Kenangan Masa Lalu Bersama Oma

Hari Minggu, alias kemarin, tiba-tiba terbersit rasa rindu untuk datang berkunjung ke rumah Oma. Mama juga mencetuskan, mungkin Oma kangen sudah lumayan lama tidak dikunjungi cucunya. Jadilah, kita sekeluarga, Mama, saya, dan adik saya pergi mengunjungi Oma di daerah Jelambar sana. Oma Maria adalah Mama dari pihak Papa. Dari 4 Opa Oma yang saya punya, tinggal Oma Maria yang masih hidup. Usianya tidak terlalu tua, baru 73 tahun. Maklum, Papa adalah anak pertama dari 7 bersaudara. Tetapi, karena ada beberapa penyakit yang dideritanya, kondisinya lumayan menurun walaupun mungkin bisa dibilang masih cukup sehat untuk orang seusianya.

Oma sekarang sudah tidak segesit dulu lagi. Saat kita mengajak dia jalan-jalan dan makan siang di Plasa Senayan, jalannya sudah sangat lambat. Kalau tidak dipegangi oleh cucu atau oleh Mama saya, rasanya agak sulit buat Oma untuk berjalan-jalan ke Mall sendirian. Oma yang dulu selalu gaya, sekarang rambutnya tipis dan hanya diikat satu ke belakang. Untuk menaiki beberapa anak tangga di dekat parkiran, dilakukannya dengan sangat pelan, sambil bertumpu pada pegangan tangga. Setelah makan siang, kita mengajaknya berbelanja di Carrefour Ratu Plaza. Untuk membantunya berjalan selama di supermarket, Oma berpegangan pada kereta belanjaan. Biasanya Oma paling happy kalau diajak ke supermarket, karena dia bisa ambil apa saja yang dia mau. Tapi kali ini, dia hanya tertarik pada buah-buahan saja. Pas ditawari beli barang-barang lain, beliau selalu menolak, tetapi kita tetap menyelipkan beberapa barang yang sekiranya dibutuhkan.

Dalam perjalanan kembali menuju rumahnya, Oma bilang di mobil:”Makasih ya Mantu, Cucu-Cucu udah ajak jalan-jalan. Nanti takutnya kalau keburu sampe rumah Oma lupa.” Hati saya langsung nyesss banget. Sesuatu yang kecil seperti itu, bisa bikin dia senang minta ampun. Rupanya betul yang orang-orang bilang, di masa tua itu yang paling dibutuhkan orang-orang tua, adalah perhatian dari anak cucu. Saat itu, saya kepikiran, untuk menulis mengenai hal-hal indah yang pernah saya lewati bersama Oma, di masa kecil dulu. Saya tidak pernah tinggal serumah dalam jangka panjang bersama beliau, tetapi banyak sekali hal-hal indah terselip di sana-sini, yang bila dirangkai, bisa menjadi suatu cerita yang manis.

Main ke rumah oma pada saat kecil merupakan sesuatu yang sangat seru. Karena Tante saya yang paling kecil adalah seorang penyanyi, jadi Oma sering membuatkan baju-baju show untuk Tante. Dan yang namanya baju-baju show di tahun 80-an, sudah bisa ketebak, apakah bahan yang paling banyak digunakan. Yes, manik-manik. Wih...mau manik-manik dan benang warna apapun, pasti oma punya. Komplit deh. Kalau dulu dari rumahnya, saya suka bawa pulang manik-manik, suka saya pakai untuk bikin gelang, kalung, atau untuk bikin prakarya di sekolah. Soal menjahit, Oma tidak perlu dipertanyakan lagi kemampuannya. Rok pertama saya diwaktu SD, Oma-lah yang menjahitkan. Anak-anak lain memakai rok dengan banyak rempel, rok buatan oma tidak terlalu banyak rempelnya, tetapi paling rapih jahitannya. Barang favorit saya yang dijahitkan oleh Oma adalah sarung bantal dan seprai bergambar Garfield. Saya pakai sarung bantal itu dari saya SD sampai saya SMU, sampai akhirnya betul-betul tipis dan bolong sehingga terpaksa harus dipensiunkan. Kalau lagi giliran cuci seprai, saya dan adik saya paling nggak sabar supaya seprai Garfield cepat-cepat kering, sehingga kita bisa pakai lagi.

Salah satu hal yang paling saya nanti kalau liburan panjang di masa SD dulu adalah bisa menginap di rumah Oma. Paling tidak, saya bisa menghabiskan seminggu di rumahnya, dan setiap hari umumnya selalu ada jadual-jadual seru. Biasanya, saya di drop oleh Papa Mama di hari Minggu, lalu dijemput lagi Minggu depannya. Sehabis sarapan, kita suka pergi ke daerah Petak Sembilan. Kalau ke sana, kita bukannya naik taksi, tetapi naik omprengan, atau kadang naik bemo. Pokoknya seru lah jadi petualang sejati. Biasanya kita suka makan Nasi Tim atau Mie, lalu nemenin Oma beli obat-obatan Chinese. Kalau ke toko obat gitu, kadang suka serem liat serangga-serangga yang dikeringin....ihhh...tapi namanya anak-anak, tetep aja penasaran suka pegang-pegang deh.

Kadang juga suka pergi ke Glodok, belanja di Gloria, makan Pempek di bawah, terus mengisi waktu siangnya suka dihabiskan ke bioskop Chandra, nonton film-film silat atau komedi yang dibintangi sama Jacky Chan, JetLee, atau Stephen Chow. Pulang-pulang suka dibekali Oma sama baju-baju setelan piyama, gambarnya sama semua, tapi warnanya beda-beda. Saya betah banget pakai baju itu, sampai akhirnya udah ngga muat lagi. Kalau belanja sama Oma, Oma itu gerakannya paling sigap. Bayangin aja, dia bisa lari-larian dan lompat-lompat mengejar kendaraan umum.

Karena Oma bukanlah tukang masak yang ahli, kalau liburan di rumah oma, justru sayalah yang suka masak di rumahnya. Saya ingat pernah membuat martabak telur, cah-cah sayur, dan yang paling saya ingat adalah membuat bakso Lohwa alias bakso cemplung yang dibuat dari daging giling, campur jamur, soun, wortel, dll. Saya suka ikut Oma ke pasar inpres dan membeli seluruh bahan-bahannya. Pulangnya kita naik becak sampai di depan rumah oma. Pas membuat bakso Lohwa itu, saya baru sadar kalau di rumah Oma tidak ada meat processor. Jadilah saya seperti tukang masak di masa lampau, dengan modal 2 golok, menyincang daging sampai halus, dan syukurlah berhasil. Pas jam makan siang, Oma yang jadi tester, untuk menentukan, apakah makanan saya layak makan atau tidak, dan untungnya, masih layak makan, malah dibagi-bagi ke saudara-saudara sepupu yang kebetulan suka mampir ke rumah Oma. Tetapi ada satu resep diwariskan Oma dan cukup sukses dipraktekan di berbagai tempat termasuk saat saya bersekolah di negeri antah berantah sana yaitu: Biji Salak.

Pas saya kecil, Oma juga suka menginap di rumah saya. Kalau Oma menginap di rumah, rumah pasti jadi tambah ramai saja. Pagi-pagi, Oma pasti sudah nongkrong di depan rumah, lalu melakukan ritual senamnya. Lalu siang sedikit, Oma suka pergi ke pasar barengan sama Mama, lalu membeli kue-kue kampung. Oma orangnya memang nggak bisa diam. Jadi kalau ada tembok yang kotor, atau gompal, atau pagar rumah yang catnya mengelupas, pasti dia langsung bergerak. Bisa-bisanya, siang-siang bolong dia minta ijin keluar rumah, dan ternyata pergi ke toko bangunan. Pulang dia membawa kape, cat, semen, dll. Jadilah, Omaku = tukang reparasi bangunan. Pernah dulu pas saya SMU, kami sekeluarga main ke rumahnya, dan apa yang sedang Oma lakukan? Beliau lagi berdiri di atas tangga (tangga yang untuk tukang), sambil memegang kuas, dan mengecat eternit! Ya saudara-saudara, beliau lagi mengecat langit-langit rumah di usianya yang saat itu mungkin sekitar 65 tahun!

Ada beberapa kesamaan antara saya dan Oma. Kesamaan yang paling mencolok dari kita adalah, kita sama-sama shio anjing (yang berakibat pada kebawelan yang selevel), suka menyanyi, dan bisa bersiul dengan merdu. Dulu saya suka dimarahi oleh Papa dan Mama kalau bersiul keras-keras dengan melodi lagu karena dianggap tidak terlalu sopan terutama untuk anak perempuan. Tetapi kemampuan itu sekarang saya anggap sebagai hadiah special dari Oma, walaupun memang sekarang saya tidak terlalu sering bersiul. Begitu banyak yang saya kagumi dari beliau, terutama dalam keteguhannya berdoa dan memasrahkan diri kepada Tuhan. Banyak sekali berbagai tantangan yang Oma hadapi dalam hidupnya, tetapi semuanya beliau lalui dalam kekuatan doa dan support dari keluarga. Kemudian ada lagi yang saya kagumi yaitu suaranya yang super merdu. Banyak orang yang bilang suara Oma mirip sekali dengan Teresa Teng alias betul-betul tinggi dan halus. Sayangnya sang cucu nggak nurunin soal kualitas suaranya ini.

Banyak sekali memory indah yang saya miliki bersamanya, yang saya tidak bisa tuliskan di dalam satu entry blog, tetapi akan selalu saya ingat di dalam hati. Kemarin saat akan pulang dari rumahnya, Oma memeluk saya erat-erat, mencium pipi kanan dan kiri saya. Pelukan itu makin terasa hangat, karena saya merasakan cinta yang luar biasa. Tulisan ini saya dedikasikan untuk Oma tersayang, ”I love You, Oma!”

Comments

  1. seneng yaaa masih bisa jalan-jalan ama oma. :D

    grandparents gua juga tinggal 1. engkong dari pihak bokap. tapi udah susah banget jalannya. jadi gak bisa diajak pergi keluar. :(

    moga2 oma lu tetep sehat2 terus dan panjang umur ya ny... :)

    ReplyDelete
  2. wuih...oma lo hebat jg ya..waktu umur 65 msh aja ngecat eternit..huebat euy..

    panjang umur dey bwat omanya leony :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Yang Dalem Dalem

Motherhood Saga: Barang-Barang Esensial Mama dan Abby Bag. 1

Tutorial Sok Kreatif - Dekorasi Kelas