MC Gadungan
Akhir Januari tahun ini, kira-kira 1 bulan setelah saya berada di Indonesia, teman saya R menghubungi saya dan mengajak ngopi bareng di Coffee Bean Plaza Indonesia. Si R ini teman saya semasa SMP. Selama 3 tahun berturut-turut, walaupun kita nggak pernah sekelas sama sekali, tetapi kita menghabiskan waktu setiap hari saat pulang sekolah di mobil jemputan. Mobil jemputan kita itu Kijang Putih tahun 1982, dikendarai oleh sopir edan tenan yang bernama Pak Kusno, yang nyetirnya gaya campuran antara offroad dan rally F1. Nah, mobil jaman dulu ini, kursi depannya itu nyambung, bisa diduduki oleh 3 orang. Selama hampir 3 tahun bersama itu, posisi duduk kita hampir selalu sama yaitu, sopir di paling kanan, saya di tengah, dan teman saya si R ada di paling luar karena dia turun duluan. Selama itu juga, si R yang memang tidak terlalu banyak ngomong, selalu menjadi pendengar setia saya yang kebetulan memang kelebihan jatah ngomong alias bawel. Setelah 7 tahun kita lulus SMP, di tahun 2004 lalu, tiba-tiba saya berhubungan lagi dengan si R melalui Friendster, lalu dilanjutkan dengan chatting. Tak disangka, si R yang saat itu sedang menuntut ilmu di Toronto, Canada rupanya kangen juga sama saya, dan memutuskan untuk mengunjungi saya di Madison, Wisconsin. Jadilah si R terbang dari Canada, dan menghabiskan 1 minggu yang sangat mengesankan bersama saya.
Rupanya, kenangan manis itu masih tersimpan di benaknya. Dan saat kita sedang duduk ngopi di Coffee Bean bulan Januari itu, dia mengutarakan niatnya untuk meminta saya menjadi Master of Ceremony di acara pernikahannya…..WHAT ? Nggak salah denger tuh ? Saya diminta menjadi MC ? Seumur-umur saya nggak pernah jadi MC, apalagi untuk perkawinan. Dan begitu saya tau kalau resepsinya akan dihadiri lebih dari 1000 orang, saya tambah gemetar saja. Tetapi si R ini rupanya menaruh kepercayaan besar kepada saya, sehingga sayapun merasa mendapat kekuatan ekstra untuk mengiyakan keinginannya itu. Setelah beberapa kali pertemuan dengan panitia dan beberapa kali urun rembug dengan mempelai, akhirnya tugas saya berkembang: menjadi MC di Gereja, menyanyikan 1 lagu untuk sungkeman mempelai di Gereja, menjadi MC di resepsi, dan menyanyikan duet 1 lagu di resepsi (yang ini surprise dari Mama si R untuk dipersembahkan ke putrinya, jadi kita sempatin beberapa kali latihan diam-diam sabtu pagi dan jam pulang kantor).
Saat-saat menegangkan itu hampir tiba. Dari sejak Jumat, saya sudah tidak terlalu konsentrasi bekerja karena terlalu tegang. Kebetulan memang data-data untuk membuat laporan belum masuk, sehingga saya mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk hari Minggu. Karena saya betul-betul takut salah ngomong, saya bikin 1 booklet kecil yang isinya apa saja yang harus saya ucapkan, paling tidak selama prosesi masuknya rombongan mempelai dan keluarga. Jadilah selama setengah hari di kantor, kerjaan saya ngutak ngutik word document, lalu ngeprint dan pakai pemotong kertas supaya bentuknya mirip kertas-kertas kecil yang dipegang oleh MC professional (serasa Becky Tumewu gitu loocchhhhh….).
Hari Minggu, 11 November, 2007, sampailah kita kepada hari istimewa itu. Siang hari, saya sudah tiba di gereja agak lebih awal karena saya sama sekali belum latihan untuk lagu sungkeman. Si organist hanya tau lagu saya berdasarkan CD berisi suara saya yang saya titipkan. Jadilah satu kali saja latihan, dianggap beres. Untunglah pas nyanyi, betul-betul beres. Yang seru itu, pas sehabis misa kan giliran foto-foto, terpaksa dipotong di tengah-tengah gara-gara petugas catatan sipil sudah marah-marah. Kasianlah teman saya itu karena tidak seluruh keluarga mendapatkan giliran foto bersama di Gereja. Saya sebagai pemandu, cuma bisa pasrah saja. Pegawai pemerintah, mana bisa dilawan? Setelah misa perkawinan, saya pulang ke rumah sebentar, jebar-jebur, sanggul rambut asal-asalan, ganti baju, tebalin make up sedikit, dan langsung berangkat lagi menuju ke tempat resepsi. Kebetulan acara teman saya ini tidak menggunakan jasa Wedding Organizer, melainkan memberdayakan seluruh anggota keluarga sebagai panitia. Jadilah saya juga ikut merangkap melakukan pelatihan untuk pagar ayu dan pagar bagus, orang tua, kemudian briefing juga untuk petugas confetti dan lain-lainnya, dan itu dilaksanakan pukul 5.30 sore sementara acara akan dimulai pukul 6.30.
Pukul 6.30 saya mengumpulkan seluruh petugas, kemudian kita doa bersama, dan pukul 6.45: It’s SHOWTIME! Orang tua mulai masuk, diikuti saudara kandung, lalu dimulailah 5 pasang pagar ayu dan bagus, menyalakan 8 pasang lilin menandakan perjalanan cinta kedua mempelai selama 8 tahun, lalu kedua mempelai memasuki ruangan. Lanjut lagi dengan penuangan champagne, lalu toast, lalu potong kue, bagi-bagi kue ke keluarga, pemberian kue antar mempelai, dan ditutup wedding kiss. Jangan lupa letupan confettinya harus kompak, jadi kasih kodenya juga musti pas. Belum lagi memberi pengantar untuk pengisi acara, ada yang mimpin doa, ada sumbangan permainan piano, sumbangan lagu, lalu saya juga nyanyi bersama maminya mempelai wanita, tentunya sambil diselingi oleh singer dan pianist yang memang sudah diorder untuk ngisi acara. Lanjut lagi dengan acara kuis serta lempar bunga. Memanggil para lajang untuk ngumpul di depan pelaminan itu ternyata nggak segampang yang diduga, karena banyak yang malu-malu. Tapi untunglah, begitu pelemparan sudah hanpir dimulai, mulailah pasangan berduyun-duyun ke depan dan siap-siap berebut buket bunga.
Terakhir, acara foto bersama. Ternyata para kubu yang dipanggil untuk foto, susah banget dikumpulinnya, terutama yang orang-orang tua. Kalau anak muda sih memang banci foto. Namanya rekan kerja, atau teman SMP SMU, wah siap banget deh. Kalau yang keluarga yang isinya bapak dan ibu, mau naik aja, tiap langkah pakai diselingi acara ngobrol dan cipika cipiki. Fotografernya saja sampai nggak sabaran, apalagi saya yang MCnya manggilin berkali-kali. Belum lagi pas di atas pelaminan, saking besarnya keluarga dan banyak anak-anak kecil, diaturnya lumayan lama. Saya sebagai MC juga mesti menjadi penghadang untuk orang-orang yang mau salaman, sementara pengantin sedang foto bersama. Sebetulnya saya sudah punya listing siapa saja yang akan diajak foto bersama, tetapi semuanya itu buyar karena kedua mempelai punya permintaan sendiri lantaran keluarganya pada nggak sabar pingin pulang.
Selesai acara, saya lemas ditambah pegal-pegal karena berdiri terus sejak sore sampai malam. Perut saya yang kosong akhirnya keisi juga sekitar jam 10 kurang. Keluar dari gedung resepsi, saat jalan menuju tempat parkir, tiba-tiba saya diguyur oleh hujan mendadak yang derasnya langsung BYUR….Sementara saya yang pakai gaun strapless, lari-lari ke mobil dalam keadaan basah kuyup. Sampai rumah ganti baju, bersihin make up, dan langsung tidur. Besok paginya hari Senin, nggak bisa bangun…. badan nggak bisa diangkat, kepala pusing keliyengan dan mulai anget-anget. Saya tidur sampai jam 10 pagi, bangun untuk makan sebentar, jam 2 siang tidur lagi sampai jam 5 sore, lalu malam tidur lagi seperti biasa. Inilah kombinasi hebat dari: Kecapekan, Telat Makan, dan Kehujanan.
Pelajaran untuk seluruh MC wanita gadungan:
1. Latihanlah untuk berdiri berjam-jam dengan hak tinggi dan gaun.
2. Makanlah dengan cukup sebelum acara dimulai
3. Latihlah tenggorokan anda untuk mengucapkan kata-kata yang sama berulang-ulang, apalagi kalau memanggil orang-orang tua untuk foto bersama.
4. Cobalah untuk memasukkan beberapa selipan humor agar kedua mempelai tidak terlalu tegang.
5. Berdoalah semoga acara berjalan dengan lancar.
6. Bawalah payung! --> yang ini optional, seandainya tempat parkirnya outdoor hehehe…
Rupanya, kenangan manis itu masih tersimpan di benaknya. Dan saat kita sedang duduk ngopi di Coffee Bean bulan Januari itu, dia mengutarakan niatnya untuk meminta saya menjadi Master of Ceremony di acara pernikahannya…..WHAT ? Nggak salah denger tuh ? Saya diminta menjadi MC ? Seumur-umur saya nggak pernah jadi MC, apalagi untuk perkawinan. Dan begitu saya tau kalau resepsinya akan dihadiri lebih dari 1000 orang, saya tambah gemetar saja. Tetapi si R ini rupanya menaruh kepercayaan besar kepada saya, sehingga sayapun merasa mendapat kekuatan ekstra untuk mengiyakan keinginannya itu. Setelah beberapa kali pertemuan dengan panitia dan beberapa kali urun rembug dengan mempelai, akhirnya tugas saya berkembang: menjadi MC di Gereja, menyanyikan 1 lagu untuk sungkeman mempelai di Gereja, menjadi MC di resepsi, dan menyanyikan duet 1 lagu di resepsi (yang ini surprise dari Mama si R untuk dipersembahkan ke putrinya, jadi kita sempatin beberapa kali latihan diam-diam sabtu pagi dan jam pulang kantor).
Saat-saat menegangkan itu hampir tiba. Dari sejak Jumat, saya sudah tidak terlalu konsentrasi bekerja karena terlalu tegang. Kebetulan memang data-data untuk membuat laporan belum masuk, sehingga saya mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk hari Minggu. Karena saya betul-betul takut salah ngomong, saya bikin 1 booklet kecil yang isinya apa saja yang harus saya ucapkan, paling tidak selama prosesi masuknya rombongan mempelai dan keluarga. Jadilah selama setengah hari di kantor, kerjaan saya ngutak ngutik word document, lalu ngeprint dan pakai pemotong kertas supaya bentuknya mirip kertas-kertas kecil yang dipegang oleh MC professional (serasa Becky Tumewu gitu loocchhhhh….).
Hari Minggu, 11 November, 2007, sampailah kita kepada hari istimewa itu. Siang hari, saya sudah tiba di gereja agak lebih awal karena saya sama sekali belum latihan untuk lagu sungkeman. Si organist hanya tau lagu saya berdasarkan CD berisi suara saya yang saya titipkan. Jadilah satu kali saja latihan, dianggap beres. Untunglah pas nyanyi, betul-betul beres. Yang seru itu, pas sehabis misa kan giliran foto-foto, terpaksa dipotong di tengah-tengah gara-gara petugas catatan sipil sudah marah-marah. Kasianlah teman saya itu karena tidak seluruh keluarga mendapatkan giliran foto bersama di Gereja. Saya sebagai pemandu, cuma bisa pasrah saja. Pegawai pemerintah, mana bisa dilawan? Setelah misa perkawinan, saya pulang ke rumah sebentar, jebar-jebur, sanggul rambut asal-asalan, ganti baju, tebalin make up sedikit, dan langsung berangkat lagi menuju ke tempat resepsi. Kebetulan acara teman saya ini tidak menggunakan jasa Wedding Organizer, melainkan memberdayakan seluruh anggota keluarga sebagai panitia. Jadilah saya juga ikut merangkap melakukan pelatihan untuk pagar ayu dan pagar bagus, orang tua, kemudian briefing juga untuk petugas confetti dan lain-lainnya, dan itu dilaksanakan pukul 5.30 sore sementara acara akan dimulai pukul 6.30.
Pukul 6.30 saya mengumpulkan seluruh petugas, kemudian kita doa bersama, dan pukul 6.45: It’s SHOWTIME! Orang tua mulai masuk, diikuti saudara kandung, lalu dimulailah 5 pasang pagar ayu dan bagus, menyalakan 8 pasang lilin menandakan perjalanan cinta kedua mempelai selama 8 tahun, lalu kedua mempelai memasuki ruangan. Lanjut lagi dengan penuangan champagne, lalu toast, lalu potong kue, bagi-bagi kue ke keluarga, pemberian kue antar mempelai, dan ditutup wedding kiss. Jangan lupa letupan confettinya harus kompak, jadi kasih kodenya juga musti pas. Belum lagi memberi pengantar untuk pengisi acara, ada yang mimpin doa, ada sumbangan permainan piano, sumbangan lagu, lalu saya juga nyanyi bersama maminya mempelai wanita, tentunya sambil diselingi oleh singer dan pianist yang memang sudah diorder untuk ngisi acara. Lanjut lagi dengan acara kuis serta lempar bunga. Memanggil para lajang untuk ngumpul di depan pelaminan itu ternyata nggak segampang yang diduga, karena banyak yang malu-malu. Tapi untunglah, begitu pelemparan sudah hanpir dimulai, mulailah pasangan berduyun-duyun ke depan dan siap-siap berebut buket bunga.
Terakhir, acara foto bersama. Ternyata para kubu yang dipanggil untuk foto, susah banget dikumpulinnya, terutama yang orang-orang tua. Kalau anak muda sih memang banci foto. Namanya rekan kerja, atau teman SMP SMU, wah siap banget deh. Kalau yang keluarga yang isinya bapak dan ibu, mau naik aja, tiap langkah pakai diselingi acara ngobrol dan cipika cipiki. Fotografernya saja sampai nggak sabaran, apalagi saya yang MCnya manggilin berkali-kali. Belum lagi pas di atas pelaminan, saking besarnya keluarga dan banyak anak-anak kecil, diaturnya lumayan lama. Saya sebagai MC juga mesti menjadi penghadang untuk orang-orang yang mau salaman, sementara pengantin sedang foto bersama. Sebetulnya saya sudah punya listing siapa saja yang akan diajak foto bersama, tetapi semuanya itu buyar karena kedua mempelai punya permintaan sendiri lantaran keluarganya pada nggak sabar pingin pulang.
Selesai acara, saya lemas ditambah pegal-pegal karena berdiri terus sejak sore sampai malam. Perut saya yang kosong akhirnya keisi juga sekitar jam 10 kurang. Keluar dari gedung resepsi, saat jalan menuju tempat parkir, tiba-tiba saya diguyur oleh hujan mendadak yang derasnya langsung BYUR….Sementara saya yang pakai gaun strapless, lari-lari ke mobil dalam keadaan basah kuyup. Sampai rumah ganti baju, bersihin make up, dan langsung tidur. Besok paginya hari Senin, nggak bisa bangun…. badan nggak bisa diangkat, kepala pusing keliyengan dan mulai anget-anget. Saya tidur sampai jam 10 pagi, bangun untuk makan sebentar, jam 2 siang tidur lagi sampai jam 5 sore, lalu malam tidur lagi seperti biasa. Inilah kombinasi hebat dari: Kecapekan, Telat Makan, dan Kehujanan.
Pelajaran untuk seluruh MC wanita gadungan:
1. Latihanlah untuk berdiri berjam-jam dengan hak tinggi dan gaun.
2. Makanlah dengan cukup sebelum acara dimulai
3. Latihlah tenggorokan anda untuk mengucapkan kata-kata yang sama berulang-ulang, apalagi kalau memanggil orang-orang tua untuk foto bersama.
4. Cobalah untuk memasukkan beberapa selipan humor agar kedua mempelai tidak terlalu tegang.
5. Berdoalah semoga acara berjalan dengan lancar.
6. Bawalah payung! --> yang ini optional, seandainya tempat parkirnya outdoor hehehe…
waaah hebaaaat....tapi kasian juga eh perutnya kosong hehhehe untung gak punya magh
ReplyDeletewah hebat lu...
ReplyDeletesiapa tau ntar ada yang ngeliat trus jadi minta lu jadi mc lagi. wah bisa pindah profesi lho... :)
btw ntar kapan2 eo gadungan bisa kerja sama ama mc gadungan nih... huahahahaha
huhuy... mau jadi mc buat acara nikahan kakak saya? hohohoho :D
ReplyDeletekok jadi MC pernikahan??? kapan ..... nya??? huehueu2...
ReplyDelete(dgn nanya kyk gini..nunggu d timpuk niy kayaknya gw..hehe)...
Dian -> Iya, untung nggak punya maag. Mikirnya saat itu, kalo makan kebanyakan bisa sakit perut karena tegang.
ReplyDeleteArman -> Hihihi...boleh tuh, sayang ya elu udah nggak disini lagi. Kalo nggak, kita sekalian aja buka small business :P
Andelumut -> Wah, kalo kesempatan selanjutnya, ratenya udah komersial ya. Nggak semahal Becky Tumewu kok.
Spy -> Wah, kemaren pemanasan dulu dong, biar bisa dapet inspirasi tatacara perkawinan paling wahid.