Setahun Yang Lalu
Tanpa terasa sudah mau December lagi. Kayaknya belum lama saya menginjakan kaki kembali ke kota kelahiran tercinta ini, eh tidak taunya sudah hampir setahun. Apa yang terjadi saat ini setahun yang lalu ? Setahun yang lalu, di tanggal 29 November ini, saya masih berada di client terakhir saya di Madison. Sore itu, ditutup dengan mengucapkan selamat tinggal kepada client yang sudah saya temani selama 2 tahun, client di mana saya paling banyak belajar. Untuk makan siang, atasan saya membolehkan saya memilih meal terakhir yang akan saya makan bersama team, dan sengaja saya memilih restaurant Jepang, supaya teman-teman saya jadi berani makan sushi. Makan siang berlangsung sangat menyenangkan, walaupun saya tahu di dalam hati, saya akan kehilangan mereka semua dalam waktu dekat.
Besoknya, tanggal 30 November 2006 saya mengambil 1 hari off untuk membereskan segala barang-barang saya yang berkaitan dengan client-client dan pekerjaan saya, dan tanggal 1 Desember 2006, semuanya itu saya serah terimakan ke kantor. Kartu kredit yang disponsori perusahaan dipotong belah dua, lalu ID tag yang saya pakai disobek (sedih banget), semua bahan-bahan training dan buku buku panduan saya serahkan (saya sampai membawa keranjang laundry saking banyaknya) dan di hari itu, saya mengirimkan email perpisahan ke teman-teman. Waktu menulis email itu, air mata saya sempat menetes, mengingat kembali memori-memori pada saat pertama kali menginjakan kaki untuk interview, hari pertama kerja, client pertama, dan membayangkan akan pergi jauh dari negara yang saya tinggali selama enam tahun. Di email terakhir itu saya tuliskan semua orang-orang dikantor yang berperan dalam pembentukan diri saya selama bekerja, dan saya banyak mendapat balasan yang betul-betul mensupport saya dengan keputusan saya untuk pulang.
Mulai besoknya, saya sudah sibuk dengan memilah-milah barang, yang mana yang akan di pack untuk dikirim dengan kargo, mana yang akan disumbangkan, mana yang akan dibawa pulang. Aduh, saat membereskan itu, ada juga perasaan sedih disamping perasaan excited karena akan pulang. Apalagi saat memilah-milah furniture dan melihat lagi buku-buku pelajaran, jadi ingat lagi, kelasnya kayak apa, gurunya kayak apa, teman-temannya kayak apa. Tapi mau gimana lagi, pelan-pelan semuanya musti ditinggal. Masih beruntung saya mendapatkan pengganti untuk melanjutkan sewa apartemen saya, dan kerennya lagi, furniture saya sebagian besar juga dibeli oleh si penyewa lanjutan ini. Tapi biar bagaimana, ditengah kebetuntungan itu, perasaan sedih juga masih tetap ada.
Tanggal 11 December 2006, semua barang-barang saya yang akan dikirimkan lewat kargo dibawa ke Chicago untuk diserahterimakan ke gudang si carrier. Rencananya baru akan tiba di Jakarta di bulan February 2007. Sementara itu, di apartemen saya, saya juga mengepak 1 box barang yang di ship ke California ke rumah Oom saya, karena sebelum pulang saya akan mampir ke sana dahulu. Kenapa saya ship sebagian barang? Karena batas bawaan barang pesawat domestik hanya 2 kali 50 lbs, sementara untuk penerbangan internasional bisa 2 kali 70 lbs. Lumayan bisa nambah 40 lbs jika barang dikirim terlebih dahulu. Jadi nanti pas di California, boxnya dibongkar dan barang-barangnya bisa dimasukkan ke dalam koper.
Tanggal 15 December 2006, malam terakhir saya di Milwaukee. Siangnya, saya makan siang di restaurant Perancis, Lake Park Bistro, tempat di mana saya merayakan ulang tahun saya ke 24, 4 bulan sebelumnya. Tanggal 15 itu juga ada Holiday Partynya perusahaan saya yang lama. Kebetulan mantan teman kantor boleh membawa tamu, jadilah saya ikutan dijemput dan diajak oleh dia. Malam itu acaranya selain makan-makan adalah karaoke. Karaoke di Amerika itu lain dengan di sini. Ada 1 panggung dengan televisi kecil yang hanya memperlihatkan teks lagunya saja. Malam itu saya membawakan lagu: “Total Eclipse of The Heart”, dan saat itu sambutannya meriah sekali. Saya juga mengatakan, kalau malam itu adalah malam terakhir saya. Saya memilih lagu Total Eclipse, karena hati saya seperti sedang mengalami gerhana oleh kesedihan yang mendalam meninggalkan kota tercinta ini. Malamnya, saya dijemput oleh teman saya Arum dan Nouldy. Kita makan di Bucca di Beppo saat waktu hampir tengah malam, dan di atas tengah malam, kita menuju ke taman Katedral yang diisi dengan lampu-lampu hias, menggambarkan keindahan Natal di saat itu. Foto-foto terakhir kami, menjadi saksi kegilaan kita yang saat itu tertawa-tawa, padahal sebetulnya hati sedang sedih karena akan berpisah.
Tanggal 16 December 2006, siang itu kali terakhir saya menginjakan kaki di airport Chicago O’Hare. Saya diantar oleh Arum dan Nouldy untuk penerbangan menuju San Francisco. Segalanya terjadi begitu cepat. Saya masih ingat saat pertama kali mendaftar untuk masuk sekolah di Madison, saat rambut saya masih bondol dan super tomboy, sampai akhirnya segala transformasi itu terjadi selama saya menuntut ilmu dan bekerja di sana. Saya tidak pernah menceritakan hal ini di blog saat detik-detik itu terjadi. Baru kali ini saya menuliskannya. Walaupun sedikit saja saya berbagi, moga-moga yang membaca bisa membayangkan keadaan saat itu. Salju yang bertebaran, rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang, namun tetap indah, seindah berjuta pengalaman saya di sana.
Besoknya, tanggal 30 November 2006 saya mengambil 1 hari off untuk membereskan segala barang-barang saya yang berkaitan dengan client-client dan pekerjaan saya, dan tanggal 1 Desember 2006, semuanya itu saya serah terimakan ke kantor. Kartu kredit yang disponsori perusahaan dipotong belah dua, lalu ID tag yang saya pakai disobek (sedih banget), semua bahan-bahan training dan buku buku panduan saya serahkan (saya sampai membawa keranjang laundry saking banyaknya) dan di hari itu, saya mengirimkan email perpisahan ke teman-teman. Waktu menulis email itu, air mata saya sempat menetes, mengingat kembali memori-memori pada saat pertama kali menginjakan kaki untuk interview, hari pertama kerja, client pertama, dan membayangkan akan pergi jauh dari negara yang saya tinggali selama enam tahun. Di email terakhir itu saya tuliskan semua orang-orang dikantor yang berperan dalam pembentukan diri saya selama bekerja, dan saya banyak mendapat balasan yang betul-betul mensupport saya dengan keputusan saya untuk pulang.
Mulai besoknya, saya sudah sibuk dengan memilah-milah barang, yang mana yang akan di pack untuk dikirim dengan kargo, mana yang akan disumbangkan, mana yang akan dibawa pulang. Aduh, saat membereskan itu, ada juga perasaan sedih disamping perasaan excited karena akan pulang. Apalagi saat memilah-milah furniture dan melihat lagi buku-buku pelajaran, jadi ingat lagi, kelasnya kayak apa, gurunya kayak apa, teman-temannya kayak apa. Tapi mau gimana lagi, pelan-pelan semuanya musti ditinggal. Masih beruntung saya mendapatkan pengganti untuk melanjutkan sewa apartemen saya, dan kerennya lagi, furniture saya sebagian besar juga dibeli oleh si penyewa lanjutan ini. Tapi biar bagaimana, ditengah kebetuntungan itu, perasaan sedih juga masih tetap ada.
Tanggal 11 December 2006, semua barang-barang saya yang akan dikirimkan lewat kargo dibawa ke Chicago untuk diserahterimakan ke gudang si carrier. Rencananya baru akan tiba di Jakarta di bulan February 2007. Sementara itu, di apartemen saya, saya juga mengepak 1 box barang yang di ship ke California ke rumah Oom saya, karena sebelum pulang saya akan mampir ke sana dahulu. Kenapa saya ship sebagian barang? Karena batas bawaan barang pesawat domestik hanya 2 kali 50 lbs, sementara untuk penerbangan internasional bisa 2 kali 70 lbs. Lumayan bisa nambah 40 lbs jika barang dikirim terlebih dahulu. Jadi nanti pas di California, boxnya dibongkar dan barang-barangnya bisa dimasukkan ke dalam koper.
Tanggal 15 December 2006, malam terakhir saya di Milwaukee. Siangnya, saya makan siang di restaurant Perancis, Lake Park Bistro, tempat di mana saya merayakan ulang tahun saya ke 24, 4 bulan sebelumnya. Tanggal 15 itu juga ada Holiday Partynya perusahaan saya yang lama. Kebetulan mantan teman kantor boleh membawa tamu, jadilah saya ikutan dijemput dan diajak oleh dia. Malam itu acaranya selain makan-makan adalah karaoke. Karaoke di Amerika itu lain dengan di sini. Ada 1 panggung dengan televisi kecil yang hanya memperlihatkan teks lagunya saja. Malam itu saya membawakan lagu: “Total Eclipse of The Heart”, dan saat itu sambutannya meriah sekali. Saya juga mengatakan, kalau malam itu adalah malam terakhir saya. Saya memilih lagu Total Eclipse, karena hati saya seperti sedang mengalami gerhana oleh kesedihan yang mendalam meninggalkan kota tercinta ini. Malamnya, saya dijemput oleh teman saya Arum dan Nouldy. Kita makan di Bucca di Beppo saat waktu hampir tengah malam, dan di atas tengah malam, kita menuju ke taman Katedral yang diisi dengan lampu-lampu hias, menggambarkan keindahan Natal di saat itu. Foto-foto terakhir kami, menjadi saksi kegilaan kita yang saat itu tertawa-tawa, padahal sebetulnya hati sedang sedih karena akan berpisah.
Tanggal 16 December 2006, siang itu kali terakhir saya menginjakan kaki di airport Chicago O’Hare. Saya diantar oleh Arum dan Nouldy untuk penerbangan menuju San Francisco. Segalanya terjadi begitu cepat. Saya masih ingat saat pertama kali mendaftar untuk masuk sekolah di Madison, saat rambut saya masih bondol dan super tomboy, sampai akhirnya segala transformasi itu terjadi selama saya menuntut ilmu dan bekerja di sana. Saya tidak pernah menceritakan hal ini di blog saat detik-detik itu terjadi. Baru kali ini saya menuliskannya. Walaupun sedikit saja saya berbagi, moga-moga yang membaca bisa membayangkan keadaan saat itu. Salju yang bertebaran, rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang, namun tetap indah, seindah berjuta pengalaman saya di sana.
tulisan yg bagus (selalu)... khas leony. seneng bacanya!
ReplyDeletegak nyadar eh udah setahun berlalu...
ReplyDeletekangen, jeng ? aku 3 bulan yg lalu ke chicago, teringat dirimu pas melewati tulisan milwaukee
It's been a year, isn't it? I cant believe it.... And i still remember the time I went to Milwaukee to that Lake Park Bistro to celebrate your awesome birthday, it was great... how things pass by so fast yah just in a year... so many things happened...
ReplyDeleteAbout 2 weeks ago, I experienced the same thing : leaving my workplace when I was a co-op. So very hard. Only 4 months but I even really tried hard to not cry when writing the "words of goodbye" email.
ReplyDeleteSaat2 kaya gini (gw dah senior nih Non) rasanya cepet banget, rasanya baru kemaren2 doank gw dateng ke Madison terus ngiringin eloe sama Sandy buat "The Prayer". Bentar lagi gw dah musti cari full time. Damn...