Pacar dan Calon Suami

Mengingat teman-teman saya sudah mulai banyak yang menikah, tentu saja pertanyaan soal menikah pernah juga terlintas di benak saya. Saat saya berumur di bawah 25 tahun, mungkin pertanyaan soal menikah itu bisa saya lewatkan saja dengan meyakinkan diri kalau usia saya masih terlalu muda untuk memikirkan hal itu. Tetapi begitu usia sudah menginjak 25 tahun dan mailing list mulai dibanjiri oleh undangan pernikahan teman seangkatan baik dari dalam maupun luar negeri, batin ini tergelitik juga. Saya jadi menyadari, kalau saya sebetulnya tidak terlalu muda lagi, malah mungkin kalau di tahun 1970-an usia saya ini sudah sangat matang untuk memulai kehidupan berumah tangga.

Yang paling lucu sih, kalau kebetulan saya ada di rumah dan mengangkat telepon, dan jika telepon itu berasal dari Oma, atau Oom dan Tante saya, pasti ditanya: “Gimana nih? Udah ada yang nyantol belum?” atau mirip seperti iklan rokok di televisi saya juga ditanya: “Kapan nih Non undangannya?”. Mungkin orang jaman dulu menganggap, kalau ketemu, lalu sama-sama sayang, lalu bisa langsung lanjut ke jenjang pernikahan. Tiba-tiba anaknya ngebrojol, lebih dari 5, dan tiap sore sang mami ngederetin anaknya di ruang makan, dan disuapin satu-satu. Tapi hari gini? Tentu banyak sekali pertimbangan dari A sampai Z, karena menikah itu bukan hanyalah pertautan dua jiwa yang saling menyukai. Saya sangat suka ungkapan menikah itu adalah: Menempuh Hidup Baru. Hidup yang disebut Baru itu tentunya bukan hanya diisi dengan keindahan, malah mungkin tantangannya lebih banyak daripada embel-embel indahnya. Nggak usah nunggu sampai berapa tahun perkawinan. Mungkin di malam pertama aja, yang biasa bobo sendirian, sekarang harus tidur seranjang berdua. Yang satu ngorok, satunya lagi nggak bisa tidur, lantas pagi-pagi moodnya jelek, berantemlah.

Bukannya saya nggak mau untuk segera menikah. Malah saya bisa bilang kalau saya ini ingin sekali menikah. Tetapi memutuskan untuk menikah itu kan nggak mudah. Dalam pencarian pasangan, saya sudah nggak mau cari sekedar pacar saja, tetapi saya sudah mau mulai mencari calon suami. Kategoripun berubah, dari sekedar yang klise-klise seperti penampilan fisik, plus nggak pelit saat mentraktir saya, dan hal-hal lainnya yang kelihatan dari luar, tetapi harus ditambah lagi yaitu mempunyai kesiapan untuk melangkah lebih jauh dalam lingkup yang lebih serius. Makanya, kalau cari pacar itu, jauh lebih gampang daripada mencari calon suami. Bersama dengan calon suami, tentunya kita bisa punya visi, membayangkan ke depannya akan dibawa kemana rumah tangga itu. Bersama dengan calon suami, tentunya kita merasa selalu aman terlindungi, baik fisik maupun mental. Bersama dengan calon suami, kita juga tahu bagaimana posisi kita di keluarganya, dan posisi dia di keluarga kita, dan membayangkan dua keluarga sebagai satu kesatuan. Makanya, percaya atau nggak, kalau saya bertemu dengan seseorang, lalu seseorang itu juga mencari seorang calon istri, dan kita bisa memperoleh bayangan soal masa depan (tentunya ditambah dengan embel-embel yang sebetulnya mayan penting juga sih…hehehe), bisa saja saya segera menikah.

Yes, it’s simple but complicated at the same time. Mungkin yang membaca juga heran kenapa saya membuat tulisan seperti ini. Sedikit background, weekend kemarin, saat saya ada di mall, saya banyak melihat orang-orang terutama pasangan-pasangan muda yang sedang dimabuk cinta. Sementara, saat itu saya lagi makan es aja beduaan sama “pacar” saya yaitu si Mama tercinta. Si Mama sempet nyeletuk, kalau si anak perempuannya ini sebetulnya lebih qualified dibandingkan dengan cewek-cewek di mall yang kebetulan ternyata hari itu “beruntung” membawa gandengan. Dan saat itu saya mikir, saya juga bawa gandengan kok, alias si Mama hehehehe. Mungkin pada saat saya menikah nanti, waktu saya untuk gandengan dengan si Mama ini bakalan berkurang jauh. So I must say that I was really lucky that I got the chance to hang out with my Mom on the weekend, makan es bareng-bareng, sambil ngomentarin pasangan-pasangan yang lalu lalang, for I might not have that much time later in the future. Bener-bener beruntung kan? Dan sabar aja ya Ma, for I will bring to our family, your future son in law that you’ll be proud of. AMIN.

Comments

  1. amien...

    semoga nanti dapat yg satu visi dan misi ya, and langgeng

    sabar ya, ma heehehe

    ReplyDelete
  2. aduh neng..sabar ya...nyari jodoh emang ribet,ada aja yg beda ya??hihi

    oia neng,skali2 jalan ndirian dey..terkadang ada cowo baek2 yg mau kenalan, tp malu2 klo ce jalan ama nyokapnya..hehehe...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Dalem Dalem

Motherhood Saga: Barang-Barang Esensial Mama dan Abby Bag. 1

Tutorial Sok Kreatif - Dekorasi Kelas