Menyedihkan
Ada dua kejadian yang lumayan berkaitan. Dibaca saja sendiri ya kira-kira gimana. Saya bagi dalam dua poin.
1. Desember lalu, saya dan teman-teman mengadakan fund raising lewat acara Year End Party. Keuntungan acara ini akan kita pakai untuk disumbangkan ke suatu yayasan di daerah Jakarta Barat yang mengurus sebuah panti jompo/ panti werdha. Setelah terkumpul dana, kita bersepakat untuk tidak memberikan dana tunai, melainkan memberikan barang-barang kebutuhan para oma-oma (Piyama, shampoo, sabun, dll) plus makan siang bersama. Katanya sih, panti jompo ini lumayan terkenal dan sering dapat sumbangan dana dari berbagai pihak. Belum lagi, panti jompo ini sebenarnya menarik iuran bulanan dari para keluarga oma-oma yang tinggal di sana, jadi setidaknya keperluan untuk kebutuhan dasar bisa dipenuhi oleh iuran bulanan tersebut.
Tetapi, betapa kagetnya saat saya tiba di sana. Kondisi panti tersebut lumayan memprihatinkan. Oma-oma tersebut tempat tinggalnya kotor sekali, ranjang reyot, kamar mandipun tidak layak. Lemari hampir tidak ada sehingga mereka memakai kardus bekas untuk menyimpan barang pribadi. Kita mau cuci tangan saja susah. Kebetulan saat itu salah satu teman kita ada yang membawa angpao yang dibagikan secara langsung kepada oma-oma tersebut. Oma-oma sangat girang sekali. Setelah pembagian angpao ke oma-oma tersebut, kepala yayasannya menghampiri teman saya, minta jatah angpao juga untuk 20 orang pengurus panti (katanya sih 20), tapi yang ambil ya ketua yayasannya itu.
Saat makan siang, oma-oma mendadak curhat kepada kami, tanpa didengar pengurus yayasan. Katanya, setiap kali orang datang mengirimkan sumbangan barang, oma-oma tersebut tidak pernah mendapatkan barang-barangnya. Mereka hanya makan seadanya. Mie berkardus-kardus dan beras beratus-ratus kilo, katanya dijual lagi oleh si pemilik yayasan. Oma-oma tersebut kadang meminta supaya bisa makan mie instant yang sebenarnya merupakan hak mereka, tetapi mereka tidak pernah dikasih. Mereka juga merindukan pelayanan kesehatan yang layak. Tetapi katanya setiap kali ada yang sakit, yang datang cuma dokter muda yang tidak berpengalaman dan hanya memberikan obat standard. Saya jadi bingung, apakah saya harus percaya kepada oma-oma tersebut ? Ataukah saya tutup kuping saja ?
2. Kemarin ini, saya bertemu dengan rekan saya yang merupakan salah satu karyawan perusahaan besar. Perusahaan besar itu kebetulan membawahi sebuah yayasan besar yang sangat terkenal, dan seluruh karyawan perusahaan tersebut diwajibkan untuk menjadi anggota yayasan dan berpartisipasi di dalam kegiatan yayasan. Salah satu kegiatannya adalah mengantarkan beras dan kebutuhan pokok ke daerah yang ditunjuk.
Suatu hari, rekan saya ini mendapatkan giliran untuk mengantar bahan kebutuhan tersebut. Ada berton-ton beras yang siap diantar. Betapa kagetnya rekan saya, karena setibanya mereka di sana, boro-boro mereka disambut dengan hangat. Tadinya rekan saya pikir, daerah tersebut miskin dan benar-benar parah keadaannya. Tetapi kenyataannya adalah, mereka di sana cuek, dan asyik berkaraoke di rumahnya dengan TV dan sound system! Mereka asyik berjoget-joget ria tanpa mempedulikan team yang datang memberikan sumbangan. Dan yang lebih parahnya lagi adalah, di ujung jalan, sudah ada truk penampung, yang siap MEMBELI beras sumbangan tersebut !!!
Saya benar-benar tidak mengerti tentang kenyataan ini. Memang dibilang, kalau kita sudah menyumbang, ya relakan saja, yang penting ya kita sudah menyumbang. Namun kalau melihat keadaan seperti ini, kok rasanya hati ini nggak enak ya. Di lain pihak, ada yayasan lain yang saya tau benar-benar jelas keuangannya, dan hasilnya terlihat nyata kalau memang dana yang kita berikan dipakai dengan semestinya (Maaf, kenapa ya yayasan yang seperti ini umumnya bernaung dibawah salah satu agama tertentu. Maaf sekali lagi, bukan bermaksud menyinggung SARA). Apa ya yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan ini?
1. Desember lalu, saya dan teman-teman mengadakan fund raising lewat acara Year End Party. Keuntungan acara ini akan kita pakai untuk disumbangkan ke suatu yayasan di daerah Jakarta Barat yang mengurus sebuah panti jompo/ panti werdha. Setelah terkumpul dana, kita bersepakat untuk tidak memberikan dana tunai, melainkan memberikan barang-barang kebutuhan para oma-oma (Piyama, shampoo, sabun, dll) plus makan siang bersama. Katanya sih, panti jompo ini lumayan terkenal dan sering dapat sumbangan dana dari berbagai pihak. Belum lagi, panti jompo ini sebenarnya menarik iuran bulanan dari para keluarga oma-oma yang tinggal di sana, jadi setidaknya keperluan untuk kebutuhan dasar bisa dipenuhi oleh iuran bulanan tersebut.
Tetapi, betapa kagetnya saat saya tiba di sana. Kondisi panti tersebut lumayan memprihatinkan. Oma-oma tersebut tempat tinggalnya kotor sekali, ranjang reyot, kamar mandipun tidak layak. Lemari hampir tidak ada sehingga mereka memakai kardus bekas untuk menyimpan barang pribadi. Kita mau cuci tangan saja susah. Kebetulan saat itu salah satu teman kita ada yang membawa angpao yang dibagikan secara langsung kepada oma-oma tersebut. Oma-oma sangat girang sekali. Setelah pembagian angpao ke oma-oma tersebut, kepala yayasannya menghampiri teman saya, minta jatah angpao juga untuk 20 orang pengurus panti (katanya sih 20), tapi yang ambil ya ketua yayasannya itu.
Saat makan siang, oma-oma mendadak curhat kepada kami, tanpa didengar pengurus yayasan. Katanya, setiap kali orang datang mengirimkan sumbangan barang, oma-oma tersebut tidak pernah mendapatkan barang-barangnya. Mereka hanya makan seadanya. Mie berkardus-kardus dan beras beratus-ratus kilo, katanya dijual lagi oleh si pemilik yayasan. Oma-oma tersebut kadang meminta supaya bisa makan mie instant yang sebenarnya merupakan hak mereka, tetapi mereka tidak pernah dikasih. Mereka juga merindukan pelayanan kesehatan yang layak. Tetapi katanya setiap kali ada yang sakit, yang datang cuma dokter muda yang tidak berpengalaman dan hanya memberikan obat standard. Saya jadi bingung, apakah saya harus percaya kepada oma-oma tersebut ? Ataukah saya tutup kuping saja ?
2. Kemarin ini, saya bertemu dengan rekan saya yang merupakan salah satu karyawan perusahaan besar. Perusahaan besar itu kebetulan membawahi sebuah yayasan besar yang sangat terkenal, dan seluruh karyawan perusahaan tersebut diwajibkan untuk menjadi anggota yayasan dan berpartisipasi di dalam kegiatan yayasan. Salah satu kegiatannya adalah mengantarkan beras dan kebutuhan pokok ke daerah yang ditunjuk.
Suatu hari, rekan saya ini mendapatkan giliran untuk mengantar bahan kebutuhan tersebut. Ada berton-ton beras yang siap diantar. Betapa kagetnya rekan saya, karena setibanya mereka di sana, boro-boro mereka disambut dengan hangat. Tadinya rekan saya pikir, daerah tersebut miskin dan benar-benar parah keadaannya. Tetapi kenyataannya adalah, mereka di sana cuek, dan asyik berkaraoke di rumahnya dengan TV dan sound system! Mereka asyik berjoget-joget ria tanpa mempedulikan team yang datang memberikan sumbangan. Dan yang lebih parahnya lagi adalah, di ujung jalan, sudah ada truk penampung, yang siap MEMBELI beras sumbangan tersebut !!!
Saya benar-benar tidak mengerti tentang kenyataan ini. Memang dibilang, kalau kita sudah menyumbang, ya relakan saja, yang penting ya kita sudah menyumbang. Namun kalau melihat keadaan seperti ini, kok rasanya hati ini nggak enak ya. Di lain pihak, ada yayasan lain yang saya tau benar-benar jelas keuangannya, dan hasilnya terlihat nyata kalau memang dana yang kita berikan dipakai dengan semestinya (Maaf, kenapa ya yayasan yang seperti ini umumnya bernaung dibawah salah satu agama tertentu. Maaf sekali lagi, bukan bermaksud menyinggung SARA). Apa ya yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan ini?
Memang kondisi bangsa ini benar2 memprihatinkan. Banyak sekali orang-orang yang justru bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Mungkin salah satu yang bisa kita lakukan adalah berdoa agar Tuhan menyadarkan orang2 tersebut...
ReplyDeleteemang nyesek ya ngeliat kenyataan seperti itu...
ReplyDeletetapi ya kayak yang lu bilang, yah kalo kita nyumbang ya udah lah nyumbang aja. yang penting kan niatnya. ntar nya disalah gunakan ya biarin itu urusan si oknum itu ama Tuhan...
Hi, Leony, Salam kenal yah.
ReplyDeleteEmang sedih kalo mikirin msh bnyk aja org2 yg ambil kesempatan di tengah penderitaan org lain.
Gak bnyk yg bisa kita lakukan. Yg penting kita gak jadi apatis, shg timbul perasaan 'percuma membantu'. Biarlah kita tetap lakukan bagian kita (memberikan bantuan).
Kalo kayak gitu, bisa gak sih dilaporkan ke Departemen / Dinas Sosial? Spy ijin yayasan mrk dicabut. Tp tentunya mesti ada bukti yg kuat yah. Kalo gak, salah2 kita yg di sue.
@Anonymous>> Iya deh, kita serahin aja sama yang di Atas. Biarkan Dia yang lihat sendiri.
ReplyDelete@Arman>> Bener Man, maunya sih gitu, tapi tetep miris hahaha...
@Lili>> Duh, di Indo mah kalo lapor melapor, yang ada kita malah dilaporin balik atau dituntut balik. Makanya cuma bisa curhat lewat blog aja deh. Berbagi.