Posts

Showing posts from August, 2010

Sinetron oh Sinetron

Lagi bengong siang-siang di kantor gara-gara nungguin data, mendadak jadi inget perkembangan sinetron Indonesia. Perasaan, pas saya masih kecil, saya masih suka nonton sinetron loh. Bukannya karena gak ada acara tivi yang lain, tapi karena memang sinetron Indonesia jaman dahulu, layak untuk ditunggu-tunggu dan ditonton. Saya ingat bagaimana dulu saya menunggu-nunggu Si Doel Anak Sekolahan. Kalau sudah gak ketemu, rasanya kangen dengan tokoh-tokohnya. Si Doel, Sarah, Zaenab, Enyak, Babe, Engkong, Mandra, dan lain-lain. Semuanya benar-benar punya porsi penting dan berpengaruh, gak cuma buat jadi pemanis saja. Ceritanya juga menarik, tentang lika liku kehidupan si Doel yang tukang insinyur, kesulitannya mencari kerja, sampai kisah cintanya yang berliku. Masih ingat juga kan Keluarga Cemara? Rasanya masih ingat saat si Abah yang tidak pernah putus asa menarik becak, dan si Emak rajin membantu Abah lewat bikin opak. Si Euis yang berkeliling menjajakan opak walau kadang malu, dan si Ara yang

Blessed

Image
I feel so blessed Of having wonderful people That are always be there for me In good times and bad times Thank you For being my companion For being a place to share my laughter For being a dumpster to throw my sadness There are so many friends out there But you are my best friends That I can always turn to When life out there is not by my side Thank you, Lord For the past, the present, and the future That I have spent, am spending, and will spend With the dearests to my heart MY FAMILY

Berlagak Bego

Paling kesel sama orang yang suka berlagak bego. Contohnya kejadian kemarin ini. Saya sekeluarga pergi ke toko roti H di bilangan Kelapa Gading. Pas di kasir, total belanjaan kita Rp. 64,000. Kemudian Mama mengeluarkan uang Rp. 100,000, dan dikembalikan sama si mbaknya. Pas masuk ke mobil, mama melihat jumlah kembaliannya, kok cuma Rp. 34,000, terus dia bilang, perasaan tadi belanjaannya Rp. 64,000 deh, berarti kan kembaliannya mestinya Rp. 36,000. Untung parkiran toko rotinya itu pas di depan tokonya, bukan jauh kayak di mall. Jadinya mama turun lagi. Saat mama turun itu, kelihatan si Mbak Kasir ngelihatin terus gerak geriknya mama, sampai akhirnya tiba di depan kasir. Kelihatan sekali sepertinya dia sudah tau apa yang terjadi. Mama saya bilang, "Mbak, ini kembalinya kurang nih, mestinya Rp. 36,000, bukan Rp. 34,000." Seandainya si Mbak ini benar-benar alpa, tentulah dia kaget, dan memeriksa kembali bon belanjaannya untuk memastikan kalau jumlah belanjaan dan kembaliannya b