseng2 rasanya juga ngga ya. Kalau iseng doang dia pasti berusaha membahagiakan customer dan gak ngotot over a gallon of water hihihi. Pasti dia msh needs the money. Mau coba sabar2 dan kasih dia chance lagi deh.

      Delete
  18. Le, gua pernah ngalamain tapi bocor di atasnya tuh. Katanya karena sayatan pisau prt yang terlalu dalam jadinya rusak sementara prt gua ngotot nggak. Tapi karena males ribut ya sudahlah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo ini bocor blm diapa2in El. Jadi blakang rumah kebanjiran hahahaha. Bocornya emang krn pecah, jadi bukan sayatan pisau. Ya namanya air galonan, kena pressure lgsg deh ngucur..

      Delete
  19. Galn bocor jadi inget pas nge-kost dulu wakakakak... tau2 kasur g basah aja yang bagian bawahnya, untuk g ga pakai bagian bawahnya yang dari kayu, ga kek sekarang ga ada alas kayu langsung kasur wakakaka... dan ga heran kadang liat galon2 itu kenapa bocor, lah waong pas di bawa ke toko di gelinding2in, klo dan jelek galonnya jadi gampang bocor ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Pas gue cek itu galonnya dr tahun 2008 punya. Pantes ud jelek. Padahal biasanya dikasih galon dr thn 2013 ke atas.

      Delete
  20. Sayang bgt ya yang punya toko ga jaga langganannya..padahal itu kan yg bikin business jalan. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beberapa orang memang gak ngerti etos kerja yang baik. Tp kalau dia fail lupa melihat ke dalam. Sayang banget.

      Delete
  21. menurut gue ini masalah etika berbisnis, Le...toko kecil gak berarti otomatis umurnya limited dengan menjamurnya retailer gede, selama si toko menjaga kualitas barang, servis dan customer relationship. Loe sih udah termasuk sabar banget yah; kalo gue sih udah pindah dari kapan-kapan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Chance mereka untuk KO sama toko besar emang gede banget sih Nan. Bahkan toko2 yg dulu jaya sejak ada minimarket nama besar itu mulai berkurang pelanggannya karena cenderung ga terlalu lengkap. Tp yg bertahan jg ada krn etos kerja yg baik dan customer relationship yg oke. Ya sabar2 dulu sampai nanti kl dia aneh2 lagi, baru deh hehe.

      Delete
  22. kalo kata arek Suroboyo: "Dodol gak niat," alias: gak niat jualan.... -______-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo org Jakarta taunya dodol itu yg lengket2 dr ketan Tyk! Ada yg duren juga hahahah.

      Delete
  23. Gue juga gitu Le kayak lo. Mau banget memberdayakan yang SME kayak si Toko Harum gitu, tapi ya harusnya etos kerja mereka lebih baik dong ya.
    Misalnya nih ya, kan weekend tuh dari dulu sampe skrg jadwalnya gue anter nyokap ke pasar, abisannya kita makan di luar (kelas yang pinggir jalan tapi bersih). Nah gue pernah beli ketupat sayur Padang gitu di suatu tempat, gue minta banyakin kerupuk pinknya. Eh si ibu bilang "Jangan, nyarinya susah"
    Yah gue gak kepikir jelek, percaya aja dong. Taunya doi bohong dan kunjungan kedua gue kesana, tetep lo pelit banget ngasih sambel / krupuk, pdhl gue udh bilang gue bayar lebih.
    Pas ngelayanin juga mukanya judes.

    Oh no way jose banget gue kesitu lagi. Jadi gue cari tempat lain yang masih usaha SME tapi baik. Tapi ya susah gitu, ada penjual nasi kuning Ambon, yang harganya busettt mahal banget (around 50 something makan berdua yang cuma nasi / perkedel / telor dsb) dan gk logis buat kelas pinggiran.
    Ada lagi warung chinese food yang sebenernya bagus udh buka dari pagi dan makanannya enak, tapi ngelayaninnya super lama. Dan it is pricey! Gue makan nasi sop daging vetsin (karna berasa bener vetsinnya), sama 2 bungkus kerupuk udang make it around 60s Rupiah! Hahahah.. Pdhl letaknya di samping pasar tradisional, dan kelas pinggiran jg. Stress kannnn..
    Gimana coba ya mereka bersaing dg Pizza Hut yang udah jelas lebih menarik dg promo paketnya?
    Atau dg McD gitu?

    Kasian juga mereka, ya mereka kan (mungkin) gak berpendidikan, dan jualan itu kan untuk sehari hari, bukan usaha untuk investasi or nambah kaya, tapi kok ya mutunya gk bagus blass. Gimana bisa bertahan dong dan nambah besar? Pdhl kan logikanya, jalan kaki dari rumah ke warungnya itu kan ngelewatin promo2 franchise fastfood dong, masa gk bisa mikir
    "Wih paketnya oke! Gue gak boleh kalah nih!"
    "I have to maintain my customers, make them stay and come back" or apa lah gitu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu dia My. Sayang banget kan. Mereka itu harusnya mikirin nilai lebih apa yg mereka bisa kasih ke customer. Tp ini yg dipentingin ego-nya. For some people bisa jadi ciri khas. Kayak dulu di Indiana ada 1 resto sushi yg terkenal banyak aturan n judes banget. Tp ya emang itu ciri khas dia. Makanannya enak banget. Ya sudahlah kl gitu artinya pny nilai lebih.

      Tapi kalo dagangnya sama semua dengan toko2 sebelah, tapi customer service berantakan... ya walhaualam deh. Mau diapain lagi?

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Dalem Dalem

Motherhood Saga: Barang-Barang Esensial Mama dan Abby Bag. 1

Tutorial Sok Kreatif - Dekorasi Kelas