Posts

Showing posts from 2007

Ketika Belanda Bertemu Indonesia

Saya bukan mau ngomongin jaman penjajahan karena tentunya jaman penjajahan telah berlalu, atau ngomongin persepakbolaan karena masih jauh dari harapan kalau team Indonesia bisa sejajar dengan tim Belanda dalam sepakbolanya. Minggu lalu, saya, Mama, dan adik menjadi tuan rumah untuk Tante H alias sepupu mama saya yang datang dari Belanda. Tadinya memang tidak ada rencana kalau kita akan mengajak tante kita ini jalan-jalan, karena kakak beliau ternyata sudah mempunyai rencana untuk mengajak dia menginap di rumahnya. Tetapi saat sabtu pagi Mama menelepon si Tante, tiba-tiba keinginan tersebut muncul, apalagi saat Mama tau kalau si Tante ini rupanya belum kemana-mana karena kesibukan saudara-saudaranya yang lain. Terakhir si Tante datang ke Jakarta adalah 11 tahun yang lalu. Saat itu mereka datang satu keluarga. Si Oom, si Tante, dan dua anak mereka, satu perempuan dan satu lelaki. Jadi rencananya, kita mau ajak si Tante jalan-jalan, lalu sorenya, kakak si Tante tinggal jemput saja di rum

KK ( Bukan Kartu Keluarga, Tetapi Kartu Kredit)

Selama proses pencarian pekerjaan di Jakarta, saya nggak pernah kepikiran untuk segera membuka account kartu kredit. Maklum deh, pengeluaran paling hanya ongkos bensin, itupun pinjam Mama dulu, karena kan masih belum tau nanti kerja di mana, sehingga kalo bisa sih, bank yang dicari kan sebaiknya lokasinya dekat dengan tempat kerja. Padahal orang-orang sudah bilang, kalau di Jakarta nggak punya kartu kredit tuh hampir nggak mungkin. Apalagi dengan banyaknya offer-offer menarik, seperti beli 1 gratis 1 untuk nonton di cineplex, discount-discount menarik… wah, ngiler juga sih. Apakah yang membuat saya bengong saat saya kembali ke Jakarta? Ternyata orang-orang Jakarta itu hebat-hebat bo…koleksinya lumayan manteb, yaitu koleksi kartu kredit. Waktu awal tahun ini, saya lagi interview kerjaan, siang-siang saya kelaparan, dan akhirnya stop di restaurant cepat saji di bilangan Sudirman. Di depan saya ada 2 orang ibu mengantri untuk pesan paket ayam. Begitu giliran mau bayar, dia nengok ke temen

Setahun Yang Lalu

Tanpa terasa sudah mau December lagi. Kayaknya belum lama saya menginjakan kaki kembali ke kota kelahiran tercinta ini, eh tidak taunya sudah hampir setahun. Apa yang terjadi saat ini setahun yang lalu ? Setahun yang lalu, di tanggal 29 November ini, saya masih berada di client terakhir saya di Madison. Sore itu, ditutup dengan mengucapkan selamat tinggal kepada client yang sudah saya temani selama 2 tahun, client di mana saya paling banyak belajar. Untuk makan siang, atasan saya membolehkan saya memilih meal terakhir yang akan saya makan bersama team, dan sengaja saya memilih restaurant Jepang, supaya teman-teman saya jadi berani makan sushi. Makan siang berlangsung sangat menyenangkan, walaupun saya tahu di dalam hati, saya akan kehilangan mereka semua dalam waktu dekat. Besoknya, tanggal 30 November 2006 saya mengambil 1 hari off untuk membereskan segala barang-barang saya yang berkaitan dengan client-client dan pekerjaan saya, dan tanggal 1 Desember 2006, semuanya itu saya serah te

Pacar dan Calon Suami

Mengingat teman-teman saya sudah mulai banyak yang menikah, tentu saja pertanyaan soal menikah pernah juga terlintas di benak saya. Saat saya berumur di bawah 25 tahun, mungkin pertanyaan soal menikah itu bisa saya lewatkan saja dengan meyakinkan diri kalau usia saya masih terlalu muda untuk memikirkan hal itu. Tetapi begitu usia sudah menginjak 25 tahun dan mailing list mulai dibanjiri oleh undangan pernikahan teman seangkatan baik dari dalam maupun luar negeri, batin ini tergelitik juga. Saya jadi menyadari, kalau saya sebetulnya tidak terlalu muda lagi, malah mungkin kalau di tahun 1970-an usia saya ini sudah sangat matang untuk memulai kehidupan berumah tangga. Yang paling lucu sih, kalau kebetulan saya ada di rumah dan mengangkat telepon, dan jika telepon itu berasal dari Oma, atau Oom dan Tante saya, pasti ditanya: “Gimana nih? Udah ada yang nyantol belum?” atau mirip seperti iklan rokok di televisi saya juga ditanya: “Kapan nih Non undangannya?”. Mungkin orang jaman dulu mengang

Winter Depression vs Rainy Season Depression

Waktu saya masih tinggal di negara dengan empat musim, setiap bulan-bulan segini ini, sudah tidak seimbang lagi pembagian antara siang dan malam. Di musim gugur yang mulai beranjak menjadi musim dingin, waktu gelap itu tentunya lebih panjang daripada waktu terang. Pukul 8 pagi, suasana masih seperti pukul 6 pagi pada waktu normal, dan pukul 4 sore, rasanya sudah seperti senja. Di musim seperti ini, ada suatu syndrome yang menyerang orang-orang yang tinggal di daerah empat musim, yang dinamai Winter Depression. Umumnya orang-orang menjadi lebih murung, dan lebih cepat bosan. Intinya, seperti tidak ada harapan akan kehidupan. Bawaannya pingin marah-marah dan nggak kepingin keluar dari rumah lantaran di luar dingin dan gelap. Uh, ngebayanginnya aja udah ngga enak banget kan. Anehnya, saya ini nggak gimana merasakan apa yang disebut dengan Winter Depression itu selama tinggal di sana. Saya dulu malah nggak percaya kalau syndrome ini betul-betul ada sampai teman saya mengalaminya dan dia me

MC Gadungan

Akhir Januari tahun ini, kira-kira 1 bulan setelah saya berada di Indonesia, teman saya R menghubungi saya dan mengajak ngopi bareng di Coffee Bean Plaza Indonesia. Si R ini teman saya semasa SMP. Selama 3 tahun berturut-turut, walaupun kita nggak pernah sekelas sama sekali, tetapi kita menghabiskan waktu setiap hari saat pulang sekolah di mobil jemputan. Mobil jemputan kita itu Kijang Putih tahun 1982, dikendarai oleh sopir edan tenan yang bernama Pak Kusno, yang nyetirnya gaya campuran antara offroad dan rally F1. Nah, mobil jaman dulu ini, kursi depannya itu nyambung, bisa diduduki oleh 3 orang. Selama hampir 3 tahun bersama itu, posisi duduk kita hampir selalu sama yaitu, sopir di paling kanan, saya di tengah, dan teman saya si R ada di paling luar karena dia turun duluan. Selama itu juga, si R yang memang tidak terlalu banyak ngomong, selalu menjadi pendengar setia saya yang kebetulan memang kelebihan jatah ngomong alias bawel. Setelah 7 tahun kita lulus SMP, di tahun 2004 lalu, t

Bencana di Saat Bahagia

Bencana Pertama Yang ini sebetulnya belum bisa dikategorikan bencana sih. Apalagi dibandingkan dengan bencana kedua yang akan saya ceritakan di bawah ini. Lebih tepatnya, ini adalah ungkapan kekecewaan yang mendalam terhadap service salah satu Japanese restaurant di Jakarta yang namanya F*raibo yang berlokasi di Senayan City (Mungkin semuanya udah pada tau kali ini restaurant apa, tetapi sebaiknya saya kasih tanda bintang aja deh di huruf kedua. Nanti bisa-bisa saya dikejar lagi sama pemiliknya kalau sampai dia search di Google dan masuk ke sini). Siang-siang di hari minggu kemarin, kami bertiga, saya, adik, dan mama, sedang lapar-laparnya, dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke restoran tersebut karena Mama pernah dengar review yang bagus-bagus dari televisi tentang tempat ini. Jadilah kita dengan ekspektasi yang lumayan tinggi, masuk ke tempat itu dan segera melihat menu-menu. Akhirnya daripada pusing-pusing dengan menu a la carte, kami memutuskan untuk membeli 3 paket lunch bento. Y

Akibat Kurang Pengendalian Diri

Weits, jangan mikir yang aneh-aneh karena judulnya. Saya cuma mau cerita sedikit, soal brutalitas saya dua hari terakhir ini. Hari Rabu dan Kamis kemarin ini, saya ada meeting seharian penuh. Dulu saya pernah bercerita mengenai betapa mengalirnya makanan di saat meeting dan kali ini hal itu terbukti lagi. Sebetulnya, saya bisa memilih untuk tidak memakan yang tersedia di atas meja. Tetapi di Board Room yang dingin itu, rasa lapar dan kantuk selalu saja menyerang, jadi obatnya adalah: makanan… Hari Rabu jam 9 pagi, pas masuk ke ruang meeting, sudah disediakan 3 potong kue, yaitu Perkedel Tahu Kotak, Lapis Surabaya, dan Getuk Coklat. Sebelum jam 10.30 pagi, semua kue itu sudah saya habiskan. Jam makan siang datang. Menunya hari itu dari Riung Tenda. Isinya: Nasi Putih, Ayam Goreng, Lalaban dan Sambal, Cah Pucuk Labu, dan semangkok Sayur Asem. Yang bersisa cuma nasi putihnya doang tuh. Sore-sore kue ronde kedua datang, ada Pastel Makcik, Kue Bolu, dan Kue Pepe. Yang bersisa, hanya Kue Bol

Ongkos oh Ongkos

Gara-gara musim hujan badai yang mulai melanda Jakarta, bisa dipastikan jalanan makin macet, dan buat saya yang naik taksi setiap hari, dipastikan ongkos pasti berlipat ganda. Anehnya, hujan itu umumnya melanda saat hari menjelang sore, sehingga puncaknya terjadi pada saat jam pulang kantor, menyebabkan kita merana total pada saat mencari taksi. Sebetulnya saya agak malas untuk menceritakan pengalaman hari Jumat kemarin karena saya cukup gondok dengan apa yang saya alami. Tetapi kok rasanya lebih plong kalau bisa ditulis di sini. Jumat kemarin itu, pas pulang kantor hujan sudah mengguyur cukup parah. Bukan rintik-rintik, tetapi byur-byur. Di depan gedung saya ini ada pool taksi BB, tetapi keadaannya saat itu kosong karena tingginya permintaan. Mau nunggu di lobby atas juga sulit karena sudah pasti taksi kosong yang lewat direbut duluan oleh orang yang nunggu di jalanan. Kebetulan saya berdua dengan teman kantor, tetapi teman kantor saya nggak mau nunggu taksi di bawah hujan dan memilih

Wisata Kuliner Jadi-jadian

Nggak salah kalau berat badan saya sekembali dari liburan bukannya turun, malah naik dengan sukses. Weekend ini lumayan menjadi puncak kegilaan makan yang tak terkendali. Dimulai dari hari Sabtu pagi, kebetulan mama menerima pesanan Makaroni Panggang, dan bahan-bahannya ada lebih sedikit, sehingga dibuatlah loyang extra untuk dimakan sendiri. Dan pagi itu, saya jadi pemanasan dengan makan Makaroni Panggang. Lalu daya kreatifitas saya lagi agak naik kemarin itu, sehingga dengan kerajinan yang tidak jelas, mencoba membuat kue bolu kukus loyangan. Sebetulnya pingin sekali membuat dengan rasa vanilla dan coklat, tetapi rupanya saya tidak dapat menemukan bubuk Cocoa Van Houten yang biasa saya pakai, sehingga dengan segala kekreatifan yang tidak jelas, akhirnya saya memakai serbuk kopi sebagai pengganti rasa coklatnya. Ternyata, project coba-coba yang baru kali pertama ini saya lakukan berhasil juga untuk bikin Bolu Kukus loyangan motif loreng – loreng kayak Trio Macan hihihi….. Jadilah, ron

After Holiday Syndrome

Rasanya bener juga yang dibilang orang-orang mengenai after holiday syndrome. Bawaannya jadi nggak pingin ngapa-ngapain, di kantor jadi ngantuk terus, ngga kepingin kerja. Mana kondisi badan juga sepertinya belum pulih dari flu kemarin, sehingga mood semakin turun, ditambah lagi cuaca yang gloomy dan redup-redup gini, membuat hasrat menuju ke pulau kapuk semakin menggila. Sudah beberapa hari terakhir ini, saya tidak mempunyai semangat untuk mengerjakan apapun di kantor. Saya merasa kok pekerjaan saya mulai membosankan. Mungkin pertama-tama disebabkan oleh data-data yang semuanya terlambat datang lantaran habis Lebaran. Setiap kali bertanya kepada orang di lapangan, selalu dijawab,”Masih cuti Bu, baru kembali minggu depan”. Padahal pas sehabis liburannya sendiri, saya masih lumayan semangat, tapi seminggu setelah liburan berakhir, semangat malah rontok. Minggu ini, yang saya rasakan di kantor hanya pegal-pegal, kedinginan, dan pikiran saya sepertinya sudah tidak mau diajak berkompromi w

Sabtu Seru

Setelah sakit flu saya mereda dengan cukup tidur dan meminum berbagai obat warna-warni, akhirnya sampai juga pada saat yang dinanti-nantikan yaitu Sabtu! Tidak tahu kenapa saya begitu excited menghadapi weekend kali ini. Apa karena saya betul-betul sudah bosan kerja, atau karena kerinduan terhadap 1 hal yaitu: Nonton konser! Yes, saya sangat berbunga-bunga karena saya tahu, kalau Sabtu malam tanggal 20 Oktober kemarin, saya akan menonton konser Black Eyed Peas! Inilah kali pertama saya menonton konser musik di Jakarta, dimana saya betul-betul tertarik dengan penyanyinya. Terakhir saya menonton konser di Jakarta adalah waktu F4 datang ke Indonesia, alias awal tahun 2004. Waktu itu, berhubung tiketnya dibelikan oleh ortunya teman saya, ya saya terima-terima saja, tanpa sadar resiko kalau akan digencet-gencet oleh anak ABG yang brutal walaupun sebetulnya kita berada di section VIP. Saat itu, saya hanya bisa bergelantungan di badan adik saya, tanpa sadar kalau konser sudah berjalan karena

Fluuuuu....

Sakit flu ini saya dapatkan waktu lagi jalan-jalan pas liburan hari raya kemarin. Bener juga yang orang-orang bilang, kalau di Genting itu cuaca bisa berubah lima menit sekali. Berhubung saya orangnya cuek bebek, dan nyantai terus, yang ada saya hanya modal camisole dengan cardigan, celana jeans, dan topi biasa. Waktu awal-awal di outdoor amusement park, saya malah berani nantang,”Begini aja toh dinginnya.” Tapi nggak berapa lama, kabut mulai turun, lalu tiba-tiba mulai berangin, eh ngga lama panas lagi, lalu ngga lama, hujan deras turun mendadak. Dan hal itu terjadi setiap 5-10 menit sekali ! Saya nggak bohong! Akibatnya, setelah dari amusement park itu, badan saya teler. Jam 2 siang, saya meringkuk di kamar hotel, dengan selimut menutupi satu badan. Jam 5 sore baru bangun, langsung ngidam makanan berkuah. Jadinya nyari-nyari deh, dan ketemu restoran yang menyediakan kwetiaw kuah dengan mangkok besar, kuahnya saya hirup semua sampe ludes. Besoknya, kerongkongan mulai gatal-gatal, lalu

Sweet Seventeen Memories

Gara-gara Oom Arman menulis soal bagaimana menyenangkannya mempersiapkan acara ulang tahun anaknya yang pertama dan jadi EO dadakan, saya jadi tertarik juga untuk menulis mengenai ultah saya yang paling seru, paling berkesan sebagai anak perempuan yaitu my sweet seventeen birthday party yang terjadi di tahun 1999 (8 tahun laluuuuu….gila gila gila, kalo punya anak tahun segitu, sekarang udah kelas 3 SD!) Buat sebagian besar gadis, sweet seventeen itu mungkin menjadi saat yang paling ditunggu-tunggu. Apalagi biasanya di usia tujuh belas itu, yang namanya remaja putri lagi genit-genitnya, lagi mekar-mekarnya dan umumnya di saat itulah remaja putri boleh dandan dan pakai high heels tanpa merasa canggung, dan yang pasti mulai mengenal yang namanya pacaran. Tapi tunggu dulu, itulah yang ideal di dalam dunia SINETRON. Buat saya saat itu, saat-saat menginjak usia 17 bukanlah seperti di dalam gambaran gadis-gadis dengan rambut panjang, duduk manis, dan gossipin cowok di depan kantin sekolah

Kenangan Masa Lalu Bersama Oma

Hari Minggu, alias kemarin, tiba-tiba terbersit rasa rindu untuk datang berkunjung ke rumah Oma. Mama juga mencetuskan, mungkin Oma kangen sudah lumayan lama tidak dikunjungi cucunya. Jadilah, kita sekeluarga, Mama, saya, dan adik saya pergi mengunjungi Oma di daerah Jelambar sana. Oma Maria adalah Mama dari pihak Papa. Dari 4 Opa Oma yang saya punya, tinggal Oma Maria yang masih hidup. Usianya tidak terlalu tua, baru 73 tahun. Maklum, Papa adalah anak pertama dari 7 bersaudara. Tetapi, karena ada beberapa penyakit yang dideritanya, kondisinya lumayan menurun walaupun mungkin bisa dibilang masih cukup sehat untuk orang seusianya. Oma sekarang sudah tidak segesit dulu lagi. Saat kita mengajak dia jalan-jalan dan makan siang di Plasa Senayan, jalannya sudah sangat lambat. Kalau tidak dipegangi oleh cucu atau oleh Mama saya, rasanya agak sulit buat Oma untuk berjalan-jalan ke Mall sendirian. Oma yang dulu selalu gaya, sekarang rambutnya tipis dan hanya diikat satu ke belakang. Untuk menai

Surprise untuk Oom Tercinta

Beberapa waktu lalu, saya menulis mengenai acara arisan keluarga di rumah yang dilaksanakan akhir bulan Agustus lalu. Mungkin masih pada ingat, kalau saat itu, acara arisan juga digabung dengan acara tiup-tiup lilin plus potong kue bersama untuk merayakan ulang tahun saya ke 25. Saat itu, Oom saya nyeletuk,”Duh, kok saya nggak pernah ya dirayain ulang tahunnya.” Rupanya, ucapan dari Oom saya itu tertangkap oleh Mama. Kebetulan Oom dan Mama Ulang Tahunnya hanya berbeda 1 hari. Mama di tanggal 28 September dan Oom di tanggal 29 September. Berhubung Mama adalah batere Energizer di keluarga, Mama langsung terpacu untuk mempersiapkan acara surprise birthday party untuk si Oom tercinta. Berhubung Oom kita ini tinggal di Purwakarta, jadi tidak mungkin kita menunggu beliau untuk hadir ke Jakarta dan kita berteriak ”Surprise!!” seperti penyambutan pesta kejutan biasanya. Jadilah semua persiapan dilakukan di Jakarta, dan kira-kira kalau di ringkas, inilah urut-urutan kita mempersiapkan acara: 1.