Garudaaaaaaaaaaa....arghhh....
Dengan bangga, saya memilih Garuda, sebagai satu-satunya direct flight NON low cost carrier dari Jakarta ke Perth. Qantas sudah tidak beroperasi lagi, yang ada hanya Jetstar saja, yang berarti tidak dapat makan, tidak dapat selimut, dan tidak dapat bagasi kecuali membayar extra untuk semuanya. Kalau mau naik Singapore Airlines, yang ada hanya buang waktu, karena harus transit di Changi. Nah, sebagai satu-satunya airline premium yang menerbangkan rute langsung ini, saya mengharapkan service yang juga premium dong! Mari kita simak kisah berikut ini.
Untuk keberangkatan tanggal 3 April 2009 yang lalu, pesawat saya dijadualkan untuk terbang pada pukul 10.45 pagi. Sekitar pukul 10.30, kami dipersilakan untuk boarding menuju ke dalam pesawat. Setelah menunggu dan menunggu, kami heran, kenapa pesawat tidak berangkat-berangkat juga. Tak berapa lama kemudian, ada pengumuman kalau para penumpang diharapkan turun dan menunggu di ruang tunggu bandara, karena ada kesalahan teknis. Kami tidak perlu membawa barang kami yang di dalam kabin, jadi cukup membawa diri dan barang berharga saja keluar. Sekitar pukul 11.30, ada pengumuman lagi, kalau penumpang diharapkan mengambil barang-barangnya yang ditinggal di dalam pesawat, karena pesawat akan diganti berkaitan dengan kerusakan teknis. Waktu penerbanganpun diubah menjadi jam 12.30, dan kami diminta untuk pindah dari gate E7 menuju gate E2.
Berbondong-bondonglah kami pindah ke gate E2, menunggu, dan terus menunggu. Pukul 12.30 akhirnya kami dipanggil untuk memasuki pesawat. Saya pikir, saya akan masuk ke pesawat menggunakan belalai alias garbarata. Tapiiii eh tapiiii... ternyata semua penumpang disuruh turun ke bawah, dan pesawatnya bahkan tidak ada di situ. Kami harus naik bus Garuda menuju pesawat yang disediakan, dan pesawatnya itu lokasinya di tengah-tengah. Dan cara naik ke pesawat adalah dengan menggunakan TANGGA ! Kasihan banget satu keluarga yang membawa 2 bayi, harus menggotong-gotong barang-barang bayinya yang begitu banyak. Belum lagi orang-orang yang sudah lanjut usia, harus menaiki tangga. Jadi mirip dengan low cost carrier macam Air Asia kan ? hehehehe... Hebat banget deh! Dan, ternyata kita baru take off sekitar pukul 13.20-an.
Pas saya masuk pesawat, ada seorang bapak-bapak bule, yang dengan senyum cemerlang berbicara kepada sang pramugari, "Congratulations Garuda...now you've shortened the delay into 2 hours! Last time I took your flight, it was delayed for 7 hours. Bravo !" Cihui... Garuda emang mooooiiii *sinis mode on*. Oh iya, perlu diketahui kalau penggantian pesawat itu disebabkan oleh handle pintu bagasi pesawat yang patah. Hebat ya hihiihi... bisa patah oi... tapi untung lah, mendingan ganti pesawat daripada barang-barang kita hilang di Samudra Hindia. Cuma mbok ya jangan kelamaan kayak gitu, dan mohon lah, jangan dikurangi pelayanannya. No stairs please... ini kan Soekarno Hatta International Airport gitu loh, bukannya Raden Inten Lampung.
Ketika perjalanan pulang, jauh lebih mendingan. Setidaknya dari Australia, tidak terlalu ada banyak masalah. Mungkin kalau dari Australia pakai acara telat kayak pas di Jakarta itu, sudah didenda kali sama pihak airport. Tapi masih tetep aja ada flawnya (Garuda gitu loh). Pas kita tiba di Jakarta, ternyata generator garbaratanya belum dinyalakan, dan belum siap pada posisi. Pengumuman dari pramugari menyatakan kalau kita harus menunggu sampai garbaratanya siap. Tetapi, plis dong, ACnya masak dimatiin? Walaupun cuma 10 menit menunggu, tapi di dalam pesawat tanpa AC itu rasanya udah kayak dipepes gitu loh. Pelit amat sih.... grrrhhhh....
Kapan ya maskapai kita bisa sebaik Singapore Airlines ? *ngimpi mode on*
Untuk keberangkatan tanggal 3 April 2009 yang lalu, pesawat saya dijadualkan untuk terbang pada pukul 10.45 pagi. Sekitar pukul 10.30, kami dipersilakan untuk boarding menuju ke dalam pesawat. Setelah menunggu dan menunggu, kami heran, kenapa pesawat tidak berangkat-berangkat juga. Tak berapa lama kemudian, ada pengumuman kalau para penumpang diharapkan turun dan menunggu di ruang tunggu bandara, karena ada kesalahan teknis. Kami tidak perlu membawa barang kami yang di dalam kabin, jadi cukup membawa diri dan barang berharga saja keluar. Sekitar pukul 11.30, ada pengumuman lagi, kalau penumpang diharapkan mengambil barang-barangnya yang ditinggal di dalam pesawat, karena pesawat akan diganti berkaitan dengan kerusakan teknis. Waktu penerbanganpun diubah menjadi jam 12.30, dan kami diminta untuk pindah dari gate E7 menuju gate E2.
Berbondong-bondonglah kami pindah ke gate E2, menunggu, dan terus menunggu. Pukul 12.30 akhirnya kami dipanggil untuk memasuki pesawat. Saya pikir, saya akan masuk ke pesawat menggunakan belalai alias garbarata. Tapiiii eh tapiiii... ternyata semua penumpang disuruh turun ke bawah, dan pesawatnya bahkan tidak ada di situ. Kami harus naik bus Garuda menuju pesawat yang disediakan, dan pesawatnya itu lokasinya di tengah-tengah. Dan cara naik ke pesawat adalah dengan menggunakan TANGGA ! Kasihan banget satu keluarga yang membawa 2 bayi, harus menggotong-gotong barang-barang bayinya yang begitu banyak. Belum lagi orang-orang yang sudah lanjut usia, harus menaiki tangga. Jadi mirip dengan low cost carrier macam Air Asia kan ? hehehehe... Hebat banget deh! Dan, ternyata kita baru take off sekitar pukul 13.20-an.
Pas saya masuk pesawat, ada seorang bapak-bapak bule, yang dengan senyum cemerlang berbicara kepada sang pramugari, "Congratulations Garuda...now you've shortened the delay into 2 hours! Last time I took your flight, it was delayed for 7 hours. Bravo !" Cihui... Garuda emang mooooiiii *sinis mode on*. Oh iya, perlu diketahui kalau penggantian pesawat itu disebabkan oleh handle pintu bagasi pesawat yang patah. Hebat ya hihiihi... bisa patah oi... tapi untung lah, mendingan ganti pesawat daripada barang-barang kita hilang di Samudra Hindia. Cuma mbok ya jangan kelamaan kayak gitu, dan mohon lah, jangan dikurangi pelayanannya. No stairs please... ini kan Soekarno Hatta International Airport gitu loh, bukannya Raden Inten Lampung.
Ketika perjalanan pulang, jauh lebih mendingan. Setidaknya dari Australia, tidak terlalu ada banyak masalah. Mungkin kalau dari Australia pakai acara telat kayak pas di Jakarta itu, sudah didenda kali sama pihak airport. Tapi masih tetep aja ada flawnya (Garuda gitu loh). Pas kita tiba di Jakarta, ternyata generator garbaratanya belum dinyalakan, dan belum siap pada posisi. Pengumuman dari pramugari menyatakan kalau kita harus menunggu sampai garbaratanya siap. Tetapi, plis dong, ACnya masak dimatiin? Walaupun cuma 10 menit menunggu, tapi di dalam pesawat tanpa AC itu rasanya udah kayak dipepes gitu loh. Pelit amat sih.... grrrhhhh....
Kapan ya maskapai kita bisa sebaik Singapore Airlines ? *ngimpi mode on*
hahaha garuda kan emang terkenal akan ngaretnya. :P
ReplyDeletelebih enak naik Jet star lho...
ReplyDeleteGaruda cuma menang nama "milik negara" aja..
udah harganya mahal, pelayanan tidak memuaskan pula
Beli tiket mahal hanya buat dpt snack yg gak jelas..
kebayang, len 10 menit..keluar pd keringatan deh.
ReplyDeleteitu bule hwhahahhaha mantaaaappp
Arman >> Untung pas baliknya ngga ngaret. Kayaknya pas di Perth, Garudanya jadi lebih berbudaya.
ReplyDeleteAyu >> Enak ya naik jetstar ? Soalnya aku blm pernah nih. Nanti kepikiran 1 keluarga mau naik Jetstar, cuma takut kursinya gak enak kayak Air Asia.
Mercuryfalling >> Hehehe..org bule emang cuek. Kalo emang bete, dia ngomong langsung ke pramugarinya.