Pergi Untuk Kembali
Mungkin ada yang ingat, kalau akhir Desember tahun lalu, saya pernah menulis suatu karangan yang diterbitkan di koran Permias Madison , berjudul: “Bagaimana Tinggal di Amerika Mengubah Hidup Saya” . Saat saya menulis karangan itu, air mata saya sempat mengalir karena walaupun karangannya asal-asalan, bahkan terkesan seadanya, karangan itu adalah hadiah perpisahan saya setelah enam tahun menuntut ilmu dan juga bekerja di Amerika Serikat. Saat saya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, tanggapan orang bermacam-macam. Teman-teman saya yang orang Indonesia umumnya menyayangkan keputusan saya itu. Pertama tentunya karena mencari kerja di Amerika Serikat (yang legal loh ya…) apalagi di perusahaan yang cukup prestisius susahnya setengah mati. Ditambah lagi, mendapatkan sponsor visa H1-B dari perusahaan itu, susahnya bahkan tiga perempat mati. Apalagi seperti semua orang tau, gaji di Amerika itu cukup besar, sehingga kalau diRupiahkan, saya bisa sering-sering liburan ke Bali dan